Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
AUSTRALIA
Lawatan Pangeran William
CALON ahli waris takhta Kerajaan Inggris, Pangeran William, pekan lalu melawat ke Australia selama tiga hari. William, yang meminta sebuah kunjungan tiga hari tidak resmi untuk lebih mengenal Australia, terbang ke Sydney setelah kunjungan resmi selama tiga hari ke Selandia Baru. Di Negeri Kiwi itu putra sulung Putri Diana dan Pangeran Charles ini sempat mengunjungi rumah sakit khusus anak dan meresmikan gedung mahkamah agung di Wellington, mewakili sang nenek Ratu Elizabeth II.
Ketika turun dari pesawat Royal New Zealand Air, pangeran yang akrab dipanggil Wills ini disambut Gubernur Negara Bagian New South Wales, Marie Bashir, dan Premier Kristina Keneally. Selama di Australia William antara lain bertemu dengan anggota komunitas penduduk asli Australia, suku Aborigin, mengunjungi barak militer, dan juga kawasan yang musnah akibat kebakaran semak di Melbourne.
Dalam pertemuan dengan para sesepuh Aborigin, William dihadiahi sebuah petisi tahun 1937. Petisi yang ditujukan kepada Raja George VI itu berisi permintaan bantuan untuk menemukan dan mengembalikan kepala pejuang Aborigin, Pemulwuy. ”Saya terkejut ketika mendengar bahwa dia akan datang ke sini untuk bertemu dengan orang-orang Aborigin, penduduk asli Australia,” kata Lewis Kelly, salah seorang penduduk Kempsey, 420 kilometer utara Sydney.
Pangeran William terakhir kali mengunjungi Australia pada 1983, bersama orang tuanya, Pangeran Charles Putri Diana. Bagi pemerintah Negara Bagian New South Wales, kunjungan calon ahli waris takhta Inggris ini diharapkan dapat memompa sektor pariwisata Sydney.
MALAYSIA
Pembakar Gereja Ditangkap
POLISI Malaysia pada Rabu pekan lalu menangkap delapan orang yang diduga terkait dengan pembakaran sebuah gereja, Gereja Metro Tabernakel, di pinggiran Kuala Lumpur, awal Januari lalu. Kedelapan pemuda Melayu berusia 21 hingga 26 tahun itu ditangkap setelah salah seorang di antaranya memeriksakan diri ke rumah sakit karena luka bakar. Jika terbukti, mereka terancam hukuman 20 tahun penjara.
Kepala penyelidik tindak kriminal federal Bakri Zinin mengatakan hingga kini pihaknya masih terus menyelidiki apakah para tersangka juga ikut terlibat dalam pembakaran sepuluh gereja lainnya. ”Kami yakin dapat memecahkan kasus ini,” kata Bakri dalam konferensi pers.
Serangan terhadap sejumlah gereja di beberapa tempat di negeri jiran itu dipicu oleh keputusan pengadilan pada 31 Desember lalu, yang mencabut larangan penggunaan kata ”Allah” oleh umat nonmuslim. Sedikitnya sebelas gereja di Malaysia dilempari bom molotov, batu, dan cat. Juru bicara gereja, Petrus Yeow, menyambut baik penangkapan itu dengan mengatakan bahwa para anggota jemaatnya percaya ”situasi bisa dikendalikan”. ”Kami telah menyerahkan segalanya kepada polisi untuk menjalankan tugasnya,” katanya kepada wartawan.
PALESTINA
PBB Minta Israel Buka Blokade Gaza
SETAHUN setelah agresi militer Israel terhadap Gaza, kondisi di wilayah Palestina itu semakin buruk. Blokade Israel atas Gaza membuat kualitas pelayanan kesehatan terus menurun. Mereka sulit mendapatkan obat, alat, serta pelatihan medis yang memadai.
”Kondisi di Gaza terang berbeda dengan Haiti. Negeri itu rusak akibat gempa bumi, sementara bencana di Gaza akibat ulah manusia,” ujar Max Gaylard, Koordinator Misi Kemanusiaan PBB di Gaza. PBB mendesak Israel membuka blokade Gaza.
Akibat buruknya kualitas pelayanan medis di Gaza, sebagian pasien yang menderita penyakit gawat terpaksa mencari pengobatan ke Israel atau negara lain. Masalahnya, menembus blokade Israel juga bukan urusan gampang. Sepanjang Desember lalu, ada 1.103 permohonan izin berobat ke luar negeri yang diajukan ke pemerintah Israel. Namun 21 persen permohonan itu ditolak. Menurut catatan PBB, 27 pasien meninggal pada saat menunggu izin berobat dari Israel tahun lalu.
Salah satunya adalah Fidaa Hijjy, 18 tahun, yang menderita penyakit kanker hodgin-limphoma. Dia mengajukan izin berobat ke Israel tapi tak pernah ditanggapi. Pada 2 November silam Fidaa meninggal. ”Jika terjadi di negara saya, Inggris, atau Eropa, kasus ini akan menjadi skandal,” kata Tony Laurence, Kepala WHO di Palestina.
AMERIKA
Demokrat Kalah di Massachusetts
KEKALAHAN Martha Coakley dari kandidat Partai Republik, Scott Brown, dalam pemilihan senator Massachusetts pekan lalu sungguh menyesakkan sekaligus memalukan. Di negara bagian itu, pengaruh Demokrat dan klan Kennedy sudah berurat berakar.
Selama 46 tahun terakhir, Edward Moore ”Ted” Kennedy tak tergoyahkan sebagai senator Massachusetts. Sebelumnya, kakak Ted, John F. Kennedy, menjabat senator Massachusetts selama tujuh tahun.
Kekalahan Coakley di kandang Demokrat ini sama sekali di luar perkiraan. Untuk merebut dukungan, Presiden Amerika Serikat Barack Obama pun turun berkampanye bagi Coakley. Tapi Coakley tetap kalah tipis—52 persen lawan 47 persen—dari Brown, purnawirawan letnan kolonel di Penjaga Nasional. ”Saya tak pernah berpikir peristiwa ini bisa terjadi di Massachusetts,” kata Kristin Kelly, 22 tahun, warga keturunan Irlandia.
Robert Menendez, Ketua Komite Kampanye Partai Demokrat, tak banyak berdalih tentang kekalahan itu. Menurut dia, kekalahan Coakley dipengaruhi ketidakpuasan warga AS terhadap kondisi perekonomian negeri itu yang memang belum pulih dari krisis itu. ”Mereka mulai tak sabar,” katanya. Tak cuma di Massachusetts Demokrat takluk dari Republik. Pada November lalu mereka juga kalah dalam pemilihan gubernur di New Jersey dan Virginia. Presiden Obama berusaha membesarkan hati pendukungnya. Menurut dia, ”Kita tak bisa memenangkan semuanya.”
CILE
Cile Berpaling ke ’Kanan’
PENGUSAHA kaya raya Sebastian Pinera berhasil menang dalam pemilihan Presiden Cile pekan lalu. Pinera unggul tipis atas kandidat presiden dari Partai Kristen Demokrat, Eduardo Frei. Kemenangan Pinera ini menandai berakhirnya kekuasaan kelompok kiri-tengah yang sudah berkuasa sejak 1990.
”Setelah 20 tahun, saya pikir perubahan akan bagus untuk Cile,” kata Pinera. Kendati berbeda ideologi dengan pendahulunya, yakni Presiden Michelle Bachelet, dia berjanji akan melanjutkan berbagai program sosial, seperti penanggulangan kemiskinan.
Setelah lebih dari satu dekade dikuasai kelompok yang berhaluan sosialis, negara-negara di Amerika Latin sepertinya mulai bergeser ke ”kanan”. Pada Mei tahun lalu, pengusaha supermarket Ricardo Martinelli menang dalam pemilihan Presiden Panama. Berbagai jajak pendapat juga menunjukkan, kandidat Presiden Brasil dari kelompok liberal, Jose Serra, lebih unggul daripada calon kelompok kiri. ”Rakyat ingin kulkas dan mesin cuci. Mereka tak lagi peduli apa pun bendera partainya,” kata Marta Lagos, Direktur Latinobarometro, lembaga penyelenggara jajak pendapat di Cile.
Nunuy Nurhayati, Sapto Pradityo (AFP, Reuters, Washington Post, BBC, AP, The Star)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo