Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pergi ke Brussels, Belgia, kantor pusat Dewan Uni Eropa, untuk membicarakan kesepakatan pasca-Brexit dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.
Tersisa tiga pekan bagi Inggris untuk keluar dari Uni Eropa berdasarkan referendum pada 2016.
Kegagalan untuk mencapai kesepakatan akan mengganggu perbatasan, mengejutkan pasar keuangan, serta menabur kekacauan melalui rantai pasokan di seluruh Eropa dan sekitarnya.
LONDON – Pertemuan makan malam itu digambarkan sebagai upaya terakhir untuk menghindari kesepakatan suram tanpa hasil atau no-deal Brexit menjelang tiga pekan keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Cukup sering pertemuan empat mata berujung pada terobosan-terobosan,” ujar Michael Gove, Sekretaris Kabinet Boris Johnson yang juga menangani negosiasi Brexit, kepada Times Radio, kemarin. Meski begitu, kata Gove, “Uni Eropa tetap harus bergerak.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keluarnya Britania Raya dari Uni Eropa, atau biasa disingkat Brexit, merupakan hasil referendum Inggris pada 23 Juni 2016. Referendum Brexit memutuskan apakah Britania Raya, yang telah bergabung bersama 27 negara di Eropa selama 47 tahun, harus meninggalkan keanggotaannya atau tetap tergabung dalam Uni Eropa. Referendum ini diikuti 30 juta pemilih atau sekitar 71 persen partisipasi. Hasilnya, 51,9 persen warga Britania memilih keluar, sedangkan 48,1 persen memilih tetap tergabung dengan Uni Eropa. Setelah serangkaian dialog di parlemen Inggris dan Uni Eropa, Britania Raya memutuskan menarik diri pada 31 Desember 2020.
Tersisa tiga pekan bagi Inggris untuk keluar dari Uni Eropa, tapi sampai kini belum juga dicapai kesepakatan. Sejumlah kendala dihadapi selama dialog pada masa transisi pertama tahun ini. Ketidaksepakatan antara Inggris dan Uni Eropa, antara lain, berkaitan dengan hak penangkapan ikan, aturan perdagangan, kewarganegaraan Inggris yang bekerja di Uni Eropa dan sebaliknya, pengaturan perbatasan yang rumit dengan Irlandia Utara, serta bagaimana semua kesepakatan itu akan diatur.
Reuters melaporkan, kegagalan mencapai kesepakatan akan mengganggu perbatasan, mengejutkan pasar keuangan, dan menabur kekacauan dalam rantai pasokan di seluruh Eropa dan sekitarnya. Apalagi dunia saat ini menghadapi biaya ekonomi yang besar akibat pandemi virus corona (Covid-19).
Sumber pemerintah Inggris, seperti dilansir BBC, menyatakan bahwa kemajuan politik para pemimpin negosiator, yaitu Lord Frost dari Inggris dan Michel Barnier dari Uni Eropa, masih akan dilanjutkan dalam beberapa hari mendatang. Namun, sumber itu menegaskan, hal yang penting adalah bersikap “realistis” bahwa kesepakatan mungkin tidak tercapai.
Gove mengatakan perlu ada gerakan, baik dari Inggris maupun Uni Eropa. Meski demikian, dia menambahkan, Inggris tetap ingin mengendalikan aturan dan regulasinya sendiri. Gove sendiri enggan menyebutkan hal atau peluang yang bakal dihasilkan dalam pertemuan tersebut. Dia yakin pertemuan satu lawan satu di antara para pemimpin dapat menghasilkan terobosan.
Ihwal perbatasan dengan Irlandia, Inggris mengatakan telah mencapai kesepakatan dengan Uni Eropa tentang bagaimana mengelola perbatasan Irlandia-Irlandia Utara. Irlandia, anggota Uni Eropa, mengatakan pakta tentang Irlandia Utara, yang merupakan bagian dari wilayah Inggris, menawarkan beberapa harapan bagi kesepakatan perdagangan yang lebih luas, meskipun London maupun Brussels tidak terlalu optimistis. Gove berharap kesepakatan ihwal Irlandia Utara akan membuka jalur yang lebih mulus menuju kemungkinan kesepakatan.
REUTERS | BBC | VOA | SUKMA LOPPIES
Kesepakatan Suram Inggris-Uni Eropa Pasca-Brexit
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo