Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Berita Tempo Plus

Pemimpin Komunis Bercelana Bermuda

Miguel Diaz-Canel menjadi Ketua Umum Partai Komunis Kuba pertama dari luar keluarga Castro. Lebih pragmatis tapi dituduh hobi pencitraan.

8 Mei 2021 | 00.00 WIB

Miguel Díaz-Canel (kiri) saat terpilih menjadi Presiden Kuba menggantikan Raúl Castro saat Sidang Nasional di Havana, Kuba, April 2018. Reuters / Adalberto Roque / Pool via Reuters
Perbesar
Miguel Díaz-Canel (kiri) saat terpilih menjadi Presiden Kuba menggantikan Raúl Castro saat Sidang Nasional di Havana, Kuba, April 2018. Reuters / Adalberto Roque / Pool via Reuters

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Miguel Diaz-Canel menjadi Ketua Umum Partai Komunis Kuba pertama di luar keluarga Castro.

  • Dikenal senang blusukan sambil bersepeda ke mana-mana.

  • Tugas utamanya adalah memulihkan perekonomi Kuba yang remuk karena pandemi dan sanksi Amerika Serikat.

SIANG itu, dua mobil limosin Mercedes-Benz hitam berhenti di dekat halte bus di Playa, daerah di tepi pantai barat Havana, Kuba. Pintu mobil terbuka dan keluarlah seorang pria tinggi besar berambut perak. Dialah Miguel Diaz-Canel, Presiden Kuba. Dia lalu mengajak orang-orang yang sedang menunggu bus untuk menumpang mobilnya. Orang-orang pun berebut naik mobil kepresidenan itu.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Iwan Kurniawan

Sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada (1998) dan Master Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina (2020. Bergabung di Tempo sejak 2001. Meliput berbagai topik, termasuk politik, sains, seni, gaya hidup, dan isu internasional.

Di ranah sastra dia menjadi kurator sastra di Koran Tempo, co-founder Yayasan Mutimedia Sastra, turut menggagas Festival Sastra Bengkulu, dan kurator sejumlah buku kumpulan puisi. Puisi dan cerita pendeknya tersebar di sejumlah media dan antologi sastra.

Dia menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (2020).

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus