Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Mengapa Tidak Ada Unjuk Rasa Pro-Palestina di Kampus-kampus Negara Arab?

Unjuk rasa pro-Palestina mengguncang universitas-universitas di Amerika dan Eropa, namun protes-protes serupa tidak seserius itu di Arab.

10 Mei 2024 | 22.36 WIB

Orang-orang berkumpul di Universitas Oxford, di luar Museum Sejarah Alam Universitas Oxford, ketika para mahasiswa menduduki beberapa bagian kampus untuk melakukan protes mendukung warga Palestina di Gaza, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Oxford, Inggris, 6 Mei 2024. Aksi solidaritas pro-Palestina mulai bermunculan di sejumlah kampus ternama di benua Eropa. REUTERS/Hollie Adams
Perbesar
Orang-orang berkumpul di Universitas Oxford, di luar Museum Sejarah Alam Universitas Oxford, ketika para mahasiswa menduduki beberapa bagian kampus untuk melakukan protes mendukung warga Palestina di Gaza, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Oxford, Inggris, 6 Mei 2024. Aksi solidaritas pro-Palestina mulai bermunculan di sejumlah kampus ternama di benua Eropa. REUTERS/Hollie Adams

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Unjuk rasa pro-Palestina telah mengguncang universitas-universitas di Amerika minggu ini, dengan konfrontasi antara mahasiswa, pengunjuk rasa tandingan dan polisi, namun meskipun ada beberapa protes di negara-negara Arab, protes-protes itu tidak sebesar atau seserius itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Kami mengikuti aksi protes di media sosial setiap hari dengan rasa kagum namun juga sedih. Kami sedih karena protes-protes itu tidak terjadi juga di negara-negara Arab dan Muslim," kata Ahmed Rezik, 44 tahun, seorang ayah dari lima anak yang berlindung di Rafah, selatan Gaza.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Terima kasih para mahasiswa yang bersolidaritas dengan Gaza. Pesan Anda telah sampai kepada kami. Terima kasih mahasiswa Columbia. Terima kasih para mahasiswa," demikian tulisan yang terukir di sebuah tenda di Rafah, tempat lebih dari satu juta orang berlindung dari serangan Israel.

Namun, kabar serupa tidak terdengar dari negara-negara Arab yang mereka anggap sekutu. Mengapa protes mahasiswa seperti di Amerika dan Eropa tidak terjadi di belahan bumi Arab?

Alasan untuk ketenangan yang relatif di kampus-kampus dan jalan-jalan di Arab dapat berkisar dari ketakutan akan kemarahan pemerintah otokratis hingga perbedaan politik dengan Hamas dan para pendukungnya di Iran atau keraguan bahwa protes apa pun dapat berdampak pada kebijakan negara.

Konsekuensi yang Lebih Berat

Mahasiswa Amerika di universitas-universitas elite mungkin akan menghadapi penangkapan atau pengusiran dari sekolah mereka, tetapi konsekuensi yang lebih berat dapat menanti warga Arab yang melakukan protes tanpa izin dari negara.

Dan para mahasiswa AS mungkin merasa lebih termotivasi untuk melakukan protes karena pemerintah mereka sendiri mendukung dan mempersenjatai Israel, sementara negara-negara Arab yang memiliki hubungan diplomatik penuh dengan Israel telah sangat kritis terhadap operasi militernya.

Ketika ditanya tentang konflik ini, warga Arab dari Maroko hingga Irak secara konsisten menyuarakan kemarahan atas tindakan Israel dan solidaritas terhadap penduduk Gaza yang diperangi, yang menyebabkan perayaan Ramadan di seluruh wilayah itu diredam bulan lalu.

Beberapa aksi unjuk rasa untuk mendukung warga Palestina telah meletus, terutama di Yaman di mana Houthi telah bergabung dalam konflik dengan melakukan serangan terhadap pelayaran di Laut Merah.

Dan orang-orang Arab di seluruh wilayah juga telah menunjukkan kengerian mereka terhadap perang dan dukungan untuk sesama orang Arab di Gaza melalui media sosial, meskipun mereka tidak turun ke jalan.

Namun, apa pun alasannya, beberapa orang di Gaza kini membuat perbandingan yang kurang baik antara kerusuhan di Amerika Serikat dengan reaksi publik yang mereka lihat di negara-negara Arab lainnya.

"Saya meminta para pelajar Arab untuk melakukan apa yang telah dilakukan oleh orang Amerika. Mereka seharusnya melakukan lebih banyak hal untuk kami daripada orang Amerika," kata Suha al-Kafarna, yang mengungsi akibat perang di Gaza utara.

Ada Faktor Ketakutan

Di Mesir, yang berdamai dengan Israel pada 1979 dan di mana Presiden Abdel Fattah al-Sisi melarang protes publik, pihak berwenang khawatir bahwa demonstrasi menentang Israel dapat berbalik melawan pemerintah di Kairo.

Pada protes yang disetujui pemerintah atas perang di bulan Oktober, beberapa demonstran membelok dari rute yang telah disepakati dan mulai meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah, yang memicu penangkapan.

"Kita tidak dapat melihat kurangnya protes publik yang besar terhadap perang dan reaksi yang diredam di jalanan Mesir secara terpisah dari konteks yang lebih luas dari tindakan keras terhadap semua bentuk protes publik dan berkumpul," kata Hossam Bahgat, kepala Inisiatif Mesir untuk Hak-hak Pribadi.

Di American University di Kairo, pasukan keamanan cenderung tidak mengintervensi kampus dan ada beberapa protes. Namun seorang aktivis mahasiswa di sana yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan bahwa mereka masih bisa menghadapi konsekuensi karena berdemonstrasi.

"Ditangkap di sini tidak seperti ditangkap di AS, sangat berbeda," katanya, seraya menambahkan bahwa ada "faktor ketakutan" yang membuat banyak orang tidak mau turun ke jalan.

Dukungan terhadap Palestina Besar

Di Lebanon, di mana keberhasilan dalam studi menjadi lebih penting bagi banyak anak muda setelah krisis politik dan ekonomi selama bertahun-tahun yang telah memperkecil peluang mereka untuk meraih kemakmuran di masa depan, kalkulasi tersebut menjadi lebih sulit.

Beberapa mahasiswa yang ditemui Reuters pada protes kampus di Beirut menolak untuk diwawancarai, dengan alasan mereka takut akan dampak dari pihak universitas.

Sejarah kompleks Lebanon dan negara-negara Arab lainnya seperti Yordania yang menjadi tuan rumah bagi banyak pengungsi Palestina juga turut berperan dalam pertanyaan tentang protes publik.

Di Lebanon, beberapa orang menyalahkan warga Palestina sebagai pemicu perang saudara tahun 1975-90. Sebagian lainnya khawatir bahwa setiap bentuk dukungan terbuka untuk Palestina akan dibajak oleh Hizbullah yang didukung oleh Iran, yang telah melakukan kontak senjata dengan Israel sejak dimulainya konflik Gaza.

"Dunia Arab tidak bereaksi seperti Columbia atau Brown (universitas-universitas di AS) karena mereka tidak memiliki kemewahan untuk melakukannya," ujar Makram Rabah, seorang profesor sejarah di American University of Beirut.

Selain itu, ia menambahkan, dengan opini publik yang sebagian besar telah mendukung perjuangan Palestina, tidak jelas apa yang akan dicapai oleh aksi-aksi protes di sana.

"Dinamika kekuasaan dan cara Anda mengubah persepsi publik sangat berbeda di dunia Arab dibandingkan dengan AS," katanya.

REUTERS

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus