Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

H-3 Pemilu Turki 14 Mei: Menakar Kekuatan Erdogan dan Sejumlah Catatan

Menjelang Pemilu Turki 14 Mei, berbagai pihak tengah mempertimbangkan kekuatan Erdogan sebagai Presiden kembali. Bagaimana kemungkinannya?

11 Mei 2023 | 06.22 WIB

Petugas menunjukkan surat suara pemilihan presiden Turki. AP Photo
Perbesar
Petugas menunjukkan surat suara pemilihan presiden Turki. AP Photo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang Pemilu Turki 14 Mei, tidak diragukan lagi jika Recep Tayyip Erdogan merupakan figur terkuat di Turki saat ini. Ia telah memimpin negara dua benua tersebut selama 20 tahun, sejak menjadi Perdana Menteri pada 2003 dan di Pemilu Turki 3 hari lagi, mampukah melanjutkan kuasa?  

Panas Dingin Pemilu 14 Mei Turki

Turki akan mengadakan pemilihan presiden dan parlemen pada 14 Mei, presiden negara itu Recep Tayyip Erdogan secara resmi mengumumkan hal tersebut. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Bangsa kita akan pergi ke tempat pemungutan suara untuk memilih presiden dan anggota parlemennya pada 14 Mei” kata Erdogan dalam pidatonya pada hari Jumat setelah menandatangani keputusan pemilihan, sebagaimana dikutip dari Aljazeera. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemilihan itu bisa menjadi pemungutan suara paling signifikan di negara itu dalam beberapa dekade, dengan kekuasaan Erdogan di Turki selama dua dekade terancam. 

Oposisi telah bersatu di sekitar Kemal Kilicdaroglu, pemimpin partai terbesar kedua di parlemen dari Partai Rakyat Republik (CHP). 

Namun, pemimpin oposisi terkemuka lainnya, Meral Aksener, awalnya menentang pencalonan Kilicdaroglu sebagai perdana menteri, menyuarakan keraguannya pekan lalu apakah mantan birokrat, yang dianggap oleh beberapa orang sebagai tidak karismatik, dapat mengalahkan Erdogan. 

Diberitakan Tempo sebelumnya, jajak pendapat menunjukkan bahwa Erdogan menghadapi tantangan pemilu terbesarnya dalam dua dekade kekuasaannya. 

Pada rapat umum di Istanbul, presiden menarik basis pemilih Muslim konservatifnya. Dalam kampanyenya, Erdogan menuduh pihak oposisi sebagai “Pro-LGBT” dan “Pro-Teroris”.  

"Partai AK dan partai lain dalam aliansi kami tidak akan pernah pro-LGBT, karena keluarga adalah suci bagi kami. Kami akan mengubur mereka yang pro-LGBT di kotak suara," katanya kepada massa. 

Erdogan telah memperkuat retorikanya terhadap komunitas LGBT dalam beberapa tahun terakhir, sering melabeli anggotanya sebagai "penyimpangan". 

Dia juga sempat menyerang pesaing utamanya dalam pemilu Kemal Kilicdaroglu, yang mengetuai aliansi oposisi utama. 

"Orang-orang saya tidak akan mengizinkan pemabuk dan penenggak alkohol naik panggung," kata Erdogan juga. "Pak Kemal, Anda bisa meminumnya dalam tong, tidak ada yang bisa menyembuhkan Anda," katanya. 

"Bangsa saya akan membuat tanggapan yang diperlukan pada 14 Mei. Kami tidak akan membiarkan Kilicdaroglu, yang bergandengan tangan dengan teroris, memecah tanah air kami," kata Erdogan lagi. 

Sebelumnya, kubu oposisi mengecam klaim Erdogan yang menghubungkan mereka dengan teroris sebagai retorika kampanye yang memecah belah dan berbahaya. 

Pada acara di Erzurum, Walikota Istanbul Imamoglu, yang akan menjadi wakil presiden jika Kilicdaroglu memenangkan pemilihan, berbicara kepada para pendukungnya dari atas bus terbuka ketika beberapa anggota massa melemparkan batu ke arahnya dan para pendukungnya di tengah-tengah kerumunan, seperti ditunjukkan sebuah rekaman video. 

Imamoglu mempersingkat pidatonya dan meninggalkan tempat kejadian di dalam bus.

Imamoglu menambahkan bahwa dia akan mengajukan tuntutan...
 

"Kami pergi demi keselamatan Anda," kata Imamoglu kepada para pendukungnya, seraya menambahkan bahwa dia akan mengajukan tuntutan pidana terhadap Gubernur Erzurum dan kepala polisi karena membiarkan kekerasan tersebut. 

Rekaman menunjukkan setidaknya satu orang terluka di wajah. "Gubernur Erzurum menelepon dan memberi tahu saya bahwa tujuh orang terluka. Saya berbicara dengan sembilan orang yang terluka saat ini," katanya dalam sebuah tweet. 

Sebagaimana diketahui, Erdogan telah menjadi pemimpin Turki sejak 2003, dan telah menduduki kursi kepresidenan sejak 2014, masih mempertahankan dukungan yang signifikan, dan masih bisa muncul di puncak bersama Partai AK-nya. Dalam pemilihan presiden 2018, Erdogan memenangkan 72 persen suara di Erzurum. 

Kontroversi Kepemimpinan Erdogan

Selama kepemimpinan Erdogan, Turki meraih beberapa predikat positif sebagai negara dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7,5 persen antara 2002 dan 2011.  

Namun disamping itu, kepemimpinannya juga tidak luput dari noda. Beberapa kontroversi menyeruak dan menjadi alasan menyusutnya popularitas Erdogan, antara lain: 

1. Mata uang Turki yang jeblok

Melansir dari Reuters, Lira Turki melemah ke rekor terendah baru 18,9620 terhadap US dollar pada Maret 2023 lalu. Hal itu disebut karena investor mempertimbangkan dampak ekonomi dari gempa besar yang melanda negara itu bulan lalu. 

Pemilihan presiden dan parlemen yang dijadwalkan pada 14 Mei menambah ketidakpastian. Mereka akan menentukan apakah Turki melanjutkan kebijakan ortodoks di bawah Presiden Tayyip Erdogan atau kembali ke ortodoksi seperti yang dijanjikan oleh oposisi. 

Secara terpisah, Departemen Keuangan Turki mengatakan bahwa pihaknya telah meminjam 2,25 miliar US Dollar dalam penerbitan obligasi euro yang jatuh tempo pada tahun 2029, sehingga jumlah yang dipinjam dari pasar internasional menjadi 5 miliar US Dollar tahun ini. 

2. Posisi di NATO

Turki resmi bergabung sebagai anggota North Atlantic Treaty Organization atau NATO pada 20 Februari 1952. Menurut laman Departemen Luar Negeri Republik Turki, sejak itu, Aliansi Atlantik Utara itu telah memainkan peran sentral dalam keamanan Türki dan berkontribusi pada integrasinya dengan komunitas Euro-Atlantik. Türki, sebaliknya, telah berhasil memikul tanggung jawabnya dalam mempertahankan nilai-nilai umum Aliansi. 

Pada 2023 ini, Turki menimbulkan polemik di NATO setelah mereka menolak keanggotaan Swedia. Sebelumnya, Swedia memutuskan untuk membuang kebijakan non-blok militer yang telah lama dipegangnya menyusul invasi Rusia ke Ukraina.  

Turki mengatakan Stockholm menampung anggota dari apa yang dianggapnya sebagai kelompok teroris (meski telah dibantah Swedia) dan menuntut ekstradisi mereka sebagai langkah untuk meratifikasi keanggotaan Swedia.  

Beberapa waktu lalu, Turki menolak keras protes di Stockholm ketika kitab suci Islam, Al Quran, dibakar dan pada kesempatan terpisah patung Erdogan digantung terbalik. Ankara mengatakan ini adalah kejahatan rasial. Namun Swedia mengatakan mereka dilindungi oleh undang-undang kebebasan berbicara.

AL JAZEERA | REUTERS | MFA  | TIM TEMPO

Pilihan editor : Turki Perluas Penyelidikan Bangunan Runtuh Korban Gempa Lebih 50.000

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus