Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PRESIDEN Ronald Reagan baru saja mengecam tindakan kekerasan. Di
depan sejumlah pimpinan Serikat Buruh, ia berkata "Semua ini
membuat penduduk merasa tidak aman dan keluarga ketakutan di
dalam rumahnya." Tak diduga, beberapa menit kemudian, Reagan
menjadi korban.
John Warnock Hinckley Jr, 25 tahun, menembak Reagan yang muncul
dari pintu Hilton, Washington, sedang menuju mobilnya yang
diparkir di depan hotel itu. Sekitar 100 orang berkumpul
mengelu-elukan Reagan waktu itu, 30 Maret. Merupakan kebiasaan
bagi Reagan menyambut elu-eluan itu dengan lambaian tangan. Di
sebelahnya berjalan James Brady, Sekretaris Pers Gedung Putih.
Sekitar 3 meter dari sebelah kiri Pres Amerika itu berkumpul
para pengunjung yang bercampur dengan wartawan dan juru kamera
televisi. Reagan yang hari Senin itu mengenakan setelan warna
biru dengan sapu tangan putih sakunya tampak tersenyum. Sambil
melambai Reagan terus berjalan menuju mobilnya.
Tiba-tiba letusan peluru berdentam. Wanita menjerit. Kepanikan
terjadi. Tiga orang tersungkur. Reagan langsung didorong masuk
ke mobilnya oleh Jerry Parr, Kepala Dinas Rahasia Gedung Putih.
Sementara itu agen Dinas Rahasi lainnya melompat ke arah
penembak. Mereka rupanya tak mengalami kesulitan untuk membekuk
Hinckley yang memang tidak berusaha melarikan diri.
Hinckley yang berada di area yang disediakan untuk pers itu
sempat melepaskan 6 peluru dari pistol kaliber 22. Reagan semula
diduga kena tembakan langsung. Ternyata ia kena peluru yang
terpental dari kaca anti peluru pada mobilnya. Peluru itu
bersarang di dada sebelah kirinya, tidak jauh dari bagian vital
yang bisa mematikan.
Melalui operasi selama 3 jam di Rumah Sakit Universitas George
Washington, Reagan berhasil diselamatkan. Dr Dennis S. O'Leary,
Kepala Klinik di rumah sakit itu, mengatakan Reagan tidak
mengalami operasi berat. "Peluru itu tidak mengenai hati atau
jaringan pembuluh darahnya."
Tapi keadaan James Brady jauh lebih buruk. Peluru bersarang di
rongga kepalanya. Menurut ramalan dokter kesehatan Brady sulit
untuk kembali normal. Sedang 2 anggota Dinas Rahasia hanya
mengalami luka-luka yang tidak terlalu berat.
Dari peristiwa itu masih belum jelas mengapa Hinckley bisa hadir
bersama para wartawan dan juru kamera yang mempunyai tanda
pengenal. Esok paginya, kolumnis Jack Anderson muncul di layar
tv ABC dengan daftar nama 400 orang yang dianggap berbahaya dan
selalu harus disingkirkan dari tempat yang akan dikunjungi
presiden. "Di dalam daftar yang disusun komputer ini memang ada
3 nama Hinckley, tapi nama John Warnock Hinckley tidak ada,"
kata Anderson.
Hal ini rupanya penting bagi Anderson, karena pernah Hinckley
tertangkap di Pelabuhan Udara Nashville, Tennessee, ketika
kedapatan membawa 3 pistol. Pada hari (9 Oktober '80) yang
bersamaan Presiden Jimmy Carter mengadakan kampanye pemilu di
kota itu.
Hinckley dibebaskan setelah membayar uang jaminan sebesar US$
62,50 kepada pengadilan di Nashville. Tapi kejadian itu "tidak
pernah dilaporkan kepada kami," kata Jack Warner, juru bicara
Dinas Rahasia.
Kisah dari Nasville mengingatkan orang pada tragedi pembunuhan
Presiden John Kennedy, 20 November 1963. Beberapa hari sebelum
penembakan yang mematikan itu terjadi, Lee Harvy Oswald -- orang
yang sejak lama diawasi -- mendatangi Kantor Polisi Dallas
dengan sebuah ancaman. Perbuatan Oswald ini seharusnya bisa
dipergunakan oleh alat keamanan untuk mencegah kematian Kennedy.
Tapi polisi yang mempersiapkan penjagaan keamanan bagi
kedatangan rombongan presiden tidak melaporkan nama Oswald
kepada Dinas Rahasia yang mengawal Kennedy. Dan akibatnya fatal.
"Dinas Rahasia kekurangan tenaga dan fasilitas untuk mengimbangi
semakin rumitnya usaha mengamankan presiden," begitu antara lain
kesimpulan studi Komisi Warren yang menyelidiki tragedi kematian
Kennedy.
Akibat studi Komisi Warren itu, Dinas Rahasia -- dibentuk atas
persetujuan Presiden Abraham Lincoln, 5 Juli 1865 -- mendapat
tarmbahan tenaga dan biaya berlipat ganda. Ironisnya, dengan
semua tenaga tambahan yang terlatih, biaya yang berlimpah serta
fasilitas yang super modern, Dinas Rahasia tidak mampu mencegah
Hinckley melakukan niatnya. Penembak ini yang berasal Evergreen,
Colorado, malah mempersiapkan diri di Hotel Park Central yang
persis berseberangan dengan Markas Dinas Rahasia.
"Kalau presiden bisa dipisahkan dari orang banyak, tentu mudah
menawarnya. Tapi persoalan ialah Presiden Reagan, seorang
politikus, selalu ingin dekat dengan orang banyak," kata Donald
Reagan, Menteri Keuangan yang juga membawahi Dinas Rahasia FBI.
Pembelaan Regan ini tentu saja tidak memuaskan mereka yang tahu
sejarah dan tugas Dinas Rahasia itu.
Sebagai pasukan khusus, Dinas Rahasia ini mula-mula dipersiapkan
untuk menghadapi pemalsu uang dan penyelundup pajak. Itulah
sebabnya badan ini berada di bawah Departemen Keuangan. Setelah
terjadi pembunuhan terhadap Presiden Lincoln dan Presiden
McKinly serta percobaan pembunuhan terhadap Presiden Garfield,
mulai terpikirkan perlunya dibentuk pengawal presiden. Dan tahun
1901, Dinas Rahasia sekaligus ditugaskan mengawal keselamatan
presiden dan keluarganya.
Tugas ini kemudian berkembang. Dinas Rahasia juga menjaga
keselamatan tokoh penting, termasuk bekas presiden dan tamu
negara. Begitu tersiar berita percobaan pembunuhan terhadap
Reagan, Dinas Rahasia dengan cepat mengirimkan agennya mengawal
Senator Edward Kennedy. Mereka rupanya khawatir bahwa senator
ini akan terbunuh seperti dua saudaranya, yaitu John dan Robert
Kennedy.
Menjadi anggota Dinas Rahasia sebenarnya tidak mudah. Ia harus
memiliki ijazah minimal sarjana muda. Diutamakan mereka yang
mendapat angka rata-rata B serta telah menyelesaikan studi
mengenai Ilmu Kepolisian dan Kriminolgy. Setelah lulus ujian
pegawai negeri, mereka mendapat latihan menggunakan senjata,
mengamati jalannya pengadilan dan proses pemeriksaan polisi,
serta latihan di Departemen Keuangan selama 7 minggu. Jika lulus
lagi, barulah mereka memasuki Sekolah Dinas Rahasia selama 3
bulan.
Selama di sekolah ini mereka mempelajari antara lain cara
menyelidiki pemalsuan uang, pengawalan serta pengamanan tokoh
penting. Di sini pula mereka dilatih bertempur secara
individual, dengan segala macam senjata. Mereka juga dilatih
menghadapi orang yang mentalnya sakit dan mengendarai berbagai
kendaraan. Pelajaran yang tak kurang pentingnya adalah mengenali
orang dari fotonya.
Maka banyak orang percaya, jika foto Hinckley ada di tangan
Dinas Rahasia, usahanya membunuh Reagan mungkin bisa dicegah.
Sedang Hinckley diduga pula sakit jiwa.
Sebelum menembak Reagan, Hinckley meninggalkan sepucuk surat,
yang belum diposkan, di kamar di Hotel Park Central. Dalam
suratnya yang ditujukan kepada bintang film Jodie Foster, ia
menulis, "Saya sudah membunuh presiden."
Rompi Anti Peluru
Hinckley mengagumi Jodie Foster, 18 tahun, yang berperan sebagai
pelacur muda dalam film Taxi Driver. Banyak dugaan bahwa maksud
Hinckley membunuh Reagan adalah untuk menarik perhatian Foster.
Kegilaannya terhadap Foster memang luar biasa. Menurut sumber
yang dekat dengan kepolisian, salah satu surat Hinckley kepada
Foster juga menyebutkan, "jika kau tidak mencintai saya, saya
akan membunuh presiden."
Orang tua Hinckley yang makmur, berdiam di sebuah rumah besar
dan bertingkat di Evergreen, Colorado, mengakui bahwa anaknya
dalam perawatan dokter syaraf. "Bagaimanapun kami mencintainya
dan akan membelanya," kata Hinckley Sr. Dua minggu sebelum
terjadinya penembakan itu ia meminta para anggota World Vision
International -- organisasi dana bantuan Kristen -- untuk
mendoakan anaknya.
Hinckley akan dihadapkan ke Pengadilan Tinggi (Grand Jury)
setelah selesai pemeriksaan kejiwaan. Ia kini ditahan di
Pangka,an Marinir di Quantico, Virginia. Sama sekali ia tidak
punya motif politik.
Dan Reagan berangsur sembuh, menurut dokter yang merawatnya. Ia
sudah mulai melucu dan tertawa-tawa. Tapi apakah pengawalannya
akan lebih diperketat?
Dinas Rahasia mungkin akan meminta Presiden Reagan agar
menggunakan rompi anti-peluru bila ia bermaksud muncul di depan
umum. Hal ini dikemukakan H. Stuart Knight, Kepala Dinas
Rahasia, dalam suatu pertemuan dengan Congress pekan lalu.
Maukah Reagan? Sebelum terjadi peristiwa ini, kata Knight, tak
ada sama sekali dalam pikiran Dinas Rahasia untuk mengusulkan
pemakaian rompi anti-peluru itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo