Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Dokter Lintas Batas atau Médecins Sans Frontières (MSF) meluncurkan film animasi pendek berjudul “Lost at Sea”. Film ini menggambarkan kenyataan warga Rohingya ketika mencoba melarikan diri dari Myanmar dan mengungsi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Warga Rohingya hidup tanpa pemenuhan hak-hak mereka di Myanmar, hilang harapan di Bangladesh, dan berisiko ditangkap di Malaysia,” demikian keterangan Dokter Lintas Batas, Jumat, 2 Februari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Film Lost at Sea berlatar belakang 2017 yang mengisahkan pengalaman Muhib, seorang laki-laki etnis Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar lalu melintasi laut untuk mencari suaka ke Malaysia. Muhib terombang-ambing selama lebih dari dua pekan di atas kapal nelayan di Laut Andaman bersama pencari suaka lainnya.
“Warga etnis Rohingya yang bertahan di Myanmar dan mereka yang melarikan diri ke Bangladesh, sama-sama berjuang bertahan hidup,” kata direktur operasional regional MSF Paul Brockmann, yang menambahkan warga etnis Rohingya tidak punya tempat tujuan.
Menurut Brockmann, warga etnis Rohingya merasa tidak aman dan tidak diberikan hak-haknya di mana pun berada. Untuk itu, penting bagi komunitas internasional mengakui betapa parahnya krisis pengungsi Rohingya dan berupaya mencapai solusi jangka menengah yang bisa menyelamatkan mereka.
Sejak mengalami tindakan kekerasan dari militer Myanmar pada Agustus 2017, ratusan ribu warga etnis Rohingya terpaksa meninggalkan rumah mereka di Negara Bagian Rakhine, Myanmar. Mereka adalah etnis minoritas muslim yang telah tinggal selama berabad-abad di Myanmar yang mayoritas penduduknya beragama Buddha.
Meskipun sudah tinggal di Myanmar selama beberapa generasi, etnis Rohingya tidak diakui sebagai kelompok etnis resmi dan tidak diberi kewarganegaraan sejak 1982. Kondisi ini menjadikan mereka populasi tanpa kewarganegaraan terbesar di dunia.
Film “Lost at Sea” diproduksi oleh MSF dan Noon Films berbasis di Barcelona, Spanyol. Film ini menyabet beberapa penghargaan internasional antara lain Heroes International Film Festival (Heroes IFF) untuk kategori Best International Short Film dan MUSOC (Festival for Social Cinema and Human Rights, Asturias): 4th Chema Castiello Award untuk Best Short Film.
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini