Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada Presiden AS Joe Biden pada Kamis, 4 Juli 2024, bahwa dia telah memutuskan untuk mengirim delegasi untuk melanjutkan negosiasi yang terhenti mengenai kesepakatan pembebasan sandera dengan Hamas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebuah sumber di tim perunding Israel, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan ada peluang nyata untuk mencapai kesepakatan setelah Hamas membuat proposal revisi mengenai syarat-syarat kesepakatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Usulan yang diajukan Hamas mencakup terobosan yang sangat signifikan,” kata sumber yang tidak mau disebutkan namanya itu.
Tanggapan Israel terhadap usulan Hamas, yang diajukan melalui mediator, sangat berbeda dengan kejadian di masa lalu selama perang hampir sembilan bulan di Gaza, di mana Israel mengatakan persyaratan yang diberikan oleh Hamas tidak dapat diterima.
Seorang pejabat Israel mengatakan kepala badan intelijen Israel Mossad akan memimpin delegasi Israel untuk pembicaraan tersebut.
Netanyahu dijadwalkan pada Kamis malam untuk berkonsultasi dengan tim perundingnya, kemudian membahas pembicaraan pembebasan sandera dengan kabinet keamanannya.
Gedung Putih mengatakan Biden dan Netanyahu, melalui panggilan telepon, membahas tanggapan yang diterima dari Hamas mengenai kemungkinan kesepakatan.
“Presiden menyambut baik keputusan perdana menteri yang memberi wewenang kepada negosiatornya untuk berhubungan dengan mediator AS, Qatar, dan Mesir dalam upaya mencapai kesepakatan,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Dalam percakapan telepon tersebut, Netanyahu mengulangi posisinya bahwa Israel hanya akan mengakhiri perangnya di Gaza ketika semua tujuannya telah tercapai, kata kantornya dalam sebuah pernyataan.
Sumber di tim perundingan Israel mengatakan: "Ada kesepakatan dengan peluang implementasi yang nyata."
Namun sumber tersebut memperingatkan, ada risiko kesepakatan bisa gagal karena “pertimbangan politik”.
Beberapa mitra sayap kanan dalam koalisi Netanyahu yang berkuasa telah mengindikasikan bahwa mereka mungkin akan mundur dari pemerintahan jika perang berakhir sebelum Hamas dihancurkan. Keluarnya mereka dari koalisi kemungkinan akan mengakhiri jabatan perdana menteri Netanyahu.
Israel menerima tanggapan Hamas pada Rabu terhadap proposal yang diumumkan pada akhir Mei oleh Biden yang akan mencakup pembebasan sekitar 120 sandera yang ditahan di Gaza dan gencatan senjata di daerah kantong Palestina.
Seorang pejabat Palestina yang dekat dengan upaya mediasi mengatakan kepada Reuters bahwa Hamas, kelompok militan yang menguasai Gaza, telah menunjukkan fleksibilitas mengenai beberapa klausul yang memungkinkan tercapainya kesepakatan kerangka kerja jika Israel menyetujuinya.
Dua pejabat Hamas tidak segera menanggapi permintaan komentar. Hamas mengatakan kesepakatan apa pun harus mengakhiri perang dan menyebabkan penarikan penuh Israel dari Gaza. Israel bersikukuh bahwa mereka hanya akan menerima jeda sementara dalam pertempuran sampai Hamas dilenyapkan.
Rencana tersebut mencakup pembebasan bertahap sandera Israel yang masih ditahan di Gaza dan penarikan pasukan Israel pada dua tahap pertama, serta pembebasan tahanan Palestina. Tahap ketiga melibatkan rekonstruksi wilayah yang hancur akibat perang dan pengembalian sisa-sisa sandera yang meninggal.
‘Sudah Cukup’
Tidak jelas ke mana delegasi Israel akan pergi untuk melanjutkan perundingan. Upaya sebelumnya untuk mengakhiri konflik Gaza dimediasi oleh Mesir dan Qatar, dengan pembicaraan diadakan di kedua lokasi.
Pada Kamis, kementerian kesehatan Gaza mengatakan jumlah korban tewas warga Palestina dalam hampir sembilan bulan perang telah melampaui 38.000 orang, dengan 87.445 orang terluka. Kementerian Kesehatan tidak membedakan antara warga sipil dan pejuang dalam angkanya.
Perang di Gaza dimulai ketika orang-orang bersenjata pimpinan Hamas menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang kembali ke Gaza, menurut penghitungan Israel.
Di Gaza, warga Palestina bereaksi hati-hati terhadap prospek perundingan baru.
“Kami berharap ini adalah akhir perang, kami kelelahan dan tidak dapat menghadapi kemunduran dan kekecewaan lagi,” kata Youssef, ayah dua anak, yang kini mengungsi di Khan Younis, di selatan wilayah kantong tersebut.
“Setiap jam setelah perang ini, semakin banyak orang yang meninggal, dan semakin banyak rumah yang hancur, maka sudah cukup. Saya mengatakan ini kepada para pemimpin saya, kepada Israel dan dunia,” katanya kepada Reuters melalui aplikasi obrolan.
Serangan Israel menghantam sebuah sekolah di Kota Gaza dan Layanan Darurat Sipil mengatakan lima warga Palestina tewas dan lainnya terluka. Sementara itu, serangan Israel lainnya di kota tua Kota Gaza pada Kamis menewaskan seorang wanita dan melukai beberapa lainnya, kata petugas medis.
Militer Israel mengatakan pihaknya beroperasi untuk membongkar kemampuan militer dan administratif Hamas. Mereka menyebutkan bahwa pihaknya bertindak sesuai dengan hukum internasional dan mengambil tindakan pencegahan yang layak untuk meminimalkan korban sipil.
Tank-tank Israel juga menembaki beberapa daerah di sisi timur Khan Younis setelah tentara mengeluarkan perintah evakuasi pada Selasa, namun belum ada pergerakan tank ke daerah tersebut, kata warga.
REUTERS