Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Lima Halaman Menunjuk ke Moskow

Nasib Kesepakatan Jenewa tentang Ukraina tak menentu karena aksi kekerasan berlanjut. Intelijen dan pasukan khusus Rusia dituding terlibat.

28 April 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dokumen dari Permanent Mission of Ukraine to International Organization in Vienna itu sebanyak enam halaman. Satu lembar pengantar dari Ihor Prokopchuk, duta besar Ukraina untuk badan tersebut. Lima halaman lain memuat foto tentara berseragam hijau, bersenjata AK-47, yang diambil di Slovyanks dan Kramatorsk, saat terjadi perebutan gedung kantor pemerintah di dua kota di Ukraina timur itu, awal April lalu.

Dalam surat kepada pejabat Organization for Security and Cooperation in Europe (OSCE) yang berkantor pusat di Wina, Austria, 16 Maret 2014, Prokopchuk mengatakan foto itu merupakan bukti tambahan bahwa Rusia memprovokasi dan mengkoordinasi gerakan separatisme di bagian timur negara itu. Ukraina meyakini sejumlah pria berseragam dalam foto adalah petugas intelijen dan Spetsnaz, pasukan khusus Rusia.

Bukti itu disampaikan sehari sebelum digelar pertemuan antara Ukraina, Rusia, Uni Eropa, dan Amerika Serikat di Jenewa, Swiss, Kamis dua pekan lalu. Pertemuan diniatkan untuk mengatasi krisis politik di eks negara bagian Uni Soviet itu, yang bermula dari protes anti-pemerintahan Victor Yanukovich sejak akhir 2013. Langkah Yanukovich yang membatalkan pakta perjanjian dagang dengan Uni Eropa, dan memilih berpaling ke Rusia, memicu demonstrasi oleh kelompok oposisi.

Oposisi menggelar demonstrasi dan menduduki Balai Kota Kiev dan Lapangan Kemerdekaan pada awal Desember 2013. Aksi massa ini, yang kemudian dikenal sebagai gerakan Maidan, berujung pada terdepaknya Yanukovich pada 23 Februari. Ia digantikan oleh Olexander Turchynov. Jatuhnya Yanukovich menjadi dalih adanya demonstrasi dan pengambilalihan sejumlah gedung pemerintah oleh massa pro-Rusia di Crimea, wilayah Ukraina di daerah semenanjung.

Pengambilalihan pada 27-28 Februari itu mengawali kampanye oleh daerah yang didominasi etnis Rusia ini untuk meminta referendum. Saat referendum digelar, pada 16 Maret, mereka memutuskan berpisah dari Ukraina dan resmi bergabung dengan Federasi Rusia, dua hari sesudahnya. Ukraina dan sekutu Baratnya mengecam langkah Crimea dan menyebutnya sebagai bentuk aneksasi oleh Rusia.

Sanksi Amerika dan Uni Eropa tak membuat Moskow gentar. Rusia malah memperkuat pasukan di perbatasannya dengan Ukraina, yang membuat pemerintah di Kiev dan sekutunya khawatir Moskow tak akan berhenti setelah mencaplok Crimea.

Tak berselang lama, tepatnya pada 7 April, massa pro-Rusia menguasai gedung pemerintahan di Ukraina Timur, antara lain di Donetsk dan Luhansk. Mereka menyerukan tuntutan seperti Crimea, yaitu meminta referendum untuk merdeka. Aksi pendudukan serupa meluas di kota-kota di dekatnya, seperti Sloviansk, Yenakiyevo, Artemivsk, Horlivka, Makiivka, Mariupol, dan Kramatorsk.

Dalam pertemuan dengan pejabat OSCE, organisasi keamanan kawasan yang salah satu tugasnya adalah mencegah konflik, pada 14 April, Ukraina menyampaikan informasi bahwa intelijen dan Spetsnaz Rusia di balik gerakan separatisme ini. Dua hari kemudian, Ukraina memberikan bukti tambahan enam halaman itu.

Salah satu pria dalam foto diidentifikasi sebagai Igor Ivanovich Strelkov alias Strelok, veteran militer dan petugas dari Intelijen Militer Rusia, Glavnoye Razvedovatel'noye Upravlenie (GRU). Badan intelijen Ukraina bidang dalam negeri, Sluzhba Bezpeky Ukrayiny (SBU), dalam pernyataannya mengatakan, "Pada awal April tahun ini Strelkov menerima perintah langsung dari Moskow untuk memulai kampanye sabotase luas di Ukraina, termasuk di Donetsk dan Luhansk."

Pejabat keamanan Ukraina lainnya menambahkan, intelijen Rusia diyakini telah bertahun-tahun membangun jaringan "agen tidur" atau mata-mata yang menyamar untuk jangka waktu lama, di timur Ukraina. SBU juga penerus Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti (KGB) yang memiliki cabang di negara itu. KGB kini digantikan oleh Sluzhba Vneshney Razvedki (SVR) untuk operasi di luar negeri dan Federal Security Service of the Russian Federation (FSB) untuk dalam negeri. Mantan perwira GRU, Ihor Petrovych Smeshko, juga pernah memimpin SBU, sejak 4 September 2003 hingga 4 Februari 2005.

Salah satu yang dikenali sebagai "agen tidur" itu adalah Igor Bezler, 49 tahun, penduduk asli Crimea yang bertugas di GRU sampai 2002, sebelum ia pindah ke Horlivka. Di kota timur Ukraina ini, ia bekerja sebagai penjaga keamanan dan kepala perusahaan pemakaman.

Setelah massa pro-Rusia merebut kantor polisi Horlivka, ia dikenali dari video yang diunggah di situs organisasi berita lokal. Video itu menunjukkan dia sedang berbaris dengan seragam di depan puluhan polisi setempat. Ia mengenalkan diri sebagai letnan kolonel di militer Rusia. Pejabat Ukraina menuding ia sudah ditugasi sejak awal April lalu untuk merebut gedung SBU di wilayah Donetsk, kemudian kantor polisi di Horlivka.

"Fakta bahwa Rusia membangunkan jaringannya (sel tidur) adalah bukti kita sedang berhadapan dengan operasi serius, bukan lagi main-main," kata seorang pejabat senior keamanan Ukraina yang tak bersedia disebutkan identitasnya.

SBU memulai penyelidikan kriminal terhadap Strelkov pada 15 April lalu. Pria yang disebut menjadi asisten soal keamanan untuk S. Aksionov, perdana menteri dari negara yang memproklamasikan diri sebagai Republik Otonom Crimea, itu dijerat dengan sejumlah pasal. Antara lain, melakukan pembunuhan berencana; melanggar kedaulatan, integritas, dan teritorial Ukraina; serta mengkoordinasi tindakan subversi dan kerusuhan di wilayah timur Ukraina. Foto Strelkov dipasang di situs SBU, 17 April lalu, dengan judul berita "Wanted!".

Ukraina juga menambahkan bukti keterlibatan Spetsnaz. "Separatis yang menduduki gedung di Donetsk dipersenjatai 100 senapan AK, yang digunakan secara eksklusif oleh pasukan khusus Rusia," bunyi informasi yang disebarkan Kedutaan Besar Ukraina di Jakarta, dua pekan lalu. Model sepatu gerilyawan bersenjata itu diproduksi Butex, perusahaan Rusia yang memasok logistik ke badan intelijen negara itu.

Amerika menyebut bukti yang disodorkan Ukraina valid. Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika, Jen Psaki, mengatakan yakin foto-foto itu "merupakan bukti lebih lanjut" bahwa Rusia mempersenjatai dan mengorganisasi kelompok separatis bersenjata. Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam percakapan telepon dengan Presiden Amerika Barack Obama pada 14 April lalu, membantah tudingan ini dan mengatakan itu adalah "spekulasi berdasarkan informasi yang tidak dapat diandalkan".

Intelijen Ukraina juga mengidentifikasi keterlibatan lembaga perbankan Rusia dalam pendanaan kelompok teroris di timur Ukraina. SBU melansir informasi bahwa pada Maret dan April lalu sebuah bank menguangkan sekitar US$ 3,8 juta untuk membiayai demonstran anti-pemerintah Kiev. Setiap hari setidaknya ada transfer US$ 200-500 kepada mereka. Penyelidik SBU memulai proses pidana atas kasus ini pada 15 April lalu.

Pertemuan Jenewa digelar di tengah iklim saling tuding soal siapa penyebab aksi kekerasan di negara eks Uni Soviet itu. Pertemuan Kamis dua pekan lalu akhirnya menyepakati lima hal. Poin paling utama adalah pelucutan kelompok bersenjata serta pengosongan jalan dan gedung di Ukraina dan kota lain yang sebelumnya diduduki. Empat hal lainnya: penghentian aksi kekerasan, pemberian amnesti untuk pengunjuk rasa, reformasi konstitusi, dan penunjukan OSCE untuk mengawasi kesepakatan ini.

Hanya, perjanjian ini tak berumur panjang. Setelah kesepakatan ditandatangani, massa pro-Rusia yang menguasai gedung pemerintahan di Ukraina Timur tak mengindahkannya. Massa Maidan juga merasa tak terikat dengan kesepakatan itu karena tak bersenjata.

Aksi kekerasan juga berlanjut, ditandai oleh tewasnya dua orang akibat penyiksaan. Seorang di antaranya politikus lokal Sloviansk, Volodymyr Rybak. Ia ditemukan tewas di sungai pada Selasa pekan lalu, setelah hilang pada 17 April saat berusaha menurunkan bendera yang dikibarkan pemberontak di sebuah gedung pemerintah yang dikuasai massa pro-Rusia.

Pejabat sementara Presiden Ukraina Olexander Turchynov menyebutkan dua kematian itu telah menodai Perjanjian Jenewa dan massa pro-Rusia sudah kelewatan. Rabu pekan lalu, saat Wakil Presiden Amerika Joe Biden berkunjung ke Ukraina untuk menunjukkan dukungannya, ia memerintahkan kembali operasi militer—yang kedua setelah 15 April lalu—terhadap gerilyawan bersenjata yang disebut didukung Moskow itu.

Abdul Manan (New York Times, Washington Post, Guardian, CNN)


Titik Panas Konflik Ukraina

Rusia
Kekuatan Militer Rusia

  • Kelompok Utara 9.400
  • Belgorod 8.000
  • Donbass 8.000
  • Taganrog 3.000
  • Tentara cadangan Tavriya 12.500

    Crimea: Dicaplok Rusia

    Perbandingan Kekuatan

    Tentara

  • Rusia: 845.000
  • Ukraina: 129.950

    Tank

  • Rusia: 2.500
  • Ukraina: 1.110

    Pesawat Tempur

  • Rusia: 1.389
  • Ukraina: 221

    Kapal Perang

  • Rusia: 171
  • Ukraina: 17

    Senjata nuklir

  • Rusia: 1.480 hulu ledak nuklir
  • Ukraina: 0

    Belanja militer

  • Rusia: US$ 78 miliar
  • Ukraina: US$ 1,6 miliar

    Bahan: Diolah dari Royal United Services Institute (RUSI), International Institute for Strategic Studies (IISS), BBC, Washington Post

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus