Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keputusan Sushmita Banerjee kembali ke Afganistan berujung petaka. Perempuan penulis asal Kolkata, India, itu tewas ditembak di luar rumahnya di Sharana, ibu kota Provinsi Paktika, Afganistan. Jasadnya ditemukan pada Kamis dua pekan lalu dengan 20 lebih luka tembak.
Seperti dilansir The Telegraph, polisi Paktika menduga perempuan 49 tahun itu dibunuh milisi Taliban sehari sebelumnya. Kepala Kepolisian Paktika, Dawlat Khan Zadran, mengatakan sejumlah pria bercadar tiba di rumahnya di Desa Daygan Sorqala pada Rabu malam. Mereka mengikat suaminya, Jaanbaz Khan, dan anggota keluarga lainnya, sebelum menggelandang Sushmita ke luar rumah. Jasadnya dibuang di dekat madrasah. "Sebagian rambut korban diambil. Sepertinya para pembunuh keberatan dengan apa yang dia katakan atau dia tulis di masa lalu," ujar Zadran.
Ini merupakan serangan terbaru terhadap tokoh terkemuka di negara itu. Juli lalu, Taliban dituduh menembak mati seorang polisi wanita di Provinsi Helmand, Letnan Islam Bibi. Bulan lalu, perempuan anggota parlemen dari Provinsi Kandahar, Fariba Ahmadi Kakar, diculik dan baru dibebaskan setelah ditukar dengan empat pemberontak yang ditahan pemerintah.
Hingga akhir pekan lalu, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan Sushmita. Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, menolak tudingan bahwa pihaknya terlibat. "Kami tak tahu siapa pembunuhnya," ujarnya seperti dikutip IBTimes.
Sushmita menjadi terkenal setelah menulis buku Kabuliwala's Bengali Wife pada 1997, yang berisi kisah hidupnya sejak menikahi pebisnis Afganistan, Jaanbaz Khan, hingga tinggal di Afganistan. Ia bertemu dengan Khan dalam pertunjukan teater di Kolkata pada 1986 dan menikah tiga tahun kemudian. Keluarganya menentang pernikahan itu karena Khan muslim, sementara Sushmita Hindu.
Namanya kian melambung setelah bukunya diangkat ke layar lebar di India dengan judul Escape from Taliban pada 2003. Film itu dibintangi salah satu aktris papan atas Bollywood, Manisha Koirala.
Dalam buku itu, ia bercerita, awalnya kehidupannya di Afganistan berjalan normal. Ia leluasa membuka klinik untuk perempuan. Tapi semuanya berubah ketika Taliban berkuasa pada 1996-2001. Kelompok garis keras ini menerapkan aturan yang mengekang perempuan, seperti melarang perempuan bekerja dan melarang anak-anak perempuan bersekolah. Ia dipaksa menutup kliniknya dan dilarang ke luar rumah.
Sushmita—yang di kampung suaminya dikenal sebagai Sayed Kamala setelah memeluk Islam—menyatakan beberapa kali mencoba meninggalkan negara itu. Ia baru berhasil kabur ke India pada 1995 lewat terowongan yang dia gali menembus pagar tembok rumahnya. Tapi Taliban menahannya di dekat Kabul. "Sebagian besar dari mereka bilang, karena saya kabur dari rumah suami, saya harus dieksekusi."
Sushmita berhasil meyakinkan mereka bahwa sebagai warga India ia punya hak kembali ke negaranya. Esok paginya, ia dibawa ke Kedutaan India dan kembali ke India dengan selamat dan bertemu dengan suaminya di Kolkata.
Namun, tanpa setahu keluarganya, ia kembali ke Afganistan pada Januari lalu. Gopal Banerjee, saudara laki-lakinya, mengatakan Sushmita kembali ke Afganistan karena situasi keamanan di negeri itu membaik dan Taliban sudah tak berkuasa.
Menurut penerbitnya, ia kembali ke negara suaminya untuk menulis novel tentang perempuan Afganistan. Ia ingin novelnya diterbitkan bertepatan dengan peringatan Durga Puja, pemujaan kepada Dewi Durga, pada pekan kedua Oktober. "Dia bilang akan menyerahkan naskah sebelum Durga Puja," kata Swapan Biswas dari penerbit Bhasa O Sahitya.
Juli lalu, Sushmita sempat mengunjungi keluarganya selama sepekan. Menurut Gopal, Sushmita mengaku bahagia bekerja di bidang kesehatan. Ia berjanji pulang kampung pada November nanti, tapi ajal menjemputnya lebih dulu.
Sapto Yunus (Telegraph, AP, BBC, Times of India)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo