Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Teheran -Aksi demonstrasi yang berujung rusuh di Iran sedang menjadi sorotan publik di seluruh dunia. Para pengunjuk rasa di ibu kota Teheran dan kota-kota lainnya turun ke jalan, membakar kantor polisi dan kendaraan milik aparat.
Gelombang aksi protes yang sudah berlangsung enam malam berturut-turut ini sebagai bentuk kemarahan atas kematian Mahsa Amini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir IranWire, Mahsa Amini, seorang perempuan berusia 22 tahun yang berasal dari Kota Saghez, Provinsi Kurdistan. Dia adalah sosok perempuan progresif yang gemar membaca. Keluarganya menggambarkan anak kedua dari tiga bersaudara ini sebagai gadis manis yang suka melancong, serta memiliki kegemaran terhadap musik dan seni etnis Kurdi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada Jumat, 16 September 2022 waktu setempat, Amini meninggal di rumah sakit setelah tiga hari mengalami koma. Meninggalnya seorang perempuan kelahiran 22 Juli 2000 ini bermula ketika dia bersama keluarga melakukan perjalanan ke Teheran untuk mengunjungi kerabat, Selasa, 13 September 2022. Saat memasuki pintu masuk Jalan Raya Haqqani, dia ditangkap oleh patroli polisi moral.
Amini ditangkap karena diduga melanggar aturan hijab. Tak lama kemudian, dia dilarikan ke rumah sakit karena mengalami koma.
Media setempat, Iran International, melaporkan bahwa Amini menderita beberapa pukulan di kepala. Pihak keluarga juga mengatakan petugas memukulinya di mobil polisi setelah penangkapannya.
Di sisi lain, polisi menolak tuduhan tersebut, dengan mengatakan Amini dibawa ke rumah sakit karena mengalami serangan jantung. Padahal, keluarganya mengatakan dia tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Setelah koma selama tiga hari, akhirnya Amini dinyatakan meninggal dunia di Rumah Sakit Kasra di Teheran Utara pada Jumat, 16 September 2022.
“Keadaan yang mengarah pada kematian mencurigakan dalam tahanan wanita muda berusia 22 tahun Mahsa Amini, yang mencakup tuduhan penyiksaan dan perlakuan buruk lainnya dalam tahanan, harus diselidiki secara pidana," kata Amnesty International.
Atas insiden inilah yang kemudian menyulut gelombang aksi demonstrasi di Iran. Para pengunjuk rasa mengecam keras tindakan yang dilakukan oleh patroli polisi moral Iran. Demo yang berlangsung enam malam berturut-turut ini sekaligus sebagai gerakan protes akan aturan wajib hijab yang diberlakukan di Iran sejak Revolusi Islam 1979.
HARIS SETYAWAN
Baca juga : Demo Iran: 17 Orang Tewas, Presiden Raisi Ancam Demonstran