Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Memburu Rubah Pulang Kandang

Koruptor asal Cina kabur ke berbagai negara dan hidup bermewah-mewah. Mereka diburu dengan Operasi Tangkap Rubah.

15 Juni 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

YANG Xiuzhu adalah buron kelas kakap di Cina. Perempuan 68 tahun ini kabur pada 2003 setelah menjadi tersangka pelaku penggelapan uang senilai US$ 40 juta. Sempat tak ada kabar selama sekitar satu dekade, terakhir ia terdeteksi berada di penjara Hudson County, New Jersey, Amerika Serikat, akhir Mei lalu. Xiuzhu diduga masuk ke Amerika menggunakan paspor palsu.

Menurut Komisi Pusat untuk Pengawasan Disiplin (CCDI)—semacam badan antikorupsi Partai Komunis Cina (PKC)—Xiuzhu pernah mencoba mencari suaka politik di Belanda, tapi ditolak. Alih-alih mendapat suaka, ia malah ditahan pemerintah Belanda. Namun tak dijelaskan bagaimana Xiuzhu berhasil lolos dari penahanan dan membuat paspor palsu warga negara Belanda dan menyeberang ke Amerika.

Xiuzhu adalah satu dari ratusan koruptor Cina yang hengkang ke negara lain dan kini menjadi sasaran operasi penangkapan koruptor atau Operasi Sky Net. Program ini dicanangkan oleh CCDI sejak tahun lalu. Operasi tersebut mencakup Operasi Tangkap Rubah yang dilakukan oleh Kementerian Keamanan.

CCDI meyakini 66 mantan pejabat Cina yang tersangkut kasus korupsi kini berada di Negeri Abang Sam. Pada April lalu, untuk pertama kalinya pemerintah Cina mengumumkan daftar nama koruptor. Selain di Amerika dan Kanada, para koruptor ini tersebar di Asia dan Afrika. Dalam pelarian itu, mereka diduga hidup mewah.

Aksi bersih-bersih koruptor ini dilakukan Xi Jinping sejak menjabat Presiden Cina pada 2012. Sasarannya adalah pejabat pemerintah dan eksekutif perusahaan swasta yang berkongkalikong dengan pejabat pemerintah. Aksi Jinping ini mendapat kritik pedas. Ia dituduh berusaha menyingkirkan lawan politiknya. Namun tudingan itu dijawab Jinping dengan memberangus koruptor tanpa pandang bulu.

Salah seorang yang juga menjadi target CCDI adalah Bo Guagua, putra Ketua PKC Cabang Chongqing, Bo Xilai. Pria 27 tahun yang memiliki gaya hidup playboy ini dituduh mengendalikan aset ilegal di luar negeri senilai US$ 6,1 miliar. Tinggal di luar negeri sejak usia 11 tahun, Guagua tak pernah kembali ke Cina meski kedua orang tuanya menghadapi pengadilan. Xilai, sang ayah, dipenjara seumur hidup akibat penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi pada 2013. Sedangkan ibunya, Gu Kailai, menanti hukuman mati lantaran terlibat kasus pembunuhan.

Hidup Guagua di luar negeri ketika masih remaja dijamin oleh pengusaha yang dekat dengan Xilai, Xu Ming. Bos Shide Group ini pula yang selalu melunasi tagihan kartu kredit sang pemuda. Padahal angkanya bisa mencapai US$ 48 ribu per bulan. Ming juga pernah mengucurkan US$ 3 juta kepada Kailai untuk membeli vila di Nice, Prancis.

Jatuhnya Xilai akibat korupsi membuat media setempat menyoroti gaya hidup keluarganya yang mewah itu, terutama Guagua, yang terkenal gemar berpesta. Foto-foto Guagua yang hidup ala borjuis, semisal saat menenteng tas belanja di toko barang mewah Bergdorf Goodman di Fifth Avenue, New York, Amerika, cepat tersebar di Wiebo, situs jejaring sosial bikinan Cina.

Guagua juga mampu masuk sekolah bergengsi, yaitu Harrow School, lalu berlanjut ke Universitas Oxford, Inggris, mendalami bidang politik, filosofi, dan ekonomi. Biaya kuliahnya mencapai 30 ribu pound sterling atau sekitar Rp 617 juta per tahun.

Guagua, juga para pelarian dari Cina di Amerika, saat ini masih bisa hidup bermewah-mewah. Namun Kementerian Dalam Negeri Amerika Serikat pada Rabu pekan lalu menyatakan bahwa pemerintah Cina telah mengirimkan daftar nama buron kasus korupsi. Sederet bukti kuat keterlibatan mereka juga sudah diserahkan sebagai dasar untuk mengadili atau mendeportasi.

"Kami mendukung langkah pemerintah Cina untuk memberikan bukti kuat kasus korupsi agar petugas kami dapat menginvestigasi dan mengambil langkah tepat yang diperlukan," ucap Jen Psaki, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Amerika Serikat, pada Rabu pekan lalu.

Hasil kerja sama itu sudah membuahkan hasil. Selain keberadaan Xiuzhu kini terdeteksi, pekan lalu Shilan Zhao, mantan istri pejabat pemerintah Cina, juga ditahan di Washington. Zhao terbukti melakukan pencucian uang. Sejak Oktober tahun lalu, pemerintah Cina berhasil memulangkan 49 tersangka kejahatan ekonomi dari 17 negara.

Atmi Pertiwi (National Post, CNN)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus