Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Enam bayi meninggal di Rumah Sakit Kamal Adwan dan Kompleks Medis Al Shifa di Jalur Gaza utara akibat malnutrisi parah dan dehidrasi karena kelaparan pada Rabu malam, di tengah blokade militer Israel di wilayah kantong Palestina itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sumber-sumber medis memastikan kematian empat bayi di Rumah Sakit Kamal Adwan dan menambahkan bahwa tujuh bayi lainnya masih dalam kondisi kritis akibat kekurangan gizi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Selain itu, dua bayi dinyatakan meninggal akibat kekurangan gizi di Kompleks Medis Al Shifa, fasilitas kesehatan terbesar di Gaza.
“Kami meminta badan-badan internasional untuk segera melakukan intervensi guna mencegah bencana kemanusiaan di Gaza utara,” kata juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf al-Qudra dalam sebuah pernyataan, ketika serangan Israel di Gaza terus berlanjut.
“Komunitas internasional sedang menghadapi ujian moral dan kemanusiaan untuk menghentikan genosida di Gaza.”
Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan Ahmed al-Kahlout mengatakan bahwa rumah sakit tersebut tidak dapat beroperasi karena kekurangan bahan bakar untuk menjalankan generatornya. Pada Selasa, Rumah Sakit Al-Awda di Jabalia juga tidak beroperasi karena alasan yang sama.
Dalam video yang diposting di Instagram dan diverifikasi oleh unit verifikasi Sanad Al Jazeera, jurnalis Ebrahem Musalam menunjukkan seorang bayi di tempat tidur di bagian anak di Rumah Sakit Kamal Adwan, saat listrik masuk dan padam.
Musalam mengatakan anak-anak di departemen tersebut menderita kekurangan gizi dan kekurangan susu formula, dan peralatan yang diperlukan tidak berfungsi karena pemadaman listrik terus-menerus akibat kekurangan bahan bakar.
Pekan lalu, Global Nutrition Cluster melaporkan peningkatan drastis jumlah kasus kekurangan gizi di kalangan anak-anak, wanita hamil dan menyusui di Jalur Gaza, yang menimbulkan ancaman besar bagi kesehatan mereka.
Ketika agresi Israel di Jalur Gaza memasuki pekan ke-21, makanan dan air bersih menjadi sangat langka dan berbagai penyakit merajalela, sehingga membahayakan nutrisi dan kekebalan perempuan dan anak-anak serta mengakibatkan lonjakan kasus malnutrisi akut.
Laporan berjudul “Kerentanan Gizi dan Analisis Situasi - Gaza” itu menemukan bahwa situasi sangat ekstrem terjadi di Jalur Gaza utara, di mana kiriman bantuan hampir sepenuhnya terputus selama berminggu-minggu.
Pada Rabu, Israel mengatakan konvoi 31 truk yang membawa makanan telah memasuki Gaza utara. Kantor militer Israel yang mengawasi urusan sipil Palestina, Koordinasi Kegiatan Pemerintah di Wilayah (COGAT), juga mengatakan hampir 20 truk lainnya memasuki wilayah utara pada Senin dan Selasa.
Ini adalah pengiriman bantuan besar pertama dalam sebulan ke wilayah yang hancur dan terisolasi, dimana PBB telah memperingatkan akan adanya kelaparan yang semakin parah.
Israel telah menahan masuknya bantuan ke Gaza selama berminggu-minggu, dimana pengunjuk rasa Israel mengambil bagian dalam demonstrasi yang menyerukan agar bantuan tidak diizinkan masuk ke wilayah tersebut, bahkan ketika kelaparan dan penyakit menyebar.
Para pejabat PBB mengatakan perang Israel selama berbulan-bulan, yang telah menewaskan hampir 30.000 orang di Gaza, juga telah mendorong seperempat dari 2,3 juta warga Palestina di Gaza ke ambang kelaparan.
Project Hope, sebuah kelompok kemanusiaan yang mengoperasikan klinik di Deir el-Balah di Gaza tengah, mengatakan bahwa 21 persen wanita hamil dan 11 persen anak-anak di bawah usia lima tahun yang dirawat dalam tiga minggu terakhir menderita kekurangan gizi.
AL JAZEERA