Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Israel Akan Gelar Serangan ke Rafah Sekalipun Masuki Ramadan, Sebab...

Israel tetap akan melancarkan serangan ke Rafah di Jalur Gaza selatan, menolak menyetujui tuntutan Hamas untuk gencatan senjata dan tukar sandera.

21 Februari 2024 | 17.34 WIB

Seorang wanita beristirahat bersama anak-anak, ketika warga Palestina tiba di Rafah setelah mereka dievakuasi dari rumah sakit Nasser di Khan Younis akibat operasi darat Israel, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Jalur Gaza selatan, 15 Februari 2024. REUTERS/ Muhammad Salem
Perbesar
Seorang wanita beristirahat bersama anak-anak, ketika warga Palestina tiba di Rafah setelah mereka dievakuasi dari rumah sakit Nasser di Khan Younis akibat operasi darat Israel, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Jalur Gaza selatan, 15 Februari 2024. REUTERS/ Muhammad Salem

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Israel akan melanjutkan operasi militer berskala besar di Gaza selama enam hingga delapan pekan ke depan, seiring dengan persiapannya untuk melancarkan serangan darat ke Kota Rafah di bagian selatan wilayah kantung tersebut. Artinya periodenya hingga masuk jauh ke bulan Ramadan mendatang. Demikian diungkapkan empat pejabat IDF yang mengetahui strategi tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Para panglima militer percaya bahwa mereka dapat secara signifikan merusak kemampuan Hamas yang tersisa dalam waktu tersebut, membuka jalan bagi pergeseran ke fase intensitas yang lebih rendah dari serangan udara yang ditargetkan dan operasi pasukan khusus, menurut dua pejabat Israel dan dua pejabat regional yang tidak ingin disebutkan namanya untuk berbicara secara bebas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Sabtu 17 Februari 2024 waktu setempat mengatakan, pihaknya akan melancarkan serangan militer ke Rafah di Jalur Gaza selatan, serta tidak akan menyetujui tuntutan Hamas untuk gencatan senjata dan pertukaran sandera.

Netanyahu mengatakan dalam konferensi pers di Yerusalem sehari sesudahnya, bahwa "tuntutan Hamas tidak masuk akal. Mereka ingin mencapai satu tujuan, yaitu kekalahan Israel."

"Jelas kami tidak akan menyetujuinya. Jika Hamas membatalkan tuntutan ini, barulah kami akan bisa melanjutkannya," Netanyahu menambahkan. "Kami mempunyai kekuatan yang cukup untuk menghancurkan kekuatan Hamas di Gaza dan kami harus menghancurkan sebagian besar brigade mereka, dan kami telah membuat kemajuan besar dalam hal ini."

Sebelumnya pada Sabtu pekan lalu, kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, menekankan bahwa “perlawanan tidak akan sepakat apa pun kecuali penghentian total agresi, penarikan tentara pendudukan dari Jalur Gaza, pencabutan pengepungan yang tidak adil,"

"Serta penyediaan tempat penampungan yang aman dan layak bagi para pengungsi akibat kejahatan pendudukan, kembalinya para pengungsi, terutama ke Jalur Gaza bagian utara, diakhirinya kebijakan kelaparan yang biadab, dan komitmen terhadap rekonstruksi,” tegasnya

"Hamas selalu merespon dengan semangat positif dan bertanggung jawab melalui para mediator untuk menghentikan agresi terhadap rakyat kami, mengakhiri pengepungan yang tidak adil, dan memungkinkan aliran bantuan, tempat tinggal dan rekonstruksi," ujar Haniyeh dalam sebuah pernyataan.

Cina Bereaksi

Beberapa hari kemudian, pemerintah Cina meminta agar Israel menghentikan niat untuk menyerang Kota Rafah, kota di selatan Jalur Gaza, Palestina.

"Kami menyerukan Israel untuk menghentikan operasi militer sesegera mungkin, melakukan segala cara untuk menghindari jatuhnya korban warga sipil yang tidak bersalah dan mencegah bencana kemanusiaan yang lebih dahsyat di Rafah," Ujur Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China Mao Ning saat menyampaikan keterangan kepada Pers di Beijing, Cina pada Senin lalu, 19 Februari 2024.

"Cina mengamati dengan cermat perkembangan di Rafah. Kami menentang dan mengutuk tindakan pelanggaran terhadap warga sipil dan hukum internasional," tambah Mao Ning.

Mao Ning kembali menekankan "solusi dua negara" sebagai konsensus universal komunitas internasional untuk menyelesaikan permasalahan Palestina.

"Menerapkan solusi dua negara adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri siklus konflik antara Palestina dan Israel. Cina siap bekerja sama dengan semua pihak untuk menyelenggarakan konferensi perdamaian internasional yang lebih menyeluruh, berwibawa dan efektif secepat mungkin dan merumuskan jadwal dan peta jalan yang konkrit untuk penerapan solusi dua negara," kata Mao Ning lagi.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus