Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KETIKA partai Congress dikalahkan partai Janata dalam pemilihan 1977 untuk Lok Sabha (Majlis Rendah India), beredarlah sebuah kelakar hiburan "Bila Indira bukan lagi India, maka setidaknya dia adalah India Selatan." Kelakar ini ada benarnya. Tahun 1978, karir politik Indira Gandhi berada pada titik terendah, tapi Karnataka dan Andhra Pradesh di India Selatan memberikan dukungan penuh baginya. Kedua negara-bagian ini juga yang lebih dulu membuka pintu kemenangan bagi comeback Indira di tahun 1980. Siapa menduga jika kenyataan itu berbalik kini? Apa yang terjadi awal Januari di Karnataka, Andhra Pradesh dan Tripura bukan saja mengejutkan tapi sekaligus mengguncangkan Congress dan Indira. Wanita tangguh ini seakan kehilangan tempat berpijak. Dalam pemilihan majlis negara bagian di Andhra Pradesh, Congress dikalahkan secara telak oleh bintang baru, Nandamuri Taraka Rama Rao (disingkat NTR). Usianya yang 60 tahun tidak menghalangi bintang film itu untuk terjun ke politik. Maret 1982, ia mendirikan Telugu Desam (Negeri Orang Telugu) tanpa menghiraukan ucapan Indira yang mengejeknya sebagai "lelucon politik." Lelucon itu kini bukan saja tidak lucu, tapi justru mengancam. Sedemikian berat ancaman itu hingga PM Indira Gandhi terasa perlu meninjau kembali susunan kabinet dan aparat partainya. Dalam rangka peninjauan kembali itulah terjadi pengunduran diri besar-besaran pekan silam. Semua 54 menteri dalam kabinet Indira telah mengajukan surat pengunduran diri. Tindakan sama oleh 4 dari 5 Sekjen Partai Congress menyusul. "Nyonya Gandhi diharapkan mengumumkan reorganisasi kabinet besar-besaran," kata sebuah sumber di kalangan kabinet. Ini berarti aparat pemerintah India akan bekerja tanpa menteri luar dan dalam negeri, pertahanan, keuangan, perdagangan, perhubungan, penerangan dan banyak lagi. Apakah sesudah ini Indira akan lebih bebas membentuk pemerintah yang bisa bekerja baik, bebas dari korupsi, pilih kasih, birokrasi dan kecurangan? Berbagai penyakit yang menggerogoti Congress nampaknya sukar untuk disembuhkan. Seperti dikatakan Rama Rao kepada wartawan India Today (31 Januari), "Congress sudah kehilangan nilai kemanusiaannya. Rakyat merasa sangat tidak bahagia. Mereka merasa ditipu mentah-mentah. Partai ini gagal memenuhi janjinya. Congress juga tidak teguh dengan prinsipnya. Lebih dari itu, anggota Congress sudah kecanduan berbuat salah." Untuk terjun ke politik, Rama Rao secara resmi melepaskan karirnya yang gemilang sebagai bintang film. Untuk kampanye dia hanya bermodalkan sebuah Chevrolet tua yang dirombak sedemikian rupa hingga serba guna. Tiap hari Chevy ini mengembara 400 km, membawa Rama Rao ke berbagai pelosok Andhra Pradesh, mempertemukannya denan rakyat biasa yang kebutuhannya tak lain dari "pangan, sandang dan papan." Dia menggunakan bahasa sederhana yang mudah dimengerti oleh rakyat Andhra Pradesh, 70% di antaranya tidak mengalami pendidikan formal. Jauh berbeda dari Rajiv, putra sulung Indira yang bicara tentang kerja keras. keamanan Samudra India dan keberhasilan Asian Games. Di atas segalanya Rama Rao adalah seorang aktor. Gerak bahu atau senyumnya yang khas segera merebut hati orang banyak. Sesudah dilantik di Lal Bahadur Stadium di Hyderabad apakah ia akan menjelma jadi pemimpin yang baik, yang bagaikan Krishna? "Saya akan belajar," jawabnya merendah. "Saya terjun ke politik tanpa motif apa pun kecuali mendatangkan kemajuan bagi rakyat. Saya percaya semua orang akan bekerjasama dengan saya."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo