Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Abramovich di Tanah Palestina

Konglomerat Rusia yang juga pemilik klub sepak bola Chelsea, Roman Abramovich, ditengarai terlibat dalam pendudukan Israel di Yerusalem. Dana disalurkan melalui perusahaan di negara suaka pajak.

10 Oktober 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Investigasi BBC dan Shomrim menemukan peran jutawan Rusia, Roman Abramovich, dalam pendudukan Israel di Yerusalem.

  • Dananya disalurkan melalui perusahaan di negara suaka pajak.

  • Dana digunakan yayasan di Israel untuk membangun perumahan Yahudi di Yerusalem.

SUATU malam pada musim panas lalu, sebuah truk tentara Israel memasuki Tuqu, desa kuno Palestina dekat Betlehem, membawa pergi sebuah batu pembaptisan dari abad kelima di era Bizantium. Batu seberat 8 ton dan setinggi 1,5 meter itu berbentuk segi delapan dengan hiasan salib dan karangan bunga. Arkeolog memperkirakan batu itu digunakan untuk melayani jemaat di sebuah gereja kuno di desa tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seorang jurnalis Palestina merekam peristiwa itu dengan telepon selulernya. Rekaman video itu tersiar di Twitter dan perdebatan pecah mengenai pemilik batu tersebut. Batu itu pernah dicuri pada tahun 2000. Pemerintah Tuqu menemukannya dua tahun kemudian dan mengembalikannya ke desa tersebut. Hanan Ashrawi, pejabat senior Palestina, menuduh Israel telah mencuri benda bersejarah itu. Pencurian itu, kata dia, “Tindakan premanisme dan perampasan budaya yang keji.”

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Israel, sebaliknya, mengklaim bahwa Palestina telah mencuri batu itu sekitar 20 tahun lalu dan hanya mengembalikannya. “Ini momen yang penting dan menggembirakan,” ucap Hananya Hizmi, Kepala Unit Arkeologi di Administrasi Sipil, lembaga di bawah Kementerian Pertahanan yang memerintah Tepi Barat. “Kami telah berhasil mengembalikan peninggalan arkeologi yang unik setelah bertahun-tahun melakukan pencarian.”

Menurut +972 Magazine, majalah daring (online) nirlaba yang dikelola jurnalis Israel dan Palestina, tentara Israel sudah sering mengambil artefak dari tanah Palestina dan menempatkannya di Silwan, daerah pendudukan Israel yang sekarang disebut Kota Daud di Yerusalem. Daerah itu kini sepenuhnya dibersihkan dari orang-orang Palestina dan dijadikan obyek wisata eksklusif kaum Yahudi.

Kota Daud dan situs arkeologi lain di Israel dikelola oleh Ir David Foundation, yang dikenal dengan akronim Elad dalam bahasa Ibrani. Yayasan itu juga mendirikan rumah-rumah di kota tersebut untuk warga Yahudi yang didatangkan secara bertahap. Elad salah satu organisasi nirlaba terbesar dan terkaya Israel. Pendapatannya pada 2018 mencapai 116 juta shekel atau Rp 504 miliar lebih. Saat itu mereka telah memiliki real estate senilai Rp 1 triliun, yang Rp 600 miliar di antaranya berupa perumahan bagi orang Yahudi.

Hasil investigasi BBC dan Shomrim Center for Media and Democracy yang diterbitkan pada akhir September lalu menunjukkan penyandang dana terbesar Elad adalah Roman Abramovich, konglomerat dan orang dekat Presiden Rusia Vladimir Putin. Temuan ini mengungkap peran besar tokoh Rusia itu di Palestina.

Menurut media Suriah, Enab Baladi, sebanyak 20 persen warga Israel berasal dari Rusia dan memiliki kewarganegaraan Rusia. Yang utama adalah tokoh-tokoh Yahudi dalam lingkaran Putin, khususnya Rotenberg bersaudara, yakni Arkady dan Boris, serta Abramovich. Mereka pengusaha paling berpengaruh yang diandalkan Presiden Rusia untuk menjalankan berbagai kegiatan bisnis strategis. Mereka juga memiliki pengaruh terhadap kebijakan Negeri Beruang Merah atas Timur Tengah, termasuk Palestina dan Suriah.

Temuan BBC dan Shomrim itu berangkat dari penelusuran atas dokumen #FinCENFiles—sebutan untuk bocoran data Financial Crimes Enforcement Network, lembaga intelijen keuangan Amerika Serikat. Dokumen yang diajukan ke Kongres Amerika sebagai bagian dari investigasi tentang dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan Presiden Amerika pada 2016 itu bocor ke BuzzFeed, yang kemudian membagikannya kepada International Consortium of Investigative Journalists. Konsorsium itu bekerja sama dengan 400 jurnalis dari 108 media di dunia, termasuk Tempo, menyelidiki lebih lanjut isi dokumen tersebut.


Roman Abramovich lahir dari keluarga keturunan Yahudi di Lituania pada 24 Oktober 1966 sebagai warga negara Uni Soviet (kini Rusia). Lulusan Gubkin Institute of Oil and Gas di Moskow ini tergolong “oligark”. Dia menjadi kaya berkat kedekatan dengan pemerintah. Dia dekat dengan Boris Yeltsin dan Vladimir Putin.


Elad dan sumbangan Abramovich tak disebutkan dalam dokumen tersebut. Namun #FinCENFiles merinci pelaku bisnis dan perusahaan dari seluruh dunia, termasuk informasi tentang pemilik manfaat alias pemilik sebenarnya berbagai perusahaan dan banyak perusahaan cangkang. Pemilik manfaat atau beneficial owner adalah pihak yang berkuasa atas suatu korporasi meskipun namanya tak tertera dalam dokumen resmi perusahaan.

Nama empat perusahaan yang memberikan sumbangan kepada Elad muncul dalam dokumen yang dikirim Deutsche Bank cabang Amerika ke Departemen Keuangan Amerika. Keempatnya adalah Farleigh, Cantley, Ovington, dan Leiston. Roman Abramovich disebut sebagai pemilik manfaat utama tiga perusahaan pertama. Dokumen itu tak menyebutkan siapa pemilik sebenarnya Leiston, tapi Leiston diketahui sebagai perusahaan investasi yang memegang sejumlah kontrak pemain sepak bola dan di bawah kendali Abramovich, pemilik klub sepak bola Inggris, Chelsea.

Keempat perusahaan itu terdaftar di British Virgin Islands, kawasan suaka pajak milik Inggris, pada hari yang sama pada 2003 dan dengan alamat serupa. Farleigh telah menyumbangkan senilai Rp 764 miliar lebih kepada Elad. Leiston menyumbangkan sekitar Rp 408 miliar, Ovington memberikan Rp 282 miliar, dan Cantley mengirim Rp 56 miliar. Nama perusahaan yang tercantum di laporan Elad ini juga muncul dalam dokumen #FinCENFiles.

Total sumbangan mereka ke Elad mencapai lebih dari Rp 1,5 triliun, sekitar separuh dari sumbangan yang diterima Elad pada tahun itu. Pada 2007, mereka menyumbang 90 persen dana yang diterima Elad pada tahun itu dan kebanyakan digunakan untuk “beragam proyek pembangunan dan perumahan di Kota Daud”.

Elad pada mulanya bergerak terutama di bidang pendidikan dan pariwisata. Shahar Shiloh, pemimpin bagian pemasaran Elad hingga 2016, menjelaskan kepada BBC bahwa strategi organisasinya bergeser dan berfokus pada wisata sejarah dengan maksud mencoba membentuk realitas serta mempengaruhi opini publik untuk memperkuat kedaulatan Yahudi atas Yerusalem.

Organisasi ini sebenarnya bekerja untuk memperkuat kehadiran kaum Yahudi di Yerusalem Timur. Pada 2018, laporan Elad kepada Panitera Asosiasi dan Perusahaan untuk Kepentingan Publik, kantor pengawasan dan pengendalian organisasi nirlaba Israel, menyatakan telah menerima sumbangan sekitar Rp 365 miliar, kebanyakan berasal dari Friends of Ir David, lembaga penggalang dana berbasis di New York.

Ketika sumbangan mulai mengalir dari British Virgin Islands, Elad mendatangkan 190 orang Yahudi ke Silwan dan Kota Daud, yang dikunjungi sekitar 150 ribu wisatawan setiap tahun. Belakangan, setelah dana hingga US$ 100 juta diterima, jumlah warga Yahudi yang didatangkan meningkat hampir dua kali lipat dan jumlah pengunjung situs wisata sejarahnya menembus 500 ribu orang.

Roman Abramovich lahir dari keluarga keturunan Yahudi di Lituania pada 24 Oktober 1966 sebagai warga negara Uni Soviet (kini Rusia). Lulusan Gubkin Institute of Oil and Gas di Moskow ini tergolong “oligark”. Dia menjadi kaya berkat kedekatan dengan pemerintah. Dia dekat dengan Boris Yeltsin dan Vladimir Putin. Bisnis minyak dan aluminium membuat dia menjadi satu dari sepuluh orang terkaya Rusia versi Forbes. Kekayaannya diperkirakan sekitar US$ 13 miliar.

Dia menjadi warga negara Israel pada 2018 dan belakangan ini membeli beberapa properti mewah di sana. Dia seorang filantropis yang menyumbangkan ratusan juta dolar ke organisasi-organisasi Yahudi di Rusia, menyediakan dana untuk melawan antisemitisme di Inggris, dan menggelontorkan duit ke Sheba Medical Center di Tel Hashomer, Tel Aviv. Tapi Abramovich tak banyak berbicara soal politik atau masalah konflik Israel-Palestina.

Seorang juru bicara Abramovich menyatakan kepada BBC bahwa Abramovich berkomitmen mendukung masyarakat sipil di Israel, juga komunitas Yahudi, dan selama lebih dari 20 tahun telah menyumbangkan lebih dari US$ 500 juta di bidang pendidikan dan kesehatan di Israel serta komunitas Yahudi di seluruh dunia. Adapun Doron Spielman, Wakil Presiden Elad, mengatakan organisasinya menghormati privasi donaturnya.

IWAN KURNIAWAN (SHOMRIM, BBC, +972 MAGAZINE, THE TIMES OF ISRAEL, ENAB BALADI, THE GUARDIAN)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Iwan Kurniawan

Iwan Kurniawan

Kini meliput isu internasional. Sebelumnya menulis berbagai topik, termasuk politik, sains, dan seni. Pengasuh rubrik Pendapat dan kurator sastra di Koran Tempo serta co-founder Yayasan Mutimedia Sastra. Menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (Kemitraan Partnership, 2020). Lulusan Filsafat Universitas Gadjah Mada.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus