Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Melawan dengan Salat Hajat

10 Maret 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bolehlah negara bagian lain takluk oleh Barisan Nasional, tapi tidak bagi Kelantan. Inilah wilayah di utara Malaysia yang secara tradisional menjadi basis Partai Islam se-Malaysia (PAS). Sejak memasuki tapal batas negara bagian ini, bendera hijau dengan bulatan putih milik PAS memenuhi pandangan. "Ini kawasan the green," ujar sopir Kementerian Dalam Negeri Malaysia yang mengantar Tempo memasuki Kota Baru, ibu kota Kelantan.

Kelantan memang menarik. Inilah satu-satunya negara bagian dari 14 negara bagian yang diperintah oleh PAS. Pimpinan tertinggi PAS, atau disebut Mursyidul Aam, Datuk Nik Abdul Aziz Nik Mat, menjadi satu-satunya menteri negara yang berasal dari PAS. Tokoh 75 tahun ini sehari-hari berkantor dengan mengenakan sarung dan sorban serta memilih tinggal di rumah sederhana di belakang masjid yang sekaligus sekolah agama Maahad Darul Aunar yang terletak di Kota Baru.

Nik Aziz secara rutin mengadakan pengajian setiap pekan. Jumat lalu, sehari menjelang hari pengundian (pemilihan), ia memimpin salat hajat massal di halaman depan Stadion Sultan Mohamad IV Kota Baru. Salat hajat massal itu diadakan pukul 03 pagi!

Ia juga tampil di pelbagai atribut kampanye. Di poster Aziz tampil bersorban, sedang khusyuk berdoa. Bahkan gambar Nik Aziz selalu dipasang berdua dengan calon PAS untuk Dewan Rakyat (parlemen) maupun untuk Dewan Utusan Negara (DPRD). Kesan yang langsung ditangkap, semua calon PAS adalah orang dekat, murid, atau paling tidak direstui Tuan Guru Nik Aziz.

Dengan karisma Aziz yang begini besar, agak mengejutkan jika pada pemilu 2004 PAS hanya menang tipis satu kursi untuk tingkat Dewan Utusan Negara-23 kursi untuk PAS dan 22 kursi untuk Barisan Nasional. Negara Bagian Kelantan mempunyai 45 kursi untuk Dewan Utusan Negara dan 14 kursi untuk Dewan Rakyat.

Aziz bukan tanpa kritik. Dikutip koran-koran, ia menyebut politikus Barisan Nasional sebagai "orang utan" karena dinilainya korup, gila harta, dan mengkhianati amanah- dikutip dari Harakah, koran yang berpihak pada Barisan Alternatif (begitu kelompok PAS menyebut "koalisi" yang mereka jalin dengan sekutunya), edisi 16-31 Maret 2008. Perkataan Nik Aziz dikritik Menteri Besar Terengganu Datuk Idris Jusoh, tokoh Barisan Nasional dari UMNO, sebagai "sama sekali tidak Islami".

Bagaimana kondisi lapangan? Tempo bercakap-cakap dengan Wan Ali, 60 tahun, seorang tukang jahit keturunan Cina yang tengah menyediakan roti tempayang (semacam roti cane yang dimakan dengan kuah) kepada setiap orang yang datang ke bilik Barisan Alternatif. Ia berujar, PAS layak menang karena selama Barisan Nasional memerintah ternyata harga-harga terus melambung. Rasuah (korupsi) pun terjadi. "Malaysia penghasil minyak, macam mana minyak bisa mahal di sini," katanya.

Tempo juga pergi ke bilik Barisan Nasional. Nawi, 64 tahun, seorang pengurus lingkungan setempat, justru pesimistis Barisan Nasional akan menang. Ada apa? Ternyata ini berkaitan dengan anggota parlemen asal Kelantan yang diperiksa UMNO atas dugaan penyalahgunaan kekuasaan. Dia dicopot dari parlemen, tapi kemudian dinyatakan tak bersalah. Dia tak mendapatkan hak-haknya kembali sebagai anggota parlemen. Para pendukungnya sangat kecewa. "Ini berpengaruh pada semangat kami memenangkan Barisan Nasional," ujar Nawi terus terang.

Toriq Hadad (Kelantan)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus