Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Israel mengecam kesepakatan yang ditengahi oleh Cina pada Selasa yang menurut Beijing akan membawa Hamas ke dalam "pemerintahan rekonsiliasi nasional" untuk Gaza pascaperang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menteri Luar Negeri Israel Katz bersikeras bahwa "pemerintahan Hamas akan dihancurkan" dan menuduh presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang faksi Fatahnya menandatangani kesepakatan tersebut, merangkul kelompok yang serangannya pada 7 Oktober memicu perang tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Katz mengatakan Abbas "merangkul para pembunuh dan pemerkosa Hamas".
Ia juga menolak peran apa pun bagi Otoritas Palestina di Gaza, dengan mengatakan "Abbas akan mengawasi Gaza dari jauh".
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berada di Washington untuk berpidato di sidang gabungan Kongres dan telah berjanji untuk melanjutkan serangan balas dendam ke Gaza sampai Hamas dihancurkan.
Pertengkaran diplomatik itu terjadi saat Israel menggempur Gaza, termasuk kota selatan Khan Younis, tempat Israel memerintahkan evakuasi sebagian warga sipil.
Menteri Luar Negeri China Wang Yi menjamu pejabat senior Hamas Musa Abu Marzuk, utusan Fatah Mahmud al-Aloul dan utusan dari 12 faksi Palestina lainnya.
Hamas dan Fatah merupakan rival jangka panjang dan terlibat dalam perang singkat namun berdarah pada 2007 yang menyebabkan Hamas menguasai Gaza.
Fatah terus mendominasi Otoritas Palestina yang memiliki kendali administratif terbatas atas wilayah perkotaan di Tepi Barat yang diduduki Israel.
Naskah kesepakatan tersebut menguraikan rencana untuk "pemerintahan persatuan nasional sementara berdasarkan kesepakatan faksi-faksi Palestina" yang akan "menjalankan kewenangan dan kekuasaannya atas semua wilayah Palestina" – Jalur Gaza dan Tepi Barat, termasuk Yerusalem timur yang dianeksasi Israel.
Cina, yang tahun lalu menjadi perantara kesepakatan untuk memulihkan hubungan antara rival regional Iran dan Arab Saudi, memuji kesepakatan tersebut sebagai komitmen untuk "rekonsiliasi".
"GAZA SUDAH MATI"
Di lapangan, Israel terus melancarkan perang di Gaza. Beberapa jam setelah memerintahkan warga sipil untuk mengungsi dari beberapa bagian Khan Younis, termasuk daerah yang telah dinyatakan sebagai bagian dari zona aman kemanusiaan, jet-jet tempurnya menghantam kota tersebut.
Kementerian kesehatan Gaza mengatakan bahwa 73 orang telah tewas dan lebih dari 200 orang terluka di daerah tersebut, sementara ribuan orang mengungsi.
Militer Israel tidak mengomentari jumlah korban. Namun dalam sebuah pernyataan, militer mengatakan jet tempur dan tanknya "menyerang dan melenyapkan teroris di daerah tersebut".
Pada Selasa, militer mengatakan jetnya menyerang "lebih dari 50 lokasi infrastruktur teror" sebagai bagian dari operasi Khan Younis.
Hassan Qudayh, seorang penduduk yang dipaksa mengungsi, mengatakan: "Gaza sudah berakhir, Gaza sudah mati, Gaza sudah hilang. Tidak ada yang tersisa, tidak ada apa-apa".
Jurnalis melaporkan serangan udara di Kota Gaza dan Jabalia di utara wilayah tersebut, serta Khan Younis, sementara militer Israel juga mengatakan pasukannya telah membunuh militan dalam "serangan udara dan pertempuran jarak dekat" di Rafah di ujung selatan.
Perang yang berlangsung lebih dari sembilan bulan telah menghancurkan sebagian besar kapasitas layanan kesehatan di wilayah itu, sementara yang tersisa masih berada di bawah tekanan yang sangat besar.
Mohammed Zaqout, direktur Rumah Sakit Nasser di Khan Younis mengatakan, "Tidak ada ruang untuk pasien lagi. Tidak ada ruang di ruang operasi. Ada kekurangan pasokan medis, jadi kami tidak dapat menyelamatkan pasien kami."
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan hingga 14.000 warga Palestina membutuhkan evakuasi medis dari Gaza. WHO juga "sangat khawatir" bahwa penyakit menular dapat menyebabkan lebih banyak kematian daripada cedera perang setelah virus polio terdeteksi di limbah wilayah itu.
Perang itu dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan yang mengakibatkan kematian 1.197 orang, sebagian besar warga sipil, menurut angka-angka Israel.
Militan itu juga menangkap 251 sandera, 116 di antaranya masih berada di Gaza, termasuk 44 orang yang menurut militer Israel telah tewas. Korban tewas karena serangan burtal Israel di Gaza.
Serangan balas dendam Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 39.090 orang, sebagian besar warga sipil perempuan dan anak-anak, menurut angka dari kementerian kesehatan wilayah yang dikuasai Hamas itu.
Pidato Netanyahu
Kesepakatan Beijing dicapai saat Netanyahu berada di Washington.
Netanyahu akan menyampaikan pidato di hadapan Kongres AS pada Rabu 24 Juli 2024 di tengah ketegangan yang belum pernah terjadi sebelumnya antara Israel dan sekutunya.
Perdana Menteri Israel telah menolak tekanan dari pemerintahan Presiden Joe Biden untuk menerima gencatan senjata, yang ditentang keras oleh anggota sayap kanan koalisinya.
Biden, yang akan bertemu Netanyahu pada Kamis 25 Juli 2024, berjanji untuk terus berupaya menemukan solusi selama enam bulan terakhir masa jabatannya, setelah mengumumkan pengunduran dirinya dari pemilihan presiden AS.
Pembicaraan yang bertujuan untuk mengamankan gencatan senjata akan terus berlanjut dengan delegasi Israel yang akan melakukan perjalanan ke Doha pada Kamis, kata seorang sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut.
Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat telah berupaya untuk mengamankan gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera antara Israel dan Hamas.
CNA