Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
GAZA – Rumah Sakit Indonesia di Kota Beit Lahia, Jalur Gaza Utara, Palestina, di ambang mati total. Sejak listrik di Gaza padam pada Rabu lalu, pasokan bahan bakar untuk generator listrik darurat menipis. Di sisi lain, jumlah korban yang datang semakin banyak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Relawan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia di Jalur Gaza, Fikri Rofiul Hag, mengatakan sistem kesehatan di rumah sakit terancam mati total karena tak ada setrum. Situasi diperparah oleh menipisnya pasokan obat-obatan. Sejak perang antara kelompok milisi Hamas dan militer Israel meletus pada Sabtu lalu, Rumah Sakit Indonesia belum mendapatkan bantuan bahan bakar dan obat-obatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Semua jalur pengiriman diblokade oleh Israel. Mereka juga mengancam truk pembawa bantuan memasuki Jalur Gaza,” kata Fikri melalui sambungan telepon sekitar pukul 07.00 waktu setempat, Kamis, 12 Oktober 2023.
Hingga Kamis pagi itu, lebih dari 1.000 orang luka-luka dirawat di RS Indonesia. Jumlah korban perang warga sipil yang meninggal di rumah sakit itu juga telah melampaui 200 orang, naik sekitar 50 jiwa dibanding pada sehari sebelumnya. Jumlah korban, kata Fikri, diprediksi bertambah karena sejumlah tempat pengungsian telah penuh.
“Di Rumah Sakit Indonesia, kamar mayat penuh. Banyak mayat berada di luar kamar mayat. Para pengungsi juga tidur di teras rumah sakit,” kata Fikri.
Pemandangan Gaza saat pemadaman listrik yang meluas setelah pembangkit listrik utama kehabisan bahan bakar dan dimatikan selama konflik Israel-Palestina di Kota Gaza, 11 Oktober 2023. REUTERS/Mohammed Salem
Lumpuhnya fasilitas layanan kesehatan bukan satu-satunya masalah yang dihadapi warga Gaza. Pasokan bahan makanan juga menipis. Toko-toko di Beit Lahia mulai tutup. Hanya ada satu pusat belanja yang masih membuka layanan penjualan kebutuhan pokok. Namun stok bahan pokok di pasar swalayan itu juga menipis.
Selain itu, menurut Fikri, ketersediaan air minum menipis. Tanpa listrik, warga kesulitan mendapatkan air bersih. “Saya juga harus menghemat makan dan minum,” kata Fikri.
Fikri mengatakan drone atau pesawat tanpa awak militer Israel masih berpatroli di langit Jalur Gaza. Drone itu berpatroli pada pagi, siang, dan malam. Suara bisingnya saat melintas di langit Jalur Gaza selalu membuat warga khawatir. Setiap malam, langit yang sama dipenuhi percikan api dari rudal yang ditembakkan Israel. “Setelah itu, baru suara ledakan akan terdengar,” ujar Fikri.
Suara ledakan itu masih bertalu-talu hingga kemarin. Banyak bangunan, seperti perumahan, gedung bertingkat, masjid, dan pasar, rusak parah. Menurut Fikri, RS Indonesia turut porak-poranda. “Plafon-plafon rusak,” kata Fikri.
Karena itu, Fikri berharap masyarakat internasional segera turun tangan membantu warga sipil di Jalur Gaza. Saat ini kebutuhan obat-obatan, bahan bakar, pasokan makanan, dan uang menjadi kebutuhan paling penting. “Kami memohon bantuan keselamatan WNI dan warga sipil di Jalur Gaza,” ujarnya.
Tank Israel menembak di dekat perbatasan Israel dengan Jalur Gaza di Israel Selatan, 12 Oktober 2023. REUTERS/Ronen Zvulun
Di tempat lain, Ghassan Abu Sitta, seorang ahli bedah rekonstruksi di Rumah Sakit al-Shifa, mengungkapkan banyak pasien tidak ditangani di rumah sakit terbesar di Jalur Gaza yang terletak di Rimal Utara, Jalur Gaza, Kegubernuran Gaza. Dia mengatakan memiliki 50 pasien yang menunggu mendapat tindakan operasi.
“Kami sudah melampaui kapasitas sistem untuk mengatasinya,” kata Ghassan, seperti dikutip Reuters, kemarin.
Menurut dia, rumah sakit hanya memiliki sisa waktu seminggu sebelum lumpuh. Alasannya bukan hanya karena bahan bakar kian menipis, tapi juga akibat kekurangan pasokan obat-obatan.
Bencana Kemanusiaan di Jalur Gaza
Pada hari keenam sejak penyerangan Hamas pada Sabtu lalu, Israel terus melancarkan serangan balasan dengan menyerang warga sipil di Jalur Gaza. Senin lalu, Israel mengumumkan pengepungan total. Mereka memblokade masuknya bahan pangan, bahan bakar, dan air ke Gaza. Israel menutup semua titik penyeberangan.
Sementara itu, Ketua Otoritas Energi Palestina Thafer Melhem mengungkapkan pembangkit listrik telah padam karena kehabisan bahan bakar pada Rabu kemarin. Bahan bakar untuk pembangkit listrik itu tak bisa didatangkan lantaran seluruh jalur penyeberangan menuju Gaza ditutup.
Jalur Gaza, wilayah yang dihuni 2,3 juta warga Palestina, kini menghadapi bencana kemanusiaan yang semakin besar. Perserikatan Bangsa-Bangsa mencatat sebanyak 338.934 warga Palestina telah mengungsi. Hampir 220 ribu orang di antaranya mengungsi di 92 sekolah milik Badan Pengungsi Palestina PBB (UNRWA). PBB melaporkan hampir setengah juta orang kehilangan akses ke pasokan pangan.
Berdasarkan catatan pemerintah Palestina, setidaknya 1.350 warga negaranya di Jalur Gaza telah tewas dan 6.049 warga Jalur Gaza lainnya luka-luka. Korban juga berjatuhan di sisi Israel. Pemerintah Israel menyatakan sebanyak 1.300 warganya meninggal dan 3.300 orang lainnya mengalami luka-luka.
Warga membawa gadis Palestina yang terluka di lokasi serangan Israel di sebuah rumah di Khan Younis, selatan Jalur Gaza, 11 Oktober 2023. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
Juru bicara UNRWA, Adnan Abu Hasna, menyatakan akan ada potensi terjadinya bencana kemanusiaan di Jalur Gaza bila tidak ada koridor aman untuk pengiriman bantuan. Ditutupnya jalur perbatasan akan menyulitkan masuknya bantuan kemanusiaan.
“Jalur Gaza akan mengalami bencana kemanusiaan yang tidak pernah terjadi sebelumnya jika koridor aman tidak dibuka bagi bantuan kemanusiaan, termasuk persediaan medis, makanan, dan air,” kata Adnan dalam keterangan resmi, kemarin.
UNRWA juga melaporkan tempat penampungan di sekolah-sekolah UNWRA sudah penuh. Situasi ini diperparah oleh menipisnya stok makanan dan barang-barang non-makanan. Tidak hanya itu, penampungan juga mengalami krisis air minum. Krisis ini disebabkan oleh rusaknya infrastruktur dan kurangnya listrik yang diperlukan untuk mengoperasikan pompa.
Adnan mengatakan persediaan air tidak dapat diisi kembali akibat blokade total terhadap Jalur Gaza oleh otoritas Israel. “Bahan bakar tidak dapat didatangkan dan pemasok air Israel tidak dapat lagi mengirim air ke Gaza,” kata Adnan.
Direktur Regional Komite Palang Merah Internasional Fabrizio Carboni mengatakan satu-satunya pembangkit listrik di Gaza telah dipadamkan, Rabu lalu. Saat ini bahan bakar untuk generator darurat untuk kegiatan operasional rumah sakit sudah menipis. Padahal rumah sakit membutuhkan listrik untuk terus menangani pasien.
Fabrizio khawatir, bila rumah sakit kehilangan pasokan listrik, bayi baru lahir yang membutuhkan inkubator dan pasien lanjut usia yang membutuhkan oksigen bakal berada dalam risiko kematian. “Tanpa listrik, rumah sakit berisiko berubah menjadi kamar mayat,” kata Fabrizio, seperti dikutip Reuters, kemarin.
Anak-anak Palestina yang terluka akibat serangan Israel menerima perawatan di sebuah rumah sakit di Kota Gaza, 11 Oktober 2023. REUTERS/Mohammed Salem
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian menuding Israel telah melakukan tindakan genosida karena melakukan pengepungan total terhadap Gaza. “Memutus aliran air dan listrik serta menolak masuknya obat-obatan dan makanan telah menciptakan kondisi di mana Israel berupaya melakukan genosida terhadap semua orang di Gaza,” kata Hossein, seperti dikutip Reuters, kemarin.
Dewan Pengungsi Norwegia juga menyerukan kepada komunitas internasional agar mendesak dibukanya akses untuk bantuan kemanusiaan. Sekretaris Jenderal Dewan Pengungsi Norwegia Jan Egeland mengatakan warga sipil di Gaza saat ini hampir kehabisan bahan bakar dan kekurangan obat-obatan. Bahan pangan pun mulai menipis.
“Kita harus mampu memberikan bantuan yang dapat menyelamatkan nyawa masyarakat Gaza secepat mungkin,” kata Jan Egeland, seperti dikutip Aljazeera, kemarin.
Human Rights Watch (HRW), organisasi hak asasi manusia global, mendesak pemerintah Israel mematuhi hukum internasional yang mengharuskan terjaminnya kebutuhan dasar penduduk terpenuhi pada masa konflik. Hamas juga memang harus diadili karena membunuh warga sipil di Israel. Namun tindakan Israel merampas hak listrik dan bahan bakar bagi penduduk Gaza tidak bisa dibenarkan.
“Taktik ini merupakan kejahatan perang, sama halnya dengan menggunakan kelaparan sebagai senjata perang,” demikian pernyataan HRW seperti dikutip Aljazeera, kemarin.
Menteri Energi Israel Katz mengatakan pihaknya tidak akan mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza sampai Hamas melepaskan tawanan. Dia yakin Hamas masih menyandera puluhan warga Israel. “Bantuan kemanusiaan ke Gaza? Tidak ada sakelar listrik yang akan dinyalakan, tidak ada keran air yang akan dibuka, dan tidak ada truk bahan bakar yang akan masuk sampai para korban penculikan Israel dipulangkan,” kata Katz seperti dikutip Aljazeera, kemarin.
Bantuan kemanusiaan yang akan dikirim ke Gaza, di Amman, Yordania, 12 Oktober 2023. REUTERS/Jehad Shelbak
Upaya Pengiriman Bantuan ke Jalur Gaza
Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan pemerintahannya sedang melakukan persiapan yang diperlukan untuk mengirim bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Namun pejabat Kementerian Pertahanan Turki mengungkapkan pengiriman bantuan kemanusiaan itu masih sulit dilakukan karena situasi belum kondusif.
“Dalam kondisi saat ini, sangat sulit mengirim bantuan ke sana,” kata pejabat Kementerian Pertahanan Turki itu, seperti dikutip Reuters, kemarin.
Erdogan, kata sumber ini, mengatakan telah membicarakan pengiriman bantuan dengan Mesir, Amerika Serikat, dan Qatar. Namun dia belum mengetahui jadwal pengiriman itu.
Menurut sumber keamanan Mesir, pembicaraan antara Mesir, Amerika Serikat, Qatar, dan Turki membahas gagasan untuk mengirim bantuan kemanusiaan melalui penyeberangan Rafah, antara Gaza dan Semenanjung Sinai, Mesir.
Sebagai mediator utama antara Israel dan Palestina selama periode kerusuhan di Gaza, pemerintah Mesir menyatakan akan berusaha memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan. Mesir akan mengarahkan penerbangan bantuan internasional ke Bandar Udara Al Arish yang berjarak sekitar 45 kilometer dari perbatasan Gaza. Bandara ini akan menerima tiga penerbangan bantuan dari Qatar dan Yordania.
Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry mengatakan pemerintahannya menekankan agar penyeberangan Rafah terus dibuka untuk memberikan bantuan kemanusiaan. Mesir meminta penyeberangan harus tetap terbuka sampai kebutuhan kemanusiaan disalurkan.
“Kami mendesak penyeberangan Rafah tetap dibuka,” kata Sameh Shoukry, seperti dikutip Reuters, kemarin.
Namun dua sumber keamanan Mesir mengatakan penerbangan tersebut tidak akan meninggalkan bandara sampai koridor kemanusiaan telah ditetapkan. Keduanya mengungkapkan Mesir dan Yordania telah menerima jaminan dari pemerintah Amerika Serikat bahwa bantuan akan dikirim ke Gaza.
Adapun Yordania mengirim sebuah pesawat berisi bantuan kemanusiaan ke Mesir, untuk selanjutnya akan dikirim ke Jalur Gaza, kemarin. Yayasan Amal Hashemite mengatakan pesawat itu membawa persediaan medis atas perintah Raja Yordania Abdullah II. Pesawat bantuan itu dikirim di bawah koordinasi dengan Mesir. Persediaan bantuan akan dikirim ke otoritas kesehatan di Gaza melalui perbatasan Rafah.
HENDRIK YAPUTRA | ALJAZEERA | REUTERS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo