Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken akan mengunjungi Timur Tengah untuk mendorong gencatan senjata di Jalur Gaza dan memastikan pertempuran tidak meluas ke Lebanon. Kunjungan tersebut dijadwalkan ketika Israel dan kelompok Palestina Hamas belum mencapai persetujuan dan ketegangan kian meningkat setelah serangan mematikan Israel di Nuseirat, Gaza tengah.
Dalam kunjungannya yang kedelapan ke kawasan tersebut setelah pertempuran pecah antara Israel dan Hamas akhir tahun lalu, Blinken akan melakukan lawatan ke Mesir, Israel, Yordania dan Qatar.
Blinken akan bertemu dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi di Kairo sebelum pergi ke Israel pada Senin malam untuk bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, menurut jadwal Departemen Luar Negeri AS. Ia kemudian akan bertolak ke Yordania dan Qatar.
Kunjungan tersebut dilakukan setelah Presiden AS Joe Biden pada 31 Mei lalu mengumumkan sebuah proposal gencatan senjata yang terdiri dari tiga fase untuk meredakan pertempuran di Gaza. Ia menggambarkan proposal tersebut sebagai rencana yang diajukan oleh pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mengakhiri perang.
Proposal tersebut menyerukan gencatan senjata, pembebasan sandera Israel beserta tahanan Palestina, dan rekonstruksi Gaza. Rencana setebal empat halaman tersebut juga akan mencakup penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza.
Pihak AS mengatakan mereka belum menerima jawaban tegas Hamas mengenai proposal tersebut, di tengah ketegangan yang menyusul serangan terbaru Israel di kamp pengungsi Nuseirat, Gaza tengah pada Ahad. Militer Israel melancarkan serangan udara yang menewaskan 274 orang dan melukai 698 warga Palestina, dan di hari yang sama melakukan operasi penyelamatan untuk memulangkan empat orang sandera dari Gaza.
Meskipun Biden, Blinken dan pejabat AS lainnya memuji penyelamatan sandera tersebut, operasi itu mengakibatkan kematian sejumlah besar warga sipil Palestina yang mungkin mempersulit upaya gencatan senjata.
“Sulit untuk menilai bagaimana Hamas akan memproses operasi khusus ini dan bagaimana itu akan memengaruhi tekad mereka untuk berkata ya atau tidak (terhadap proposal),” kata penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, pada Ahad. “Kami belum mendapat jawaban resmi dari Hamas saat ini.”
Kunjungan Blinken akan terjadi setelah Menteri Israel Benny Gantz mengumumkan pengunduran dirinya dari pemerintahan darurat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Ahad. Kepergiannya dari pemerintahan Israel melenyapkan satu-satunya kekuatan sentris dalam koalisi sayap kanan Netanyahu selama pertempuran di Gaza.
Blinken sebelumnya telah bertemu dengan Gantz dalam kunjungan ke Israel, juga Netanyahu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant dan pemimpin oposisi Israel Yair Lapid. Para pejabat AS mengatakan pengunduran diri Gantz tidak serta-merta memengaruhi jadwal kunjungan Blinken.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan pada Jumat lalu bahwa Blinken akan menggunakan perjalanan tersebut untuk “membahas bagaimana proposal gencatan senjata akan menguntungkan Israel dan Palestina.”
Miller mengatakan kesepakatan itu tidak hanya akan meringankan krisis kemanusiaan di Gaza, tetapi juga membuka jalan bagi pengurangan ketegangan di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon serta menciptakan kondisi bagi integrasi Israel yang lebih luas dengan negara-negara Arab, sehingga memperkuat keamanan jangka panjang Israel.
Dalam pembicaraannya dengan el-Sisi dan para pemimpin Qatar, yang kedua negaranya merupakan mediator utama antara Hamas dan Israel, Blinken akan menekankan pentingnya membujuk Hamas untuk menerima proposal tiga fase dari Biden.
“Kami berharap dengan dukungan yang cukup dari komunitas internasional yang berbicara dengan satu suara, Hamas akan memberikan jawaban yang tepat,” kata Sullivan pada acara “This Week” di ABC.
REUTERS | ARAB NEWS
Pilihan editor: Menteri Malaysia Sebut Suku Bajo Sengaja Bakar Rumah untuk Cari Simpati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini