Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sistem layanan kesehatan di Gaza pada dasarnya telah runtuh, kata para dokter Barat yang mengunjungi daerah kantong Palestina dalam beberapa bulan terakhir di sebuah acara di PBB pada Senin, 18 Maret 2024, berbicara tentang "kekejaman yang mengerikan" dari serangan Israel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Keempat dokter tersebut berasal dari Amerika Serikat, Inggris dan Prancis telah bekerja dengan tim di Gaza untuk mendukung sistem layanan kesehatan di Gaza, yang mengalami kesulitan sejak Israel melancarkan serangan militer di sana pada Oktober lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Serangan Israel telah membuat hampir 2,3 juta orang mengungsi, menyebabkan krisis kelaparan, meratakan sebagian besar wilayah kantong tersebut, dan menewaskan lebih dari 31.000 orang, menurut kementerian kesehatan Gaza.
Nick Maynard, seorang ahli bedah yang terakhir kali mengunjungi Gaza pada Januari bersama badan amal Inggris, Medical Aid for Palestines, mengingat kembali melihat seorang anak yang mengalami luka bakar yang sangat parah hingga dia dapat melihat tulang wajahnya.
“Kami tahu tidak ada kemungkinan dia bisa selamat, tapi tidak ada morfin yang bisa diberikan padanya,” kata Maynard, seorang ahli bedah kanker, pada acara tersebut di markas besar PBB di New York. “Jadi bukan hanya ia tidak bisa menghindari kematian tetapi ia akan mati dalam kesakitan.”
Seorang anak berusia tujuh tahun lainnya, Hiyam Abu Khdeir, tiba di Rumah Sakit Eropa Gaza dengan luka bakar tingkat tiga di 40% tubuhnya, setelah serangan udara Israel di rumahnya menewaskan ayah dan saudara laki-lakinya serta melukai ibunya, kata Zaher Sahloul , seorang spesialis perawatan kritis di kelompok kemanusiaan MedGlobal.
Setelah tertunda selama berminggu-minggu, dia dievakuasi ke Mesir untuk perawatan namun meninggal dua hari kemudian, kata Sahloul.
Israel mulai mengebom wilayah Palestina pada 7 Oktober sebagai pembalasan atas serangan Hamas yang menewaskan 1.200 orang di Israel selatan.
Pakar internasional telah memperingatkan bahwa serangan Israel merupakan genosida, dan tuduhan tersebut sedang diselidiki oleh Pengadilan Dunia.
Israel membantah tuduhan genosida dan menyatakan bahwa mereka menargetkan Hamas, bukan warga sipil. Mereka menuduh kelompok militan tersebut menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia dan mengatakan mereka mempunyai hak untuk membela diri.
Para dokter juga memperingatkan akan banyaknya korban jiwa jika Israel melanjutkan rencananya untuk menyerang kota Rafah di Gaza selatan.
“Jika terjadi invasi besar-besaran di Rafah, itu akan menjadi bencana besar, jumlah kematian yang akan kita saksikan,” kata Maynard.
REUTERS