Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Lintas Internasional

20 Agustus 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sri Lanka
Jurus Baru Kumaratunga

Dua jurus dilancarkan Presiden Chandrika Kumaratunga secara berturutan, pekan lalu: memajukan pemilu dan membubarkan parlemen sebelum waktunya. Pemilu yang semula November dimajukan jadi Oktober, sementara parlemen dibubarkan seminggu sebelum waktunya.

Alasan Kumaratunga adalah ingin secepat mungkin menyelesaikan masalah Tamil secara damai. Bom bunuh diri di Kota Vavuniya, pekan lalu, yang menewaskan gadis cilik berusia sembilan tahun, adalah bukti masih panasnya konflik Tamil. Selama 17 tahun, perang antara gerilyawan Tamil dan pemerintah Sri Lanka telah menewaskan 60 ribu nyawa. Macan Tamil menuntut kemerdekan bagi wilayah utara dan timur Sri Lanka, yang didiami 3,2 juta warga beragama Hindu. Kumaratunga sendiri merencanakan memberikan otonomi bagi Tamil.

Tapi, kebijakan ini ditolak oleh hampir semua partai oposisi Sri Lanka, seperti: Partai Nasional Bersatu, Partai Nasionalis Sinhala Urumaya, juga para sesepuh Buddhis yang amat berpengaruh bagi mayoritas 70 persen warga Buddhis di Sri Lanka. Mereka berpendapat, pemberian otonomi akan makin mempertajam perbedaan etnis. Ketidaksenangan pada Kumaratunga juga dipicu isu bahwa Kumaratunga memaksa Sirimavo Bandaranaike, Perdana Menteri Sri Lanka (84 tahun) yang tak lain adalah ibunya sendiri, mengundurkan diri karena alasan kesehatan. "Padahal, Ibu berniat mengundurkan diri setelah akhir pemilihan umum," kata Anura Bandaranaike, adik laki-laki Kumaratunga.

Amerika Serikat
Gore-Lieberman Meragukan

Setelah mendengar orasi Al Gore dan Lieberman dari Partai Demokrat, masyarakat Amerika ternyata masih ragu-ragu dengan duet calon presiden ini. Begitulah kesimpulan jajak pendapat di beberapa majalah papan atas Amerika. Poling Newsweek menunjukkan George W. Bush, kandidat Partai Republik, memperoleh 48 persen, sementara Gore 38 persen.

Yang mencuri perhatian pada konvensi Partai Demokrat itu justru Lieberman. Ia melambungkan impian Amerika tentang persamaan hak. Ia menceritakan pengalamannya pada tahun 1960-an berpawai dengan tokoh kulit hitam Martin Luther King.

Tapi kini hampir semua media massa di Amerika penasaran dengan rasa ingin tahu. Apakah negeri ini siap menerima kepemimpinan seorang Yahudi? Laporan utama Time dan Newsweek, misalnya, mengubek-ubek sisi-sisi keyahudian Lieberman, mulai hal-hal serius seperti sikap politiknya sampai pada masalah apakah Lieberman akan menganggap Hollywood sebagai Sodom dan Gomorah?

Iran
Bui untuk Para Satiris

Satire adalah sebuah pedang. Itu tampaknya yang dirasakan para mullah penguasa Iran. Setelah serangkaian pembredelan media massa, pekan lalu giliran beberapa esais terkemuka Iran diadili. Ebraham Nabavi dan Mohammad Ghoochani, dua orang kolumnis terkemuka di Iran, diciduk. Nabavi sempat dijuluki "satiris terbaik Iran". Pada 1998, ia dibui sebulan lamanya untuk sebuah tulisan kritisnya. Sedangkan Mohammad Ghoochani—dikenal sering menulis di harian Asr-e-Azadegan, koran yang sudah dibredel—ditangkap sehari setelah ia dianugerahi gelar sebagai penulis politik terbaik.

Juga ditangkap Ahmad Zeidabadi, seorang penulis liberal. Penulis lain yang juga ditangkap adalah Masud Behnud. Di belakang penangkapan ini adalah Anshar Hizbulah, yang mendukung politik konservatif Iran. Keempat kolumnis itu ditangkap dengan tuduhan menghina Islam.

Polandia
Walesa Intel Soviet?

Di Polandia beredar fotokopian dokumen yang isinya Lech Walesa "tak bersih diri" sehingga tak layak lagi mencalonkan diri menjadi presiden. Dokumen itu menyatakan bahwa pemimpin gerakan solidaritas buruh dan mantan presiden Polandia (1990-1995) itu sesungguhnya intel secret service Soviet di masa komunis, dengan julukan "Bolek".

Tapi tuduhan itu dimentahkan oleh pengadilan Polandia. Pengadilan berpendapat, dokumen bertahun 1980-an itu dahulunya digunakan untuk menggagalkan nominasi Nobel Walesa. Toh, Walesa tetap dapat Nobel pada 1983. Sekarang, dokumen itu dimunculkan untuk menghambat pencalonannya di pemilihan umum Oktober nanti. Setelah runtuhnya komunis pada tahun 1989, di Polandia memang berlaku ketentuan "bersih diri" dari paham komunis.

S.J.S (dari berbagai sumber)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus