Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari 1.200 anak-anak usia di bawah lima tahun meninggal di sejumlah kamp pengungsian di Sudan, negara yang dikoyak perang. UNHCR dan WHO memperkirakan jumah anak-anak yang meninggal itu terhitung sejak pertengahan Mei 2023 sampai September 2023, yang diduga karena wabah campak dan gizi buruk akut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Laporan bersama UNHCR dan WHO pada Selasa, 19 September 2023, menyebutkan kematian anak-anak itu terjadi di negara bagian Nill Putih, Sudan, di mana tingginya angka kematian ini menyoroti situation buruknya situasi kesehatan di Sudan sebagai dampak pertempuran antara militer dengan kelompok bersenjata sejak april 2023.
Data UNHCR memperlihatkan ada lebih dari 3.100 kasus dugaan campak dan gizi buruk, serta lebih dari 500 kasus kolera, terjadi di Sudan. Fasilitas – fasilitas kesehatan kewalahan karena kekurangan staf, kebutuhan medis dan peralatan kritis lainnya. Bukan hanya itu, rumah sakit dan tenaga kesehatan pun menjadi sasaran serangan sehingga memperburuk upaya pemberian layanan, memperburuk wabah dan meningkatkan angka kematian.
“Puluhan anak-anak meninggal setiap hari sebagai dampak dari konflik yang mematikan ini dan kurangnya perhatian global. Kita bisa mencegah lebih banyak kematian, namun dibutuhkan lebih banyak uang untuk merespon semua ini, memberikan akses pada mereka yang membutuhkan dan yang terpenting dari semua ini adalah mengakhiri perang,” kata Filippo Grandi, Komisi tinggi PBB untuk urusan pengungsi.
Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan tenaga kesehatan setempat dengan bantuan dari WHO dan mitra-mitranya, sedang berupaya mencegah lebih banyak kematian dan mencegah memburuknya wabah.
“Mereka benar-benar membutuhkan bantuan internasional untuk mencegah kematian lebih lanjut dan mencegah menyebarnya wabah. Kami menyerukan para pendonor agar lebih bermurah hati dan pada pihak-pihak yang bertikai agar melindungi para tenaga kesehatan serta membuka akses kesehatan bagi mereka yang membutuhkan,” kata Tedros.
Sumber: rt.com
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.