Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mandat lewat pemilu kilat

Untuk mempertahankan tahta, presiden marcos menjadwalkan pemilu kilat. pihak oposisi meski menanggapi dengan sinis siap untuk ikut dalam pemilu dengan mencalonkan salvador laurel & corazon aquino. as merestui. (ln)

16 November 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETENGAH jam menjelang Ahad tengah malam, Presiden Ferdinand Marcos diwawancarai oleh jaringan televisi Amerika lewat satelit. Dalam kesempatan itu ia mencanangkan pemilu kilat (snap election) 17 Januari tahun depan - 15 bulan lebih cepat dari jadwal yang sudah ditentukan. Rakyat kecil terlonjak mendengarnya, tapi kubu oposisi menyambut berita besar itu dengan waspada. Apakah Marcos sungguh-sungguh? Awal tahun ini, sudah dua kali ia menggertak akan mengadakan pemilu kilat, tapi kemudian dibatalkan begitu saja. Ada pengamat menafsirkan pemilu kilat itu, seperti dulu-dulu juga, cuma sekadar manuver Marcos dalam usaha mempertahankan tahta. Sebagian lain menganggap rencana ini berkaitan erat dengan tekanan-tekanan Amerika Serikat, yang memuncak dengan kedatangan misi Senator Paul Laxalt, Oktober lalu. Soalnya, Washington sudah tidak sabar dengan ketidakpedulian Marcos dan sangat mengkhawatirkan ancaman gerilyawan komunis, sementara kondisi ekonomi Filipina kian memburuk. Sebagai jawaban untuk kekhawatiran itu, sang presiden kontan memproklamasikan pemilu kilat, karena, seperti katanya, ia memerlukan mandat baru. Menurut Marcos lewat pemilu bisa dibuktikan pada dunia internasional bahwa rencananya memperoleh "dukungan rakyat". Dengan kata lain, kalau dukungan ada, bantuan, pinjaman, dan penanaman modal asing mungkin bisa lebih deras mengalir. Apa pun alasan Marcos, pihak oposisi menyambut rencana pemilu kilat itu dengan sinis. Bekas Senator Jovito Salonga menyebut rencana Marcos tersebut sebagai "mahakarya yang mahaabsurd". Anggota Parlemen Homobono Adaza berkomentar, "Kita terpaksa menerima kenyataan dan bertarung dengan Marcos sesuai dengan aturan permainan yang ditentukannya." Salvador Laurel, pemimpin partai oposisi UNIDO yang juga anggota Parlemen, menyatakan bahwa ia tidak menolak kalau dicalonkan. Tapi diingatkannya bahwa pihak oposisi memerlukan waktu lebih lama untuk persiapan, sehingga jadwal pemilu sebaiknya ditunda sampai bulan Maret 1986. "Masa kampanye paling sedikit 90 hari," kata Laurel. Ia khawatir pihak oposisi tidak bisa segera bersepakat dalam menentukan calon-calon mereka. Hal lain yang dipersoalkan kelompok oposisi adalah apakah pemilu kilat yang diusulkan Marcos punya dasar hukum yang bisa dipertanggungjawabkan. Menurut konstitusi Filipina, pemilu kilat boleh diadakan jika presiden meninggal, tidak mampu karena satu dan lain hal, atau mengundurkan diri. Ada lagi satu syarat lain yakni kursi presiden harus dikosongkan selama 70 hari sebelum pemenang pemilu diumumkan, satu ketentuan yang semula tidak dihiraukan Marcos, hingga oposisi bertekad membawa persoalan itu ke Mahkamah Agung. Ditantang begitu, Marcos akhirnya pura-pura mundur. Presiden Filipina ini bersedia mengosongkan kursi presiden hanya kalau pemilu sudah dimulai dan pemenangnya sudah diumumkan. Tapi ini bisa saja berarti bahwa Marcos tidak akan pernah mengosongkan kursi itu sama sekali. Pihak oposisi tentu saja merasa dipermainkan. Sekalipun begitu, dalam kaukus Minggu lalu, mereka menyatakan siap untuk terjun dalam pemilu. Dua calon mereka paling kuat adalah Salvador Laurel dan Corazon Aquino, janda Almarhum Benigno Aquino, lawan tangguh Presiden Marcos yang tewas tertembak 21 Agustus 1983. Dari kubu Marcos yang diduga akan tampil mendampingi sang presiden adalah pengusaha besar Eduardo Cojuanco, politisi kawakan Wakil PM Jose Rono atau Imelda, Ibu Negara yang tiap kali membantah bahwa ia mencalonkan diri. "Saya tidak mencalonkan diri untuk jabatan apa pun, wakil presiden atau yang lain," begitu Imelda menandaskan sepulang dari kunjungan ke Moskow, pekan lalu. ADAPUN lembaga wakil presiden sebenarnya tidak pernah ada selama 20 tahun Marcos berkuasa. Tapi lembaga itu diisukan dengan gencar oleh oposisi, hingga sang presiden terpaksa setuju kursi itu diadakan. Hal lain yang juga baru ialah bahwa pihak militer akan tetap netral selama pemilu berlangsung. "Mereka untuk sementara harus mendekam di barak-barak," ucap Marcos. Pernyataan ini agaknya lebih ditujukan ke alamat Washington yang "merestui" sebuah pemilu kilat asalkan diselenggarakan secara jujur, bebas, dan rahasia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus