Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Mengenal Guinea, Lawan Timnas Indonesia U-23 di Playoff Olimpiade Paris 2024

Timnas Indonesia U-23 harus menang melawan Timnas Guinea U-23 jika ingin lolos Olimpiade Paris 2024.

5 Mei 2024 | 15.39 WIB

Suporter Indonesia bersorak untuk timnya saat pertandingan Semifinal Piala Asia U23 Qatar 2024 antara Indonesia vs Uzbekistan di Stadion Abdullah Bin Khalifa di Doha, Qatar, 29 April 2024. Perjuangan timnas Indonesia U-23 sepanjang Piala Asia di Qatar selalu mendapat dukungan dari suporter setianya Noushad Thekkayil/NurPhoto
Perbesar
Suporter Indonesia bersorak untuk timnya saat pertandingan Semifinal Piala Asia U23 Qatar 2024 antara Indonesia vs Uzbekistan di Stadion Abdullah Bin Khalifa di Doha, Qatar, 29 April 2024. Perjuangan timnas Indonesia U-23 sepanjang Piala Asia di Qatar selalu mendapat dukungan dari suporter setianya Noushad Thekkayil/NurPhoto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Timnas Indonesia U-23 akan melawan Timnas Guinea U-23 dalam laga playoff di Stadion Centre National Du Football, Prancis, pada Kamis, 9 Mei 2024. Kemenangan atas wakil dari Benua Afrika tersebut akan membuat Garuda Muda lolos ke Olimpiade Paris 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Profil Guinea

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Guinea adalah negara di Benua Afrika bagian barat dengan pantainya mengarah ke Samudra Atlantik. Negara ini merupakan muara bagi tiga sungai besar Afrika, yakni Gambia, Niger, dan Senegal. Guinea memiliki kekayaan alam yang melimpah. Selain potensi pembangkit listrik tenaga air, Guinea punya sebagian besar cadangan bauksit dunia dan sejumlah besar besi, emas, dan berlian.

Secara pemerintahan, Guinea menganut pemerintahan transisi dengan satu badan legislatif. Pemerintahan negara ini dipimpin oleh perdana menteri, yang saat ini dipegang Mamadou Oury Bah selaku interim. Untuk kepala negara, negara ini menggunakan sistem kepresidenan dengan Kolonel Mamady Doumbouya sebagai presiden interim. Pusat pemerintahan di Kota Conakry.

Sebelum merdeka pada1958, Guinea berada di bawah kolonialisme Prancis dengan nama Guinea Prancis. Guinea kemudian diperintah berturut-turut oleh Sékou Touré antara 1958–1984. Lansana Conté menjadi pemimpin hingga 2008. Setelah kematian Conté, militer mengambil kendali negara dan menangguhkan konstitusi yang diadopsi pada 1991. Kekuasaan diserahkan kepada pemerintahan sipil yang dipilih secara bebas pada 2010.

Secara geografis, Guinea berbatasan dengan Guinea-Bissau di barat laut, Senegal di utara, Mali di timur laut, Pantai Gading di tenggara, serta Liberia dan Sierra Leone di selatan. Samudera Atlantik menjadi pembatas di sebelah barat. Guinea terdiri dari empat wilayah geografis, yakni Guinea Bawah, Fouta Djallon, Guinea Atas, dan Kawasan Hutan, atau Dataran Tinggi Guinea.

Guinea Bawah mencakup pesisir dan dataran pesisir. Pesisirnya baru-baru ini terendam air laut dan ditandai dengan rias, atau lembah sungai yang tenggelam, yang membentuk saluran masuk dan muara pasang surut. Banyak pulau lepas pantai yang merupakan sisa-sisa bekas perbukitan.

Tepat di pedalaman, dataran pantai yang landai menjulang ke timur dipecah oleh dataran tinggi Fouta Djallon yang berbatu di utara di Tanjung Verga dan di selatan di Semenanjung Camayenne. Lebarnya antara 48 dan 80 kilometer. Dataran ini lebih lebar di selatan daripada di utara.

Dataran tinggi Fouta Djallon naik tajam dari dataran pantai melalui serangkaian patahan. Lebih dari 13 ribu kilometer persegi dari total luas dataran tinggi seluas 78 ribu kilometer persegi) terletak di atas 3.000 kaki atau 900 meter.

Pada dasarnya merupakan blok batu pasir yang sangat besar, Fouta Djallon terdiri dari dataran tinggi yang dipecah oleh lembah yang menoreh dalam dan dihiasi struktur terbuka dari vulkanisme kuno yang menghasilkan bentang alam batuan beku.

Guinea Atas terdiri dari Dataran Niger, yang miring ke timur laut menuju Sahara. Relief datar dipecah oleh perbukitan granit bundar dan sisa-sisa Fouta Djallon. Sedangkan Kawasan Hutan atau Dataran Tinggi Guinea adalah kawasan perbukitan yang secara historis terisolasi di sudut tenggara negara tersebut.

Empat wilayah geografis utama Guinea sebagian besar berhubungan dengan wilayah yang dihuni oleh kelompok linguistik utama. Di Guinea Hilir, bahasa utama “Susu” secara bertahap menggantikan banyak bahasa asli lainnya dan merupakan lingua franca bagi sebagian besar penduduk pesisir.

Di Fouta Djallon bahasa utamanya adalah Pulaar, sedangkan di Guinea Hulu penduduk menggunakan bahasa Malinke. Kawasan Hutan berisi wilayah linguistik Kpelle (Guerzé), Loma (Toma), dan Kisi.

Adapun jumlah penduduk Guinea sebanyak 13.990.000 atau 13,9 juta perkiraan pada 2024. Lebih dari empat per lima penduduknya beragama Islam, sebagian besar Sunni. Kurang dari sepersepuluh penduduk Guinea beragama Kristen, sebagian besar beragama Katolik Roma. Sebagian kecil warga Guinea terus mengikuti praktik keagamaan tradisional setempat.

Meski kaya akan potensi mineral alam, perekonomian Guinea justru sangat bergantung pada pertanian dan kegiatan pedesaan lainnya. Negara ini kaya akan mineral yang baik, diperkirakan memiliki seperempat cadangan bauksit dunia, lebih dari 1,8 miliar ton bijih besi bermutu tinggi, intan dan deposit emas yang signifikan, dan uranium dalam jumlah yang tidak dapat ditentukan.

Sektor pertanian di beberapa titik memperkerjakan sekitar 75 persen dari populasi negara. Kendati perekonomian digerakkan oleh sektor pertanian, nyatanya produksi beras lokal tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan negara. Guinea saat ini memasok beras dari Asia. Hasil tani Guinea yaitu biji kopi, nanas, persik, nektarin, mangga, jeruk, pisang, kentang, tomat, mentimun, lada, dan jenis hasil bumi lainnya.

RANDY FAUZI FEBRIANSYAH | BRITANNICA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus