TAK sebesar kejadian di Eropa Timur, tapi inilah peristiwa bersejarah bagi Malaysia: perjanjian gencatan senjata antara Partai Komunis Malaya (PKM) yang diharamkan dan Pemerintah Malaysia. Di Bandar Haadyai -- kota pelesiran di perbatasan Muangthai-Malaysia -- di pusat kota itu, yang dikawal ketat oleh sepasukan satuan Angkatan Bersenjata Kerajaan Muangthai, perjanjian itu diteken, Sabtu pekan lalu. Sekjen Chin Peng alias Ong Boon Hua, Ketua Abdullah CD, dan komandan Resimen ke-10 Rashid Maidin menandatangani perjanjian mewakili PKM. Pemerintah Malaysia diwakili Sekjen Kementerian Dalam Negeri Datuk Wan Sidek Wan Abdul Rahman, Kepala Polisi Tan Sri Haniff Omar, dan Pangab Jenderal Tan Sri Hashim Moh. Ali. Sedangkan Muangthai, yang menjadi perantara bagi gencatan senjata itu, selain hadir sebagai saksi, juga menandatangani perjanjian serupa dengan PKM. Soalnya, di antara anggota PKM ada juga orang Muangthainya -- selain Jepang dan Indonesia. Mengenakan setelan jas berwarna abu-abu tua, Chin Peng mengucapkan ikrar untuk taat dan setia kepada Yang Dipertuan Agong dan negara Malaysia. "Kami akan membubarkan pasukan dan perlengkapan senjata kami, sebagai pernyataan keikhlasan kami mengakhiri perjuangan bersenjata," kata Chin Peng, yang tampak kekar dan tegap dalam usia 67 tahun. Perjanjian damai itu, menurut dia, "sejalan dengan kebijaksanaan PKM untuk mewujudkan perdamaian". Malah, Chin Peng juga mengaitkan perdamaian itu dengan perjuangan demokrasi di RRC, Rusia, dan terakhir Jerman Timur. "Perdamaian ini sejalan dengan arus sejarah dewasa, ketika rakyat seluruh dunia memperjuangkan perdamaian dan demokrasi," ujarnya. Tetapi, Chin Peng membantah dengan keras bahwa partai terlarang PKM yang beranggotakan 1.200 orang telah menyerah kepada Angkatan Bersenjata Malaysia. "Tidak, semuanya berdasarkan yang terkandung dalam pengumuman bersama," katanya. Baginya, jelas, perjanjian damai itu merupakan "penyelesaian secara terhormat". Sekjen Kementerian Dalam Negeri Datuk Wan Sidek mengakui perdamaian itu adalah penyelesaian terhadap konflik berusia 41 tahun. Perundingan pendahuluannya, yang sangat dirahasiakan, berjalan lebih dari setahun. Secara garis besar, perjanjian itu meliputi soal cara perletakan senjata PKM dan mengakhiri segala kegiatan memusuhi Pemerintah Malaysia. Dan bila ada yang coba-coba menonjolkan ideologi mereka setelah berada di masyarakat, kata PM Mahathir Mohammad, tindakan tegas akan dikenakan. Sebab, "Mereka kan tidak menyebut mau menghentikan ideologi komunis," katanya mengingatkan. Chin Peng sendiri memang mengakui masih tetap seorang MaoisLeninis. Chin Peng tidak bisa memastikan berapa di antara mereka yang mau menetap di Muangthai, atau kembali ke Malaysia, atau kembali ke negeri masing-masing. Yang pasti, mereka akan ditempatkan di sebuah "perkampungan persahabatan", sebagai proses pemasyarakatan. Setiap kepala keluarga akan diberi lahan lebih dari 600 m2 untuk berkebun dan membangun rumah sendiri. Perkampungan itu akan diperlengkapi dengan prasarana, seperti air leding dan rumah ibadat menurut agama yang dianuti mereka. Jangan kaget, meski komunis, ada juga yang taat beragama. Masih tidak jelas, berapa lama proses pemulihan yang harus mereka tempuh di perkampungan tersebut. Inilah glasnost, dalam bentuk lain. Ekram H. (Kuala Lumpur)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini