Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SRINAGAR - Ketegangan di antara dua negara jiran di Asia Selatan, Pakistan dan India, terus meningkat sejak sepekan terakhir menyusul serangan bom bunuh diri yang menewaskan 44 polisi paramiliter India di wilayah sengketa Kashmir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Upaya untuk meredakan ketegangan kedua negara pemilik senjata nuklir di Asia Selatan ini pun mulai dilakukan. Kemarin, Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mehmood Qureshi meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa turun tangan untuk meredakan ketegangan antara negaranya dan India.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal itu dia ungkapkan dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Sekretaris Jenderal PBB.Antonio Guterres. "Dengan rasa mendesak, saya meminta perhatian Anda untuk situasi keamanan yang memburuk, yang dihasilkan dari ancaman penggunaan kekuatan terhadap Pakistan oleh India," demikian yang ditulis Qureshi dalam suratnya kepada Guterres, seperti dikutip The Express Tribune.
Menurut Qureshi, India sengaja meningkatkan retorika bermusuhan terhadap Pakistan, terutama menjelang pemilu di negara yang mayoritas penduduknya beragama Hindu tersebut. India juga mengisyaratkan mungkin meninggalkan Perjanjian Perairan Indus (Indus Waters Treaty). "Ini akan menjadi kesalahan yang menyedihkan."
Karena itu, dia meminta Guterres agar bersedia menenangkan India dan mencegahnya mengambil tindakan yang dapat meningkatkan ketegangan. Guterres pun diharapkan bisa membujuk India agar mau berdialog dengan Islamabad. "Saya meminta surat ini diedarkan kepada anggota Dewan Keamanan dan Majelis Umum (PBB)," kata Qureshi.
Ketegangan terbaru antara Pakistan dan India terjadi sejak pekan lalu, yakni ketika serangan bom bunuh diri terjadi di wilayah yang dipersengketakan kedua negara, Kashmir. Insiden itu menewaskan 44 polisi paramiliter India.
India menuding Pakistan terlibat dalam serangan tersebut. Tudingan terbaru dilontarkan komandan militer India di wilayah Kashmir, Letnan Jenderal KJS Dhillon, kemarin. Ia menuding badan intelijen Pakistan (ISI) terlibat dalam serangan pekan lalu yang diklaim oleh kelompok milisi Jaish-e-Mohammad (JeM) yang bermarkas di Pakistan.
"Saya tidak bisa lebih spesifik tentang dugaan peran badan intelijen militer Pakistan. Namun JeM adalah anak dari tentara Pakistan dan ISI. Serangan itu didalangi oleh Pakistan, ISI, dan JeM," kata dia di Srinagar, ibu kota Negara Bagian Jammu dan Kashmir, seperti dikutip Reuters.
Tudingan itu tentu saja membuat pemerintah Pakistan meradang. Islamabad menuntut New Delhi melakukan penyelidikan terbuka dan kredibel atas serangan itu untuk mendukung klaimnya. "Mengaitkannya dengan Pakistan bahkan sebelum investigasi tidak masuk akal," ujar Qureshi dalam surat kepada Guterres.
Setelah insiden itu, India dan Pakistan sama-sama memanggil pulang duta besarnya. Hal itu menjadi isyarat memanasnya hubungan diplomatik kedua negara. Tak hanya itu, India telah menyatakan siap melakukan aksi balasan.
Di lokasi terpisah, militer India terlibat baku tembak dengan gerilyawan Kashmir beberapa hari setelah serangan bom bunuh diri. Sedikitnya sembilan orang tewas dalam bentrokan tersebut. Pertempuran pecah di Distrik Pulwama, sebelah selatan Kota Srinagar. Para pejabat mengatakan empat tentara, seorang polisi, tiga gerilyawan, dan seorang warga sipil tewas dalam bentrokan tersebut.
Identitas milisi tidak diungkapkan, tapi laporan media lokal menyebutkan salah satu dari mereka yang tewas adalah Abdul Rashid Gazi, warga negara Pakistan yang perannya dalam serangan pada Kamis pekan lalu sedang diselidiki.
Ratusan tentara menyerbu Desa Pinglan pada Ahad malam dan menembaki lokasi yang diduga sebagai tempat persembunyian milisi. Militer India melancarkan perburuan besar-besaran sejak sebuah van yang berisi bahan peledak menyerang konvoi yang mengangkut 2.500 petugas keamanan di dekat Pinglan pada Kamis lalu.
JeM adalah salah satu dari beberapa kelompok milisi yang memerangi pasukan India di Kashmir, yang telah terpecah antara India dan Pakistan sejak kemerdekaan dari Inggris pada 1947. Keduanya mengklaim wilayah di Himalaya itu dan telah berperang tiga kali di wilayah tersebut.
Kashmir adalah zona yang paling termiliterisasi di dunia dengan sekitar 500 ribu tentara India dikerahkan untuk melawan pemberontakan yang pecah pada 1989. Puluhan ribu orang, terutama warga sipil, tewas dalam konflik tersebut. Kekerasan melonjak sejak 2016 dengan hampir 600 orang tewas pada tahun lalu, korban tertinggi dalam satu dekade. THE EXPRESS TRIBUNE | REUTERS | CHANNEL NEWSASIA | SITA PLANASARI AQUADINI
Ketegangan di Kashmir Meningkat
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo