Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TAK ada yang tahu persis berapa banyak aliran sempalan kini di Amerika Serikat. Yang pasti, jumlahnya tak sedikit. Menurut catatan Craig Branch, Direktur Regional Watchman Fellowship, di negeri itu terdapat 3.000 kelompok sempalan dengan sekitar 30 juta pengikut. Watchman Fellowship, lembaga swasta yang khusus memantau berbagai aliran sempalan, berdiri pada tahun 1978. Menurut Craig Branch kepada Bambang Harymurti, Kepala Biro TEMPO di Washington, sebenarnya tak semua aliran sempalan berbahaya. ''Kalau sekadar penyimpangan doktrinal seperti Bahai dari Islam atau Mormon dari Kristen, itu tak kami anggap bersifat destruktif,'' kata Branch. Yang berbahaya adalah bila aliran itu menggunakan teknik destructive mind control. Ada beberapa hal yang dikenali dari teknik ini, di antaranya cara mengurangi dengan drastis waktu tidur para pengikutnya, yang dikombinasi dengan puasa dan indoktrinasi yang intensif. Juga, hubungan dengan keluarga dan teman diputus, sehingga ketergantungan pada kelompok dan ketaatan kepada pimpinan menjadi mutlak. Dari pengamatan Branch, di sana sekarang terdapat lebih-kurang 1.500 kelompok sempalan dengan sekitar 20 juta anggota yang bisa dikategorikan menggunakan destructive mind control, di antaranya tentu aliran Branch Davidian pimpinan David Koresh di Texas itu. Yang lainnya, misalnya, kelompok Jim Jones, yang pada tahun 1978 melakukan bunuh diri masal bersama 900 pengikutnya di Guyana. Anggota kelompok ini ramai-ramai menenggak racun ketika tahu polisi Amerika akan menggerebek markas mereka. Tapi kenapa kelompok ini subur di Amerika Serikat? ''Sebagai reaksi balik terhadap melemahnya pengaruh gereja tradisional,'' jawab Branch. Melemahnya pengaruh gereja di AS dimulai pada masa revolusi sosial tahun 1960-an, yakni ketika generasi yang lahir setelah Perang Dunia II disebut sebagai generasi baby boomer, seperti Presiden Clinton memberontak terhadap nilai- nilai tradisional orang tuanya, termasuk agama. Menurut Wade Clark Roof, pakar ilmu sosial University of California Santa Barbara, yang meneliti perkara ini, dua pertiga anggota generasi baby boomer sempat meninggalkan agama orang tua. Kini, setelah mapan dalam usia setengah baya, banyak di antara mereka yang kembali mencari agama. Tapi tak semuanya memilih agama yang semula dianutnya. Kebayakan memilih sekte yang lebih toleran dan yang dianggap lebih ''menyesuaikan diri'' dengan dunia modern. Sebagian lagi jumlahnya lebih sedikit justru memilih aliran yang lebih kaku. ''Dalam kehidupan modern yang serbarelatif ini, mereka membutuhkan jangkar,'' kata Branch. Dengan jangkar itu, mereka merasa tak mudah hanyut oleh arus zaman yang berubah cepat, apalagi mereka yang sedang mengalami penyakit modern perceraian, kekerasan seksual, broken home, dan semacamnya. David Koresh, misalnya, adalah orang yang gagal berkarier sebagai pemusik rock di Hollywood. Lelaki yang sejak kecil suka mempelajari kitab Injil itu kemudian banting setir ke Branch Davidian. Tak selamanya upaya mencari jangkar itu berakhir di kelompok sempalan. Kalangan kelompok berkulit hitam malah banyak yang masuk Islam, sehingga majalah Time menyebut Islam sebagai agama yang pertumbuhannya paling cepat di AS. Craig Branch, peneliti tadi, berpendapat bahwa peristiwa semacam kasus David Koresh akan terus berulang di Amerika, terutama dalam menyongsong tahun 2000 ini. Sebab, menurut Branch, kelompok sempalan umumnya percaya bahwa hari kiamat sudah dekat. Penggantian abad ini, bagi kaum penyempal, tentu menarik untuk dihubungkan dengan kiamat. BHM
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo