Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Gamang Selepas Menang

Emmanuel Macron terpilih sebagai presiden baru Prancis. Melaju lewat gerakan politik independen, ia terancam kesulitan meraup dukungan dari partai-partai di parlemen.

15 Mei 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam dua pekan, para relawan En Marche! merayakan dua kali kemenangan. Di Paris, sebuah pesta dansa yang ingar-bingar pecah di pelataran Museum Louvre di pusat kota, Ahad malam dua pekan lalu. Para relawan bergabung dengan ribuan warga Paris, berjoget girang dan melambai-lambaikan bendera biru-putih-merah. Di tengah dentuman musik pop yang menggelegar, mereka tertawa atas kemenangan Emmanuel Macron.

Di pelataran Louvre, ribuan pendukung Macron telah antre sejak siang setelah mendatangi bilik suara. Mereka sangat yakin jagoannya terpilih sebagai penerus Presiden Francois Hollande. "Antreannya panjang dan penjagaannya cukup ketat," kata Herve Le Roy, warga Paris, menceritakan kepada Tempo. "Kebanyakan anak muda." Pria 41 tahun itu lalu ikut tenggelam dalam lautan pendukung Macron.

Keriuhan dalam skala lebih kecil terjadi di kantor En Marche! di 15eme arrondissement, salah satu distrik administratif di Paris, dua pekan sebelumnya. Saat itu berlangsung putaran pertama pemilihan, dan keunggulan Macron sudah tercium sejak sore. Mendapati jagoan mereka "di atas angin", ribuan relawan En Marche! bergerak menuju Porte de Versailles, aula olahraga berkapasitas hingga 3.000 orang, untuk merayakan kemenangan.

November 2016, Macron memindahkan kantor En Marche!, gerakan politik independen, dari tempat asal mereka di Amiens, Prancis utara. Hanya dalam kurun satu tahun sejak terbentuk, En Marche! telah beranggotakan 250 ribu relawan. Kontributor Tempo Asmayani Kusrini mengunjungi markas baru tim kampanye Macron itu di Paris saat putaran pertama pemilihan, 23 April lalu. "Kantor di sini tiga kali lebih luas daripada kantor sebelumnya," kata salah seorang anggota staf En Marche! yang hari itu berjaga di pintu masuk.

Meski berada di kawasan elite paling padat di Paris, gedung yang dipilih oleh kelompok Macron tidaklah istimewa. Kantor En Marche! terletak di tiga lantai teratas sebuah gedung kaca tujuh lantai yang tidak terlalu menjulang di jalan kecil Rue de l’Abbé-Groult, yang memotong jalan utama Rue de Vaugirard. Saban hari orang ramai berdatangan. "Sejak pasukan Macron pindah ke gedung itu," kata Rémi Jacques, pensiunan pegawai bank yang telah 25 tahun tinggal di gedung apartemen di seberang kantor En Marche!

Louvre memang direncanakan oleh tim Macron sebagai lokasi perayaan kemenangan. Di kompleks museum yang jadi lanskap khas Paris itu, Macron, yang terpilih sebagai presiden termuda di era Prancis modern, menyampaikan pidato ucapan terima kasih kepada para pendukungnya. Dalam putaran kedua pemilihan presiden 7 Mei lalu, menteri keuangan di kabinet Hollande itu menekuk telak rivalnya, kandidat dari partai ekstrem kanan Front National, Marine Le Pen, dengan perolehan suara 66,1 persen.

"Ini cerita baru dan awal baru bagi Prancis," kata Loic Victor, 30 tahun, yang berasal dari Martinik, sebuah wilayah seberang lautan Prancis di Laut Karibia. Kepada CNN, Victor mengatakan bahwa ia memilih Macron karena kandidat 39 tahun tersebut mengusung kelas politik baru. "Tidak kanan, tidak kiri," ujar Victor, yang berdiri di tengah kerumunan sembari mengibarkan bendera Prancis di depan dua layar raksasa berlogo "En Marche!".

Herve Le Roy mengatakan Macron awalnya berpidato dari kantor En Marche!, sekitar 4,6 kilometer di barat daya Louvre. Pidato itu disiarkan langsung lewat beberapa layar lebar yang terpasang di pelataran museum. "Seusai pidato, pesta semakin heboh. Artis bergantian beraksi," katanya. Kemudian tibalah Macron di panggung utama di Louvre untuk kembali berpidato sekitar pukul 22.30. "Kehadirannya bagi saya agak berbau teatrikal."

Kepada ribuan pendukungnya, Macron secara implisit menyatakan tidak semua rakyat Prancis yang memilihnya cocok dengan gagasan En Marche!. "Saya tahu ini bukan tentang memberi saya carte blanche," ujarnya, merujuk pada frasa Prancis yang berarti kekuasaan tak terbatas. Menurut Macron, banyak warga memilihnya agar langkah Le Pen terhenti. "Hanya untuk membela Republik," kata Macron. Yang ia maksud tentu ancaman fasisme yang digelorakan Le Pen yang telah memicu rasa waswas mayoritas rakyat Prancis.

Perjuangan Macron dan En Marche! masih jauh dari selesai. Memenangi kursi Istana Elysee-kantor kepresidenan Prancis-saja tidak cukup. Jika ia ingin memenuhi janji-janji kampanye, antara lain reformasi ekonomi dan pemerintahan, Macron mesti meyakinkan para pendukung untuk menyokongnya di parlemen. Caranya dengan memenangkan sebanyak mungkin wakil rakyat pro-Macron dalam pemilihan legislatif bulan depan.

Bagi Macron, menguasai mayoritas dari 577 kursi di Majelis Nasional sangat vital. Sebab, situasinya kini tak semakin mudah untuk eks bankir Rothschild tersebut. Saat pemilihan presiden, Marine Le Pen menjadi "musuh bersama" rakyat Prancis. Hampir seluruh kekuatan politik lintas spektrum ingin menyingkirkan Le Pen. Namun, di parlemen, Macron sangat mungkin berganti posisi dengan Le Pen, dan dijadikan "sasaran tembak" oleh lawan-lawan politiknya lewat penyusunan undang-undang. "Reformasi ekonomi Macron tidak akan mudah melewati parlemen," kata Michael Hewson, ekonom dari CMC Markets.

Berangkat dari gerakan En Marche!, Macron praktis tidak punya partai sebagai kendaraan politik di parlemen. Namun ia dan En Marche! telah menyiapkan 450 kandidat wakil rakyat. Tidak semua calon itu politikus profesional. Macron menjanjikan bahwa separuhnya perempuan, dan separuhnya lagi warga sipil. En Marche!, yang selama ini menolak disebut sebagai partai, akan berganti nama menjadi La Republique en Marche. "Macron perlu 289 legislator untuk memastikan mayoritas mutlak di parlemen," begitu menurut situs Politico.

Lembaga survei OpinionWay memperkirakan En Marche! mampu meraup 249-288 kursi majelis rendah. Dalam skenario terburuk, "En Marche! masih bisa menjadi kekuatan terbesar di parlemen," kata Bruno Jeanbart, periset yang menggelar jajak pendapat. "Pertanyaannya, bagaimana dan dengan siapa," ujarnya, merujuk pada sisa kursi yang bakal diperebutkan partai lain, seperti Partai Sosialis, Les Republicains, dan Front National.

Partai konservatif Les Republicains, yang mengantar Francois Fillon di peringkat ketiga dalam babak pertama pemilihan presiden, diprediksi bakal menyaingi En Marche!. Partai yang dipimpin Francois Baroin itu diperkirakan memperoleh 200-210 kursi, disusul Front National (15-25) dan Partai Sosialis (28-43). "Partai-partai lama, terutama kaum Republik konservatif, yang merasa kemenangan mereka dirampok oleh Macron, tidak akan membiarkan En Marche! menguasai parlemen," begitu diberitakan Business Insider.

Perlawanan sengit juga bakal muncul dari Front National-partai populis sayap kanan dengan slogan anti-imigran dan anti-Uni Eropa. Marine Le Pen, yang meraup dukungan dari 10,5 juta suara, telah blakblakan menabuh genderang perang melawan Macron. Gagal dalam pemilihan presiden, Le Pen memindahkan medan tempur di parlemen. "Kami akan menjadi kekuatan utama oposisi," kata perempuan 48 tahun itu kepada para pendukungnya.

Konstitusi Prancis mengatur kewenangan eksekutif presiden yang cukup perkasa, bahkan ketimbang pemimpin Jerman atau Inggris. Namun sepak terjang Macron, yang masih "ingusan" di dunia politik, bakal banyak ditentukan oleh perdana menteri pilihannya, yang mewakili kekuatan mayoritas di parlemen. "Saya akan memilih orang yang berpengalaman di bidang politik, cakap di parlemen, dan bisa mengarahkan pemerintahan," ujar Macron.

Mahardika Satria Hadi, Asmayani Kusrini (paris), (politico, The Local, Cnn, The Atlantic)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus