Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penjarahan melanda kota Acapulco di Meksiko setelah resor pantai ikonik tersebut dihantam Badai Otis Rabu lalu. Badai yang menewaskan sedikitnya 27 orang itu, menyebabkan ribuan penduduk berjuang untuk mendapatkan makanan dan air.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Otis menghantam Acapulco dengan kecepatan angin 266 km per jam pada Rabu pagi, membanjiri kota, merobek atap rumah, toko dan hotel, menenggelamkan kendaraan, dan memutus komunikasi, jalan raya, dan penerbangan.
Kerugian akibat badai Kategori 5 mencapai miliaran dolar, dan lebih dari 8.000 anggota angkatan bersenjata dikirim untuk membantu pemulihan pelabuhan yang terkena dampak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saat ini uang tidak ada gunanya bagi kami karena tidak ada yang bisa dibeli, semuanya telah dijarah,” kata Rodolfo Villagomez, warga Acapulco, 57 tahun, Jumat, 27 Oktober 2023. "Itu benar-benar kacau. Anda bisa mendengarnya mendesis seperti banteng."
Pada Kamis malam, orang-orang mengambil barang-barang termasuk makanan, air, dan tisu toilet dari toko-toko. “Kami datang untuk mencari makanan, karena kami tidak punya makanan,” kata seorang wanita kepada Reuters.
Reuters melaporkan, warga membawa kardus dari supermarket yang rusak. Di dalam toko, rak-rak sudah kosong.
“Ada aksi penjarahan di beberapa tempat karena keadaan darurat,” kata Presiden Andres Manuel Lopez Obrador pada hari Jumat, dan mendesak warga untuk tidak mengambil keuntungan dari situasi tersebut.
Di tempat lain, sisa-sisa rumah tangga berada di antara reruntuhan kursi geladak dan tumpukan pohon di luar rumah yang hancur.
Berbicara pada konferensi pers rutin, Lopez Obrador mengatakan pemerintah akan membantu masyarakat di kota berpenduduk hampir 900.000 jiwa di negara bagian Guerrero di bagian selatan, salah satu kota termiskin di Meksiko.
Namun banyak warga yang sudah muak dan khawatir.
“Bantuan tidak mencukupi dan semua toko ditutup atau dihancurkan,” kata Raul Busto Ramirez, 76 tahun, seorang insinyur yang bekerja di bandara Acapulco. Dia menyalahkan penjarahan sebagai penyebab kekurangan uang dan mengatakan mesin ATM tidak dapat digunakan lagi, menyebabkan orang-orang tidak mempunyai uang tunai.
Pemerintah hanya mengeluarkan sedikit informasi mengenai korban tewas dan luka-luka, hanya mengatakan empat orang juga hilang. Beberapa pejabat secara pribadi menyatakan kekhawatirannya bahwa jumlah korban tewas akan meningkat.
Letitia Murphy mulai khawatir ketika dia kehilangan kontak dengan mantan suami dan ayah dari kedua anaknya, warga Inggris Neil Marshall, 59 tahun, yang berada di Acapulco ketika Otis menyerang.
REUTERS