Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Mohammad Dahlan, eks menteri Palestina, dituding menjadi arsitek normalisasi UEA-Israel.
Dahlan, yang diusir dari Palestina pada 2011, kini menjabat penasihat Putra Mahkota UEA.
Hubungan antara UEA dan otoritas Palestina dibekukan pada 2012.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RAMALLAH — Demonstran di Kota Ramallah, Palestina, membakar foto Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Putra Mahkota Emirat Mohammed bin Zayed al-Nahyan (MBZ), dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Ini terjadi sehari setelah pengumuman mendadak normalisasi hubungan Israel-UEA oleh Trump pada 13 Agustus lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain foto mereka, ada satu foto lain yang turut dibakar oleh pengunjuk rasa yang murka. Foto itu menampilkan wajah Mohammed Dahlan, mantan pemimpin Fatah yang juga pernah menjabat Menteri Keamanan Palestina pada 2011.
Tokoh asal Palestina ini dianggap sebagai pengkhianat oleh para pemimpin dan rakyat Palestina. Sebab, ia diduga menjadi arsitek di balik normalisasi UEA-Israel.
Sejak diusir dari Palestina pada 2011 setelah krisis politik dengan kepemimpinan PA saat ini, Dahlan kemudian menjabat penasihat MBZ. "Kami yakin dia adalah kaki tangan dan sponsor dari normalisasi ini," kata Adnan al-Dumairi, juru bicara dinas keamanan di Ramallah, akhir pekan lalu.
Hal senada diungkapkan kelompok Hamas, yang menjadi rival politik Fatah dalam memperebutkan kepemimpinan di Palestina.
Namun tuduhan ini dibantah oleh mantan kepala dinas intelijen domestik Shin Bet Israel, Yaakov Peri. Ia menegaskan, Dahlan bukanlah arsitek normalisasi Emirat dan Israel. Meski demikian, Peri mengakui bahwa Dahlan adalah orang yang sangat mengenal Israel.
Peri telah mengenal Dahlan sejak mereka berkoordinasi tentang masalah keamanan di Gaza, dan kedua pria itu tetap berhubungan secara pribadi.
Kontroversi Dahlan terjadi sejak 2007. Pria yang lahir di kamp pengungsi Khan Yunis 58 tahun silam itu sempat menjabat kepala keamanan di Gaza. Namun ia berselisih dengan rekan-rekannya di partai Fatah ketika diusir oleh Hamas pada 2007.
Empat tahun kemudian, ia dikeluarkan dari Komite Pusat Fatah dengan tuduhan "subversi". Setelah pasukan keamanan menggerebek rumahnya, jelas sudah waktunya untuk berkemas dan pergi. Dia bepergian dan telah menetap di Abu Dhabi.
Faksi yang bersaing dalam kepemimpinan Palestina, Fatah dan Hamas, sama-sama mengutuk perjanjian itu sebagai "pengkhianatan" terhadap aspirasi rakyat mereka untuk sebuah negara merdeka.
Dan mereka melihat tangan Dahlan di belakang UEA menjadi negara Arab pertama dalam seperempat abad, sejak Yordania pada 1994, yang menormalkan hubungan dengan negara Yahudi tersebut.
Rumor yang beredar pada awal Juni menyebutkan bahwa Dahlan telah berperan dalam mengatur dua pengiriman bantuan untuk penanganan pandemi Covid-19 dari Abu Dhabi untuk Palestina. Pihak Palestina menolak bantuan tersebut pada saat itu karena belum dikoordinasikan dengan mereka.
Hubungan antara UEA dan otoritas Palestina dibekukan pada 2012, meskipun otoritas Palestina mempertahankan seorang duta besar di negara itu, yang juga disebut-sebut telah ditarik setelah perjanjian normalisasi diumumkan.
Terakhir kali Presiden Mahmoud Abbas mengunjungi UEA adalah pada 2011, ketika ia bertemu dengan Putra Mahkota Emirat Mohammed bin Zayed di Abu Dhabi.
UEA, yang pernah menjadi pendukung keuangan utama PA, sudah lama berhenti mengirim dana ke pemerintah PA yang berbasis di Ramallah. Catatan Kementerian Keuangan PA yang tersedia untuk umum menunjukkan UEA mengirim rata-rata US$ 87,8 juta setiap tahun ke PA dari 2008 hingga 2013.
Mulai 2014, Abu Dhabi berhenti mengirim uang ke rekening bank PA. Sebaliknya, UEA mulai mengarahkan uangnya ke lembaga independen seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Beberapa pengamat menyalahkan Dahlan atas kemerosotan hubungan itu. Sejak pengasingannya di UEA dimulai, otoritas Palestina telah menyelidiki dan mendakwanya atas beberapa pelanggaran, termasuk dugaan korupsi. Dia diadili secara in absentia oleh pengadilan Palestina pada 2016 dan dijatuhi hukuman 3 tahun penjara.
Tapi Dahlan memiliki pengikut setia di Jalur Gaza, tempat ia dilahirkan. Setelah Emirat mengumumkan normalisasi dengan Israel, Arus Reformasi Demokratik, gerakan yang berafiliasi dengan Dahlan di dalam Fatah, merilis pernyataan.
Posisi faksi pro-Dahlan memuat pernyataan netral, tapi tentu saja bukan kecaman.
Kendati demikian, jika jajak pendapat Palestina menjadi indikasi, Dahlan hampir tidak sepopuler penantang Mahmoud Abbas lainnya, di mana dia hanya memperoleh dukungan 6 persen dalam sebuah survei pemilu, jauh di belakang calon penerus Abbas lainnya seperti Tanzim Marwan Barghouti dan petinggi Hamas, Ismail Haniyeh.
FRANCE24 | DAILY SABAH | THE JERUSALEM POST | SITA PLANASARI AQUADINI
10
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo