Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad dan tokoh-tokoh lain yang sangat terbelah, bahkan seorang perempuan - seperti Ali Larijani yang moderat dan Saeed Jalili yang ultrakonservatif - telah mendaftarkan diri untuk mengikuti pemilihan umum baru setelah meninggalnya Presiden Ebrahim Raisi dalam sebuah kecelakaan helikopter bulan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ahmadinejad, yang menjabat sebagai presiden dari 2005 sampai 2013, mendaftar bersama puluhan orang lainnya di kementerian dalam negeri pada Minggu, sehari sebelum periode pendaftaran berakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Politisi yang tersisih setelah masa jabatannya yang kontroversial ini mengatakan bahwa ia hanya mengindahkan "seruan dari orang-orang di seluruh negeri" untuk mencalonkan diri lagi, dan ia yakin dapat menyelesaikan masalah domestik dan internasional Iran.
"Jangan ajukan pertanyaan politik," katanya sambil tersenyum ketika ditanya oleh wartawan tentang reaksinya jika dia didiskualifikasi dari pencalonan oleh Dewan Wali - badan konstitusional yang memeriksa semua kandidat.
Meskipun Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei mendesaknya untuk menjauh pada 2017, ia tetap mendaftar dan dilarang mencalonkan diri, tetapi memilih untuk tidak mendaftar untuk pemilu 2021.
Masa kepresidenan Ahmadinejad ditandai dengan kemerosotan ekonomi yang ditandai dengan inflasi besar-besaran dan devaluasi mata uang, serta ketegangan yang meledak-ledak terkait program nuklir Iran - yang menyebabkan sanksi multilateral dijatuhkan kepada negara ini.
Selain Ahmadinejad, berikut beberapa nama yang telah mendaftar:
Saeed Jalili, Mantan Negosiator Nuklir
Said Jalili kini menjadi wakil pemimpin tertinggi Iran di Dewan Keamanan Nasional Tertinggi (SNSC) dan pernah menjadi kepala keamanan dari tahun 2007 hingga 2013 pada puncak ketegangan seputar berkas nuklir. Dia telah mencalonkan diri sebagai presiden tiga kali namun gagal.
Ali Larijani, Mantan Ketua Parlemen
Ali Larijani, seorang tokoh konservatif yang berasal dari keluarga berpengaruh, mungkin satu-satunya kandidat yang relatif moderat yang berpeluang meraih banyak suara - itu pun jika dia mendapat lampu hijau dari Dewan Wali setelah didiskualifikasi pada tahun 2021.
Terlepas dari diskualifikasi terakhir kali, Larijani adalah tokoh besar pertama yang mengumumkan pencalonannya, mendaftar di Teheran pada Jumat dengan kampanyenya yang merilis video dramatis yang berisi cuplikan sinematik dirinya dalam proses tersebut.
Alireza Zakani, Wali Kota Teheran
Alireza Zakani, seorang politisi garis keras yang saat ini menjabat sebagai Wali Kota Teheran saat ini. Zakani kembali ke arena pemilihan presiden setelah mundur pada tahun 2021 untuk mendukung Ebrahim Raisi, yang tewas dalam kecelakaan helikopter pada 19 Mei.
Dijuluki “tank revolusioner”, karier politik Zakani telah dirusak oleh kontroversi karena taktik agresifnya, terutama terhadap para reformis. Masa jabatannya sebagai wali kota bukannya tanpa masalah, termasuk perselisihan mengenai kebijakan kota seperti pembangunan masjid di taman dan penegakan hijab di transportasi umum, yang telah memicu konflik internal di kubu konservatif dan dewan kota.
Abdolnasser Hemmati, Mantan Gubernur Bank Sentral Iran
Abdolnasser Hemmati, mantan gubernur Bank Sentral Iran dan seorang politisi “reformis”, mendaftarkan diri untuk mencalonkan diri sebagai presiden pada pemilihan umum Iran tanggal 28 Juni, yang merupakan upaya keduanya.
Setelah mendaftarkan diri di kantor pusat Kementerian Dalam Negeri Iran di Teheran pada hari Jumat, ia mengatakan kepada para reporter bahwa terlepas dari berbagai tantangan yang dihadapi Iran, "Saya tetap optimis akan masa depan." "Harapan saya diperkuat setiap hari ketika saya menyaksikan semangat kaum muda terdidik kami dan aspirasi perempuan dan laki-laki Iran untuk masa depan yang lebih cerah bagi diri mereka sendiri dan anak-anak mereka."
Pada pemilu tahun 2021, Hemmati berada di urutan ketiga dengan kurang dari 10 persen suara, setelah mendiang presiden Ebrahim Raisi dan Mohsen Rezaei, mantan komandan Garda Revolusi yang menjabat sebagai wakil presiden Raisi untuk urusan ekonomi.
Zohreh Elahian
Kantor berita Iran, MEHR, melaporkan pada hari Sabtu bahwa Zohreh Elahian telah membuat sejarah dengan menjadi wanita pertama yang memenuhi syarat untuk mendaftarkan diri dalam pemilihan presiden yang akan segera berlangsung di Iran. Perkembangan ini terjadi setelah kecelakaan helikopter tragis yang merenggut nyawa Presiden Ebrahim Raisi.
"Moto pemerintahan saya adalah pemerintahan yang sehat, ekonomi yang sehat, dan masyarakat yang sehat," kata Elahian seperti dikutip pada saat pendaftarannya.
Setelah pemilihan presiden dan parlemen terakhir menghasilkan jumlah pemilih terendah dalam hampir 45 tahun sejarah Republik Iran, jumlah pemilih diperkirakan akan menjadi masalah yang menantang dalam pemungutan suara kali ini.
Pusat penelitian parlemen Iran mengumumkan pada Minggu bahwa 53,4 persen orang - menanggapi survei yang dilakukannya - mengatakan bahwa mereka akan memberikan suara pada pemilihan presiden tanggal 28 Juni, dengan 28,9 persen masih ragu-ragu.
Angka ini sedikit di atas 48 persen yang membuat Raisi menjadi presiden, dan jauh lebih tinggi dari 42 persen suara yang diumumkan untuk pemilihan parlemen pada Maret.
Dewan Wali dijadwalkan untuk mulai memeriksa para kandidat mulai Selasa selama enam hari, dan setelah itu daftar kandidat yang disetujui akan diumumkan pada tanggal 11 Juni.
AL JAZEERA | IRAN INTERNATIONAL | AL MAYADEEN
Pilihan Editor: Mantan Presiden Mahmoud Ahmadinejad Resmi Maju di Pilpres Iran