Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Cina dan Malaysia menandatangani sejumlah kesepakatan pada hari Rabu, memperbarui pakta kerja sama ekonomi selama lima tahun dan mengizinkan ekspor durian segar, selama kunjungan Perdana Menteri Cina Li Qiang untuk menandai 50 tahun hubungan diplomatik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Li bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim di ibukota administratif Putrajaya, setelah tiba di Kuala Lumpur, Selasa, 18 Juni 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Cina siap untuk bekerja sama dengan Malaysia," kata Li dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa area fokusnya meliputi strategi pembangunan, kerja sama yang saling menguntungkan, dan pertukaran untuk mempromosikan pembangunan komunitas Cina-Malaysia.
Setelah pertemuan tertutup pada Rabu, Li dan Anwar menyaksikan penandatanganan lebih dari selusin pakta kerja sama di berbagai bidang, mulai dari ekonomi digital hingga pembangunan hijau, perumahan, pariwisata, dan komunikasi.
Pakta lima tahun yang baru yang berlangsung hingga 2028 ini menyediakan kolaborasi strategis di berbagai bidang seperti perdagangan dan investasi, pertanian, manufaktur, infrastruktur, dan jasa keuangan, demikian pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan tersebut.
Program lima tahun ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 2013.
China juga setuju untuk mengizinkan impor durian segar dari Malaysia setelah memenuhi persyaratan sanitasi, tambah pernyataan tersebut.
Malaysia, salah satu produsen terbesar di dunia untuk buah berduri dan berbau tajam ini, sebelumnya hanya diizinkan untuk mengirim seluruh buah beku dan produknya ke Cina, dengan ekspor senilai 1,19 miliar ringgit ($253 juta) pada 2023.
Kedua negara juga berjanji untuk meninjau kembali pengaturan perjalanan bebas visa yang akan berakhir dalam beberapa bulan mendatang.
Cina telah menjadi mitra dagang terbesar Malaysia sejak 2009, dan kementerian luar negeri mengatakan bahwa total perdagangan bernilai $98,9 miliar pada 2023.
Li sedang berada di leg ketiga dari perjalanannya yang juga mencakup Selandia Baru dan Australia, seiring dengan upaya Cina untuk memperluas pengaruh dan investasi di kawasan Asia-Pasifik di tengah ketegangan dan persaingan dengan Amerika Serikat.
Ia juga diperkirakan akan bertemu dengan Raja Malaysia, Sultan Ibrahim, dan menghadiri upacara peletakan batu pertama di sebuah lokasi pembangunan East Coast Rail Link (ECRL), bagian dari Belt and Road Initiative (Inisiatif Sabuk dan Jalan) China, pada Rabu.
Jalur kereta api sepanjang 665 km senilai 50 miliar ringgit ($11 miliar) ini akan menghubungkan pesisir timur dan barat semenanjung Malaysia pada akhir tahun 2026.
REUTERS