Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Polisi yang menjadi pelaku penembakan remaja di Prancis, Nahel Merzouk mendapat dukungan keuangan dari warganet. Sebuah kampanye penggalangan dana kontroversial diluncurkan di platform GoFundMe untuk membantu keluarga polisi tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dana yang berhasil dihimpun di GoFundMe itu mencapai € 1 juta atau setara Rp 16,3 mililar, pada Senin, 3 Juli 2023. Kampanye tersebut diluncurkan oleh seorang tokoh sayap kanan Prancis.
Penggalangan dana itu hampir lima kali lipat dibandingkan kampanye serupa untuk ibu Nahel yang menjadi korban penembakan. Terlepas dari kontroversi tersebut, GoFundMe mengatakan tidak akan menghentikan kampanye tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada hari Senin, para menteri Prancis yang diundang di radio dan acara TV dengan susah payah berusaha menghindari sikap terhadap masalah tersebut. "Setiap orang dapat mengekspresikan perasaan mereka dan berkontribusi pada dana. Tapi saya pikir, dalam kasus ini, itu tidak akan mereda," ujar Menteri Kehakiman Eric Dupond-Moretti dilansir dari Politico, Selasa, 4 Juli 2023.
Nahel Merzouk adalah seorang pemuda keturunan Afrika Utara berusia 17 tahun. Ia ditembak oleh seorang perwira polisi pekan lalu yang menghentikan kendaraannya.
Peristiwa itu telah membuat kerusuhan di Prancis berkobar. Demonstrasi besar-besaran yang berujung kekerasan terjadi di seluruh negeri. Peristiwa itu memicu kembali ketegangan yang telah lama membara antara pemuda dan polisi, yang dituduh melakukan kekerasan dan diskriminasi rasial.
Dalam beberapa hari terakhir, perusuh telah menjarah toko, membakar balai kota dan kantor polisi. Perusuh juga menyerang rumah walikota dan keluarganya.
Ketegangan tampaknya telah mereda pada Senin pagi. Pada Minggu malam, sekitar 157 orang ditangkap. Jumlah orang yang ditangkap dalam kerusuhan di Prancis menurun tajam dibandingkan hari-hari sebelumnya. Polisi dan pemerintah tetap waspada.
Kampanye penggalangan dana untuk membantu keluarga polisi itu diprakarsai oleh Jean Messiha, tokoh media sayap kanan dan pendukung mantan calon presiden Eric Zemmour. "Dukungan untuk keluarga petugas kepolisian Nanterre, Florian M, yang melakukan pekerjaannya dan sekarang harus membayar mahal," tulis halaman itu.
Menurut Libération , Messiha pertama kali mencoba meluncurkan kampanye di platform penggalangan dana Prancis Leetchi. Namun penggalangan dana itu diblokir setelah beberapa jam karena perusahaan meminta dokumentasi resmi.
GoFundMe sejauh ini tidak memiliki rencana untuk memblokir atau menghapus halaman tersebut. Seorang juru bicara perusahaan mengatakan bahwa kampanye penggalangan dana tidak melanggar aturan platform.
"Saat ini, kampanye ini sudah sesuai dengan terms of use kami karena dana akan dibayarkan langsung ke keluarga yang bersangkutan. Keluarga tersebut telah ditambahkan sebagai penerima manfaat dan oleh karena itu dana akan dibayarkan langsung kepada mereka," ujar juru bicara tersebut. Dana yang digunakan untuk pembelaan hukum atas kejahatan kekerasan serta ujaran kebencian tidak diperbolehkan di platform ini.
Keluarga Nahel mengaku kecewa dan sakit hati terhadap upaya penggalangan dana untuk petugas kepolisian itu. Nenek Nahel, Nadia menjawab, "Hati saya sakit."
Kematian bocah itu telah menyulut perdebatan baru tentang sejarah panjang dan masalah Prancis dengan populasi etnis minoritasnya. Politisi sentris dan sayap kiri mengutuk penggalangan dana Messiha.
Eric Bothorel, dari partai Presiden Emmanuel Macron En Marche, menulis di Twitter. “Jean Messiha meniup bara api. Ini adalah generator kerusuhan. Panci beberapa ratus ribu euro untuk petugas polisi yang didakwa dalam pembunuhan Nahel muda tidak senonoh dan memalukan," ujarnya.
Olivier Faure, ketua Partai Sosialis, meminta GoFundMe untuk menutup penggalangan dana. Ia menuduh platform tersebut "menyiapkan segudang rasa malu". “Anda mempertahankan patah tulang yang sudah menganga dengan berpartisipasi mendukung seorang petugas polisi yang didakwa melakukan pembunuhan yang disengaja!"
Politisi sayap kiri David Guiraud menulis di Twitter: “Pesan yang diasumsikan adalah bunuh orang Arab, dan Anda akan menjadi jutawan, dan pemerintah menyaksikan kengerian ini berlalu tanpa mengatakan apa-apa ketika telah menutup pot rompi kuning dalam 2 hari yang menabrak seorang polisi. Menjijikkan."
Kelompok aktivis Prancis Sleeping Giants men-tweet penggalangan dana tersebut mengobarkan sentimen ketidakadilan dan memperparah ketegangan.
POLITICO | AL JAZEERA
Pilihan Editor: 10 Daftar Mata Uang Terlemah di Dunia, Ada Rupiah hingga Dong Vietnam