Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara mengkritik Amerika Serikat, Korea Selatan dan Jepang, yang baru-baru ini memperkuat kerja sama bidang militer. Lewat kerja sama itu, diharapkan bisa mewujudkan rencana Amerika Serikat untuk membangun sebuah aliansi militer seperti NATO di kawasan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara pada Minggu, 3 Juli 2022, mengatakan ada banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh kantor berita KCNA.
“Kenyataan jelas memperlihatkan bahwa tujuan sebenarnya Amerika Serikat adalah menyebarkan rumor soal ancaman dari Korea Utara untuk memberikan sebuah pengecualian agar bisa mencapai supremasi militer terhadap wilayah Asia-Pasifik,” kata Juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berbicara selama sidang hari keempat Rapat Pleno ke-3 Komite Sentral ke-8 Partai Buruh Korea di Pyongyang, Korea Utara pada 18 Juni 2021 dan saat konferensi sekretaris sel Partai Buruh yang berkuasa di Pyongyang, pada 9 April 2021. KCNA/via REUTERS
Kementerian Luar Negeri Korea Utara juga menyebut situasi yang terjadi saat ini, telah mendesak untuk membangun pertahanan negara agar bisa mengatasi kejengkelan dari kondisi keamanan yang berubah-ubah dengan cepat.
Para pemimpin Amerika Serikat, Korea Selatan dan Jepang melakukan pertemuan di sela-sela KTT NATO pada akhir pekan lalu. Ketiga negara tersebut setuju untuk mengeksplorasi lebih jauh upaya mempertahankan diri dari serangan Korea Utara.
Sebelumnya, Laporan International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN) pada Selasa 28 Juni 2022, menyatakan Korea Utara mungkin telah menghabiskan US$642 juta atau Rp9,4 triliun untuk program nuklirnya tahun lalu. ICAN adalah organisasi anti-nuklir, yang bermarkas di Jenewa, Swiss.
ICAN mengatakan, perkiraan ini didasarkan pada asumsi kalau Korea Utara akan terus menghabiskan sekitar sepertiga dari pendapatan nasional bruto mereka untuk militer. Sekitar 6 persen dari anggaran militer itu dialokasi untuk senjata nuklir.
Negara ini pun tampaknya siap untuk menguji senjata baru meskipun sedang berjuang melawan wabah Covid-19 dan krisis ekonomi.
Sumber: Reuters
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.