Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Kecolongan Drone Houthi, Israel Balas Serang Pelabuhan Al-Hudaydah di Yaman

Drone Houthi berhasil menyusup masuk dan meledak di Tel Aviv, Israel. IDF membalas dengan menyerang Yaman.

21 Juli 2024 | 09.56 WIB

Ledakan di pelabuhan Al-Hudaydah, Yaman saat diserang pesawat tempur Israel pada 20 Juli 2024. Foto Angkatan Bersenjata Yaman
Perbesar
Ledakan di pelabuhan Al-Hudaydah, Yaman saat diserang pesawat tempur Israel pada 20 Juli 2024. Foto Angkatan Bersenjata Yaman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Setelah kecolongan drone Houthi yang meledak di tengah Kota Tel Aviv, Angkatan Bersenjata Israel (IDF) balas menyerang kota pelabuhan Al-Hudaydah atau Hodeidah di Yaman pada Sabtu, 21 Juli 2024. IDF mengklaim hanya menyerang sasaran militer, tapi korban sipil berjatuhan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Drone Houthi berhasil menembus sistem pertahanan udara Israel pada Jumat, 19 Juli 2024. Pesawat tak berawak itu lalu menghantam sebuah blok apartemen di dekat kantor cabang Kedutaan Besar Amerika Serikat di Tel Aviv. Satu orang dilaporkan tewas dan sedikitnya 10 orang cedera.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Militer Israel bingung kenapa drone Houthi bisa sampai ke Tel Aviv, wilayah yang selama ini dianggap paling aman di Israel. Menurut IDF, sistem pertahanan mereka telah mendeteksi kedatangan drone itu tapi anehnya hal itu tidak memicu alarm tanda bahaya sebagaimana mestinya.

Militer Israel lalu membalas serangan Houthi itu dengan menyasar Al-Hudaydah. "Pada malam ini, Sabtu, 14 Muharram 1446 Hijriyah atau 20 Juli 2024, pesawat tempur Israel melancarkan serangkaian serangan terhadap fasilitas sipil pemerintahan Al-Hudaydah," kata media Angkatan Bersenjata Yaman, yang dikuasai Houthi. Serangan pesawat tempur F-35 itu menyasar bangunan sipil, tangki minyak, dan pembangkit listrik.

Kementerian Kesehatan Yaman melaporkan bahwa ada korban jiwa dan luka-luka akibat serangan Israel terhadap fasilitas penyimpanan minyak di pelabuhan itu. Kementerian mencatat 3 orang tewas dan 87 orang menderita luka bakar parah akibat serangan tersebut.

Militer Israel mengklaim mereka hanya membidik sasaran militer. "Al-Hudaydah adalah pelabuhan utama Yaman untuk mengirim senjata dari Iran, seperti drone yang menyerang pada Jumat pagi," kata Laksamana Muda Daniel Hagari, juru bicara IDF. “Serangan Israel yang perlu dan proporsional dilakukan untuk menghentikan dan mengusir serangan teror Houthi setelah 9 bulan serangan udara terus menerus terhadap wilayah Israel.”

Al-Hudaydah adalah kota terbesar keempat di Yaman yang terletak di pesisir Laut Merah dan menjadi pusat kegubernuran Al-Hudaydah. Pada 2023, populasi kota itu diperkirakan sekitar 735.000 jiwa.

Mohammed Abdulsalam, juru bicara Ansarullah, nama resmi Houthi, menyatakan bahwa agresi Israel itu, yang bertujuan untuk melipatgandakan penderitaan rakyat dan menekan Yaman agar berhenti mendukung Gaza, adalah mimpi yang tidak akan menjadi kenyataan.

“Apa yang kami tekankan adalah bahwa agresi terang-terangan ini hanya akan membuat rakyat dan Angkatan Bersenjata Yamannya yang berani lebih bertekad, tabah, dan terus-menerus, dengan cara yang semakin meningkat, untuk mendukung Gaza. Rakyat Yaman mampu menghadapi semua tantangan untuk mencapai kemenangan atas ketidakadilan yang terjadi di Palestina dan rakyat Gaza,” kata Abdulsalam, seperti dikutip media Yaman, Al Masirah, pada Minggu, 21 Juli 2024.

Hizbullah di Libanon memperingatkan bahwa langkah sembrono yang diambil oleh Israel ini menandai awal dari fase konfrontasi baru dan berbahaya di seluruh kawasan. “Kami sepenuhnya yakin bahwa pemimpin Yaman, dengan pengetahuan, keberanian, dan kekuatannya, mampu mengambil langkah-langkah yang diperlukan dan tepat untuk menghalangi musuh ini serta sekutu regional dan internasionalnya,” kata Hizbullah dalam pernyataan yang dikutip Al Manar.

Serangan langsung Israel ke Yaman ini dikhawatirkan akan meningkatkan ketegangan di kawasan Timur Tengah. Israel kini menghadapi serangan Hizbullah di Libanon, Hamas di Palestina, Houthi di Yaman, dan Perlawanan Islam di Irak. Sekretaris Jenderal PBB António Guterres memperingatkan soal kemungkinan meluasnya konflik di Timur Tengah. “Satu tindakan gegabah—satu kesalahan perhitungan—dapat memicu bencana yang melampaui batas negara dan, sejujurnya, di luar imajinasi,” kata Guterres pada Juni 2024.

Angkatan Bersenjata Israel masih menyelidiki peristiwa tidak biasa yang terjadi pada Jumat malam itu, ketika drone udara Houthi mencapai Tel Aviv. Menurut IDF, drone itu terdeteksi oleh radar beberapa menit sebelum meledak tapi tidak ditandai sebagai target musuh dan tidak dicegat oleh Angkatan Udara Israel.

Angkatan Udara Israel mencoba merekonstruksi perkiraan jalur penerbangan drone itu. Menurut perkiraan awal, drone itu diluncurkan dari Yaman, terbang lebih dari 2.000 kilometer melalui Mesir ke pantai Laut Mediterania, yang kemungkinan besar di daerah Al-Arish. Dari sana, drone itu melanjutkan perjalanan ke utara hingga jatuh di kawasan permukiman di Jalan Ben Yehuda di Tel Aviv, Israel.

Sejak awal perang Israel-Hamas di Gaza, sistem pertahanan udara dan pesawat Angkatan Udara Israel telah menggagalkan ribuan rudal dari semua medan tempur. Menurut data IDF, yang dikutip media Israel Maariv, seluruh 200 drone dan rudal jelajah yang diluncurkan dari Yaman yang sedang dalam perjalanan untuk mencapai sasaran di Israel berhasil dicegat, kecuali drone yang menyerang pada Jumat malam itu.

Sejak Oktober 2023, Houthi telah menyerang lebih dari 150 kapal Amerika Serikat, Inggris, Israel, dan negara lain yang melintasi Laut Merah, Teluk Aden, dan perairan Yaman. Hal ini mereka lakukan sebagai respons terhadap serangan Israel ke Gaza, Palestina. Houthi menyatakan tak akan menghentikan serangannya bila Israel tak menghentikan pengepungan Jalur Gaza.

 

Akankah konflik meluas di kawasan Timur Tengah? Baca selengkapnya: Gaza Kedua di Libanon Selatan

 

Iwan Kurniawan

Iwan Kurniawan

Sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada (1998) dan Master Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina (2020. Bergabung di Tempo sejak 2001. Meliput berbagai topik, termasuk politik, sains, seni, gaya hidup, dan isu internasional.

Di ranah sastra dia menjadi kurator sastra di Koran Tempo, co-founder Yayasan Mutimedia Sastra, turut menggagas Festival Sastra Bengkulu, dan kurator sejumlah buku kumpulan puisi. Puisi dan cerita pendeknya tersebar di sejumlah media dan antologi sastra.

Dia menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (2020).

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus