Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Iran menyatakan bahwa operasi militer menyerang Israel pada 14 April 2024 telah berakhir tapi mengancam bila Israel membalas, maka Israel akan mendapat balasan yang jauh lebih besar. Ini merupakan serangan balasan Iran setelah Israel mengebom kantor konsulat di Kedutaan Besar Iran di Damaskus, Suriah, pada 1 April 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Kami tidak berniat melanjutkan operasi militer melawan Israel. Operasi tersebut telah berakhir dan kami menyatakan bahwa Kubah Besi (Iron Dome) ternyata tidak mampu memberikan perlawanan yang berarti terhadap operasi kami sehingga operasi ini kami hentikan,” kata Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran, Mayor Jenderal Mohammad Bagheri, sebagaimana dikutip kantor berita Iran IRNA, pada Minggu, 14 April 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Angkatan bersenjata kami dalam kesiapan penuh dan kami berharap operasi ini menjadi awal kemenangan bangsa Palestina yang tertindas,” kata Bagheri, merujuk pada pendudukan Israel di Palestina dan situasi perang Hamas-Israel di Gaza.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Iran menyerang langsung ke jantung Israel. Pasukan Garda Revolusi Iran meluncurkan lebih dari 300 drone dan rudal ke wilayah Israel dari wilayah Iran, lebih dari 1.770 kilometer dari Negeri Yahudi. Israel mengklaim 99 persen drone dan rudal itu telah dicegat di udara berkat Kubah Besi, sistem pertahanan udaranya, serta bantuan Yordania dan Amerika Serikat. Namun, IRNA melaporkan bahwa lima rudal balistik telah menghantam Pangkalan Udara Nevatim di Moshav, Israel, 23 kilometer dari Tel Aviv.
Bagheri mengakui bahwa operasi militer ini antara lain menyasar pusat informasi pertahanan Israel dan Pangkalan Udara Nevatim, tempat tempat pesawat F-35 Israel digunakan untuk mengebom konsulat Iran di Damaskus. “Kedua pusat ini hancur secara signifikan dan menjadi tidak aktif,” katanya.
Pemerintah Iran telah menegaskan bahwa operasinya ini merupakan balasan terhadap serangan Israel terhadap kantor konsulat Iran di Damaskus yang menewaskan dua jenderal Garda Revolusi Iran dan lima penasihat militer. Serangan Israel itu melanggar hukum internasional, termasuk Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik 1961. “Ini adalah tindakan yang patut ditanggapi, dan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan bahwa hukuman ini harus dilaksanakan dan alhamdulillah operasi ini dilakukan atas upaya Garda Revolusi dan bantuan angkatan bersenjata lainnya,” kata Bagheri.
Bagheri memperingatkan agar Israel tak membalas serangan Iran ini. “Jika rezim Zionis kembali melakukan operasi, respons kami akan lebih luas. Kami mencoba menjadikan operasi ini sebagai hukuman dan kami pasti siap mempertahankan tanah kami,” kata Bagheri.
Ahli intelijen militer ini juga memperingatkan Amerika Serikat tidak campur tangan dalam konflik Iran-Israel ini. “Kami menyampaikan pesan ini kepada Amerika melalui Kedutaan Besar Swiss bahwa jika Amerika berpartisipasi dalam tindakan agresif Israel berikutnya, kami pastikan bahwa pangkalan dan personel Amerika tidak akan aman,” kata Bagheri.
Pilihan editor: Guru Besar Hukum Internasional UI Tanggapi Konflik Iran-Israel: Perang Dunia III di Depan Mata