Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Selasa, 5 November 2024, pemilihan presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) digelar, dan ketegangan politik semakin memuncak dengan hanya beberapa jam tersisa sebelum pemilih memberikan suara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam pemilihan kali ini, Wakil Presiden Kamala Harris dari Partai Demokrat bersaing ketat dengan mantan Presiden Donald Trump dari Partai Republik. Survei terbaru menunjukkan bahwa kedua kandidat berada dalam persaingan yang sangat dekat, terutama di tujuh negara bagian kunci yang bisa menentukan hasil akhir pemilu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak dimulainya pemungutan suara awal, lebih dari 75 juta warga AS telah memberikan suara, baik melalui pos maupun secara langsung. Data dari Election Lab di Universitas Florida menunjukkan bahwa hingga 2 November, sebanyak 75.093.872 orang telah memberikan suara, sebuah angka yang mencerminkan antusiasme tinggi dari pemilih. Berbeda dengan pemilu sebelumnya yang dilaksanakan di tengah pandemi COVID-19 pada tahun 2020, pada pemilihan kali ini, lebih banyak pemilih yang memilih untuk memberikan suara secara langsung di tempat pemungutan suara.
Dari hasil pemungutan suara awal, terlihat bahwa sekitar 900.000 pemilih Demokrat lebih banyak berpartisipasi dibandingkan pemilih Republik, dengan total pemilih Demokrat mencapai 11.929.062 sementara pemilih Republik berada di angka 11.076.601. Ini menunjukkan bahwa Partai Demokrat memiliki momentum yang baik menjelang hari pemilu, meskipun hasil jajak pendapat menunjukkan pertarungan yang sangat ketat.
Dalam jajak pendapat yang dirangkum oleh situs RealClearPolitics, Kamala Harris unggul tipis di negara bagian Wisconsin dan Michigan, dengan selisih masing-masing 0,2 persen dan 0,4 persen. Namun, Donald Trump terus memimpin di negara bagian penting seperti Arizona, Nevada, Pennsylvania, North Carolina, dan Georgia. Keunggulan Trump di negara-negara bagian tersebut, meskipun kecil, dapat menjadi faktor penentu.
Di Nevada, Pennsylvania, dan North Carolina, keunggulan Trump berada di sekitar 1 persen atau kurang, sedangkan ia memiliki margin yang lebih signifikan di Arizona (+2,4 persen) dan Georgia (+2,7 persen).
Pentingnya posisi di negara bagian kunci ini tidak dapat diabaikan, karena pemilihan presiden di AS tidak dilakukan secara langsung. Proses pemilihan berlangsung melalui sistem Electoral College, di mana 538 perwakilan memberikan suara sesuai dengan hasil pemungutan suara di negara bagian masing-masing. Untuk meraih kemenangan, seorang kandidat perlu mendapatkan setidaknya 270 suara dari Electoral College.
Berdasarkan data, jumlah pemilih terdaftar di AS sekitar 168 juta orang, yang merupakan angka yang signifikan dan mencerminkan tingkat partisipasi masyarakat. Kamala Harris dan Donald Trump telah menggelar kampanye di negara bagian selatan yang krusial, dengan Harris mengadakan acara di Atlanta, Georgia, dan Charlotte, North Carolina, sementara Trump berkampanye di Gastonia, North Carolina, sebelum melanjutkan ke Salem, Virginia.
Kedua kandidat tidak hanya berfokus pada jangkauan pemilih, tetapi juga pada pesan politik yang mereka sampaikan. Dalam kampanyenya, Harris mengecam Trump dengan mengatakan bahwa ia lebih terfokus pada "daftar musuh" ketimbang pada masalah yang dihadapi rakyat.
Ia menggambarkan Trump sebagai sosok yang semakin tidak stabil dan terobsesi dengan kekuasaan. Sebaliknya, Trump berusaha meyakinkan pemilih di Pilpres AS kali ini, bahwa ia dapat membawa Amerika kembali ke era kejayaannya, menyatakan bahwa ia akan memperbaiki apa yang dianggapnya sebagai kerusakan yang disebabkan oleh Harris.
ANTARA
Pilihan editor: Korea Utara Tembakkan Rudal Balistik Menjelang Pilpres AS