Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kamala Harris Digadang-gadang Calon Presiden AS, Berikut Nama Perempuan yang Pernah Memimpin Negara

Sederet nama-nama kepala negara perempuan dihimpun dari berbagai sumber, akankah Kamala Harris menyusul?

24 Juli 2024 | 14.59 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Amerika Serikat (AS), Kamala Harris digadang-gadang sebagai calon presiden terkuat dari Partai Demokrat dalam Pilpres AS 2024. Hal ini menyusul dukungan dari Presiden AS Joe Biden.

"Hari ini saya ingin memberikan dukungan dan dukungan penuh saya agar Kamala menjadi calon partai kita tahun ini," kata Biden lewat kanal media sosial X resminya @JoeBiden pada Minggu, 21 Juli 2024, dikutip dari Antara.

Di sisi lain, seluruh dunia telah biasa menyaksikan seorang wanita memimpin pemerintahan suatu negeri. Oleh sebab itu, berikut sederet nama-nama kepala negara perempuan dihimpun dari berbagai sumber.

1. Khertek Anchimaa-Toka

Dikutip dari Britannica, Khertek Anchimaa-Toka menjabat sebagai kepala parlemen Republik Rakyat Tuva. Ia menjabat dari 1940 hingga 1944. Selama menjabat, ia memperbaiki pendidikan perempuan di negaranya. Anchimaa juga memimpin Tuva ke dalam Perang Dunia II pada 1941 di pihak kekuatan Sekutu, membantu pasukan Soviet. Ia menjabat sebagai Kepala Negara Tuva hingga negara tersebut bergabung dengan Uni Soviet melalui pemungutan suara pada 1944.

2. Vigdis Finnbogadottir

Vigdís Finnbogadóttir terpilih sebagai presiden Islandia pada 1980. Terpilihnya Finnbogadóttir menjadikannya kepala negara wanita pertama di Islandia, dan wanita pertama di dunia yang terpilih sebagai presiden suatu negara. Dengan masa jabatan tepat 16 tahun, ia juga menjadi kepala negara wanita dengan masa jabatan terlama di negara mana pun dalam sejarah. Kenaikan Finnbogadóttir ke tampuk kekuasaan tidak biasa, yakni sebagai direktur Reykjavík Theatre Company.

3. Isabel Peron

Isabel Perón menjabat sebagai wakil presiden Argentina dari 1973 hingga 1974. Ia kemudian menggantikan suaminya, Juan Perón dan menjabat sebagai presiden dari 1974 hingga 1976. Dia adalah kepala negara wanita pertama Argentina dan kepala negara wanita pertama di Amerika Selatan. Namun, Perón didorong untuk mengundurkan diri dari jabatannya setelah tuduhan korupsi terkait dengan Aliansi Antikomunis Argentina, sebuah organisasi ilegal.

4. Corazon Aquino

Corazon Aquino menjabat sebagai presiden Filipina dari 1986 hingga 1992. Dia juga presiden wanita pertama di Asia. Dia dikenal karena peran revolusionernya dalam mengembalikan pemerintahan demokratis ke Filipina. Ia memimpin negara itu menjauh dari rezim otoriter Ferdinand Marcos. Sebagai presiden, ia berfokus pada upaya untuk menstabilkan ekonomi dan menegakkan kebebasan sipil serta hak asasi manusia.

5. Pratibha Patil

Pratibha Patil menjabat sebagai presiden India dari 2007 hingga 2012. Ia juga wanita pertama yang menjabat sebagai gubernur negara bagian India pada 2004. Namun, masa jabatannya sebagai presiden diwarnai dengan kontroversi. Patil dilaporkan telah menghabiskan lebih banyak uang dan melakukan lebih banyak perjalanan ke luar negeri bersama keluarganya daripada presiden India mana pun sebelumnya, menghabiskan sekitar 2,05 miliar INR (sekitar $30 juta atau £24 juta). 

6. Ellen Johnson Sirleaf

Ellen Johnson Sirleaf menjabat sebagai Presiden Liberia dari 2006 hingga 2018. Johnson Sirleaf dikenal karena perannya dalam memperkuat lanskap ekonomi, politik, dan sosial Liberia setelah bertahun-tahun perang saudara. Ia pun mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian pada 2011 untuk pekerjaan hak-hak perempuan. Ia juga membentuk Komite Kebenaran dan Rekonsiliasi untuk mendorong perdamaian di dalam negeri. Pada 2018, ia dianugerahi Penghargaan Ibrahim untuk Prestasi dalam Kepemimpinan Afrika.

7. Golda Meir

Dikutip dari History, Meir menjadi perdana menteri keempat Israel pada 1969. Ia telah mengabdi selama 40 tahun bagi negaranya. Ia menjadi juru bicara utama bagi gerakan Zionis selama Perang Dunia II, sekaligus satu dari dua wanita yang menandatangani deklarasi kemerdekaan Israel pada 1948. Sebagai perdana menteri, upayanya untuk merundingkan perdamaian antara Israel dan negara-negara Arab tetangga terhenti oleh pecahnya Perang Yom Kippur pada Oktober 1973. 

8. Dalia Grybauskaite

Grybauskaite terpilih menjadi Presiden Lithuania pada 2009. Ia dikenal dengan gaya bicaranya yang kuat. Saat Lithuania dilanda krisis, Grybauskaite memfokuskan kampanye pada hal-hal yang sifatnya melindungi masyarakat berpendapatan rendah dan mengentaskan pengangguran yang sempat meningkat hampir 16 persen. Kemenangannya pada pemilu presiden sebanyak 68 persen suara menjadi rekor dalam sejarah pemilu di Lithuania. 

9. Tarja Halonen

Tarja Halonen didapuk menjadi Presiden Finlandia pada 2000. Saat menjabat, ia sekuat tenaga mempertahankan aturan presiden sebagai pimpinan militer dan berkampanye melawan keanggotaan FINNISH dalam NATO. Di sisi lain, Halonen hobi berenang dan memelihara dua kucing. Halonen juga dinilai sebagai pribadi yang kocak, sampai-sampai komedian Connan O'Brien mendorong dia untuk kembali menjadi presiden.

10. Laura Chincilla

Chincilla memenangkan suara pada pemilu Presiden Costa Rica Februari 2010, mengalahkan presiden sebelumnya, Oscar Ariaz Shancez. Ia menjalankan tugasnya karena pengalamannya di bidang hukum dan peradilan. Ia penganut sosial konservatif, menentang perkawinan sesama jenis, dan aborsi. Ia berjanji untuk melanjutkan kebijakan pro bisnis para pendahulunya dengan cadangan investasi internasional dan memperluas perdagangan bebas.  

11. Sheik Hasina Wajed

Ia terpilih sebagai perdana menteri Bangladesh pertama kalinya pada 1996. Namun, ia digulingkan di 2001 karena Transparency International menyebut Bangladesh sebagai negara terkorup di dunia. Tapi itu bukanlah akhir dari karirnya. Ia bersama partai Awami berhasil memenangkan perolehan kursi parlemen pada 2009 dan terpilih kembali menjadi perdana menteri.

ANTARA | BRITANNICA | HISTORY | TIME
Pilihan editor: 7 Fakta Pencalonan Kamala Harris di Pilpres AS November 2024

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus