Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEOUL - Korea Utara meminta Korea Selatan berhenti menjadi penengah pembicaraan antara Pyongyang dan Washington. Permintaan ini datang ketika Korea Utara berupaya meningkatkan tekanan kepada Amerika Serikat untuk menyusun proposal baru demi menyelamatkan perundingan denuklirisasi yang terhambat sejak konferensi tingkat tinggi (KTT) Hanoi pada Februari lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Departemen Luar Negeri Korea Utara untuk Urusan Amerika, Kwon Jong-gun, mengatakan tidak pernah lagi melalui Korea Selatan ketika berurusan dengan Amerika. Dia juga membantah komentar Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan pejabat Seoul lainnya yang mengklaim adanya diskusi di antara kedua Korea. "Lebih baik bagi otoritas Korea Selatan untuk mengurus urusan dalam negeri mereka sendiri," kata Kwon dalam pernyataannya, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Presiden Amerika Donald Trump dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, belum bertemu lagi sejak KTT kedua di Hanoi gagal mencapai kesepakatan terkait dengan denuklirisasi Semenanjung Korea. Kegagalan KTT Amerika-Korea Utara menjadi pukulan bagi Presiden Moon yang bolak-balik mengunjungi Washington dan Pyongyang untuk membantu memfasilitasi diplomasi kedua negara. Moon, seorang liberal yang bertemu Kim tiga kali selama tahun lalu, melobi secara intensif untuk mencapai pertemuan antara Washington dan Pyongyang. Korea Selatan-jiran Korea Utara-berupaya memfasilitasi diplomasi dan menemukan resolusi yang dinegosiasikan untuk masalah nuklir Korea Utara.
Pernyataan Kwon ini muncul setelah Presiden Cina Xi Jinping bertemu dengan Kim selama kunjungan pemimpin Cina itu ke Pyongyang pekan lalu. Kunjungan Xi ke Pyongyang merupakan pertama sejak 2005. Beberapa pengamat mengatakan perjalanan Xi mengisyaratkan bahwa Beijing, sekutu utama dan penyumbang bantuan, berniat untuk memainkan peran yang lebih besar sebagai mediator dalam masalah nuklir sekaligus meningkatkan pengaruh dengan Washington atas perselisihan perdagangan. Belum ada komentar dari Beijing menanggapi hal ini. Meski begitu, dalam kunjungan Xi ke Pyongyang, keduanya sepakat meningkatkan diplomasi terlepas dari apa pun situasi internasional.
Ada harapan bahwa dialog denuklirisasi akan kembali dilanjutkan setelah Trump dan Kim baru-baru ini saling bertukar surat. Korean Central News Agency (KCNA), kantor berita resmi Korea Utara, mengatakan bahwa surat Trump memiliki konten yang luar biasa dan Kim akan serius merenungkannya. Namun, KCNA tidak memerinci dan menjelaskan lebih lanjut isi surat tersebut.
Kwon mengatakan Amerika Serikat terus berbicara tentang dialog tapi bersamaan dengan tindakan bermusuhan yang justru membuat semakin putus asa. Meski Kwon tidak merinci, juru bicara Kementerian Luar Negeri mengatakan bahwa sanksi yang dibuat Amerika terhadap Korea Utara adalah tindakan permusuhan, bahkan sejak pertemuan puncak pertama di Singapura tahun lalu.
Korea Utara mengingatkan Amerika bahwa mereka tidak punya banyak waktu hingga tenggat akhir tahun yang ditetapkan Kim untuk mengadopsi metode lain untuk menghidupkan kembali perundingan denuklirisasi. "Dialog tidak akan terbuka meskipun Amerika berulang kali berbicara tentang dimulainya kembali dialog tapi tidak mempertimbangkan proposal realistis bagi kepentingan kedua pihak," ujar dia. "Hubungan Korea Utara-Amerika tetap berjalan berdasarkan hubungan persahabatan antara Kim dan Trump."
Kementerian Unifikasi Korea Selatan mengatakan dorongannya untuk perdamaian dan denuklirisasi di Semenanjung Korea melalui dialog tidak berubah. Amerika dan Korea Utara merasa perlu melanjutkan diplomasi dan berusaha mempersempit perbedaan untuk KTT yang baru
Menteri Unifikasi, Kim Yeon-chul, mengatakan bahwa negara perlu terus membangun kepercayaan setelah pembicaraan yang gagal antara Trump dan Kim pada Februari di Hanoi. "Pelajaran yang dapat diperoleh dari KTT Hanoi adalah Amerika dan Korea Utara tidak boleh mengulangi kegagalan," ujar Kim.
Menteri Luar Negeri Amerika, Mike Pompeo, pada Ahad lalu menyebut bahwa putaran baru dalam dialog baru dalam perundingan nuklir sebagai kemungkinan yang sangat nyata, menyusul surat yang dikirim Presiden Trump ke pemimpin Kim. ASSOCIATED PRESS | REUTERS | AL JAZEERA | SUKMA LOPPIES
Misteri Hilangnya Warga Australia di Korea Utara
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo