Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Banyak warga Palestina mencari tempat berlindung pada Rabu, 3 Juli 2024, setelah melarikan diri dari rumah mereka di Gaza selatan dan mengeluhkan kekurangan air ketika Israel melanjutkan serangan militernya di daerah kantong yang padat penduduk tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pasukan Israel melancarkan serangan militer baru di kota Rafah di bagian selatan di tengah pertempuran sengit dengan militan Palestina semalam, kata penduduk. Sedikitnya 12 orang tewas dalam serangan baru di Gaza tengah dan utara, kata para pejabat kesehatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara itu, jumlah korban tewas dilaporkan hampir menyentuh angka 40.000. Dalam pernyataannya pada Rabu, kementerian kesehatan Gaza menyebut lebih dari 37.953 warga Palestina telah terbunuh dan 87.266 lainnya terluka dalam serangan militer Israel ke Gaza sejak 7 Oktober,
Para pemimpin Israel mengatakan bahwa mereka telah mengakhiri fase pertempuran sengit melawan Hamas, kelompok Islamis yang telah memerintah Gaza sejak tahun 2007, dan akan segera beralih ke operasi yang lebih terarah dalam perang yang telah berlangsung selama hampir sembilan bulan di Gaza.
Namun pertempuran terus berlanjut semalam di dua lokasi di pusat kota Rafah, di mana tank-tank Israel telah merebut beberapa distrik dan maju lebih jauh ke barat dan utara kota dalam beberapa hari terakhir, dan kekhawatiran akan nasib ratusan ribu orang yang mengungsi semakin meningkat.
Militer Israel mengatakan bahwa pasukannya telah melanjutkan operasi berbasis intelijen yang ditargetkan di Rafah, membongkar beberapa situs militer dan membunuh militan Palestina.
Sayap bersenjata Hamas mengatakan telah menembaki dua tank Israel di sebuah daerah di sebelah barat Rafah dan menembakkan bom mortir ke arah pasukan Israel yang menyerang Shejaia, sebuah daerah pinggiran timur Kota Gaza yang terletak di tengah-tengah daerah kantung tersebut.
Sayap bersenjata Jihad Islam, sebuah kelompok yang bersekutu dengan Hamas, mengatakan bahwa mereka telah menembaki sebuah buldoser militer Israel di Rafah, dan menembaki posisi tentara Israel di sebelah timur Shejaia.
Serangan di Kamp Pengungsi
Di kamp pengungsi Maghazi di Gaza tengah, dua serangan udara Israel menewaskan lima orang Palestina, kata para pejabat kesehatan. Di Shejaia, sebuah serangan udara menewaskan empat orang dan melukai 17 lainnya, kata petugas medis.
Serangan udara lainnya menghantam sebuah mobil di kota selatan Deir Al-Balah, menewaskan tiga orang, kata para pejabat kesehatan.
Deir Al-Balah dipadati oleh ratusan ribu warga Palestina yang terpaksa mengungsi dari rumah-rumah mereka di tempat lain di Gaza, dan penduduk mengeluhkan kekurangan air minum dan kenaikan harga bahan makanan pokok.
"Tidak ada air bersih untuk diminum. Kami terpaksa membeli air asin atau air yang tidak bersih dengan harga yang mahal," kata Shaban, 47 tahun, ayah dari lima orang anak.
"Sebagian besar pengungsi menderita sakit perut dan penyakit seperti hepatitis karena air yang tidak sehat, kurangnya makanan yang layak dan polusi karena banyak yang tinggal di dekat kolam limbah," katanya kepada Reuters melalui aplikasi chatting.
"Sebagian besar pengungsi menderita sakit perut dan penyakit seperti hepatitis karena air yang tidak sehat, kurangnya makanan yang layak dan polusi karena banyak yang tinggal di dekat kolam limbah," katanya kepada Reuters melalui aplikasi chatting.
Evakuasi Rumah Sakit
Perang di Gaza dimulai ketika Hamas menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menawan sekitar 250 warga sipil dan tentara yang mereka tawan di Gaza, menurut perhitungan Israel.
Serangan yang dilancarkan oleh Israel sebagai pembalasan untuk melenyapkan Hamas telah menewaskan hampir 38.000 orang, menurut kementerian kesehatan Gaza, dan membuat daerah kantong pantai yang dibangun dengan susah payah itu menjadi reruntuhan. Pembicaraan yang dimediasi secara internasional sejauh ini telah gagal untuk mengamankan gencatan senjata yang langgeng.
Meskipun Amerika Serikat telah mempertahankan dukungannya yang kuat untuk Israel selama perang, Presiden Joe Biden dalam beberapa kesempatan menyatakan keprihatinannya terhadap perilaku Israel.
REUTERS
Pilihan Editor: Otoritas Islam di Dagestan, Rusia, Larang Penggunaan Niqab