Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
CARACAS - Kelompok pendukung oposisi menggelar demo turun ke jalan nasional di sejumlah kota, mendesak agar membiarkan bantuan kemanusiaan masuk ke Venezuela. Oposisi menuntut masuknya bantuan untuk menyelamatkan nyawa 300 ribu warga Venezuela yang terancam kelaparan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami akan kembali ke jalan-jalan untuk menuntut masuknya bantuan. Ini adalah waktunya untuk bersatu dan bertarung!" cuit Ketua Parlemen Venezuela, Juan Guaido, kepada 1,25 juta pengikutnya di laman Twitter, kemarin. Pemimpin oposisi, Guaido, mendeklarasikan diri sebagai presiden sementara, dengan alasan pemilu tahun lalu yang memenangkan Presiden Nicolas Maduro tidak sah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Guaido menilai para pemimpin Venezuela mungkin melakukan "genosida" dengan menghalangi kiriman bantuan. "Ada banyak orang yang bertanggung jawab akan hal ini. Ini kejahatan terhadap kemanusiaan," ujar Guaido seperti dilansir Voice of America.
Aksi demo terus berlangsung di Venezuela sebagai dampak krisis ekonomi yang berimbas pada krisis politik di Venezuela. Sejumlah negara Uni Eropa dan Amerika Serikat telah mengakui Guaido sebagai Presiden Venezuela. Namun Maduro mempertahankan dukungan dari negara-negara kuat seperti Rusia dan Cina serta mengendalikan lembaga-lembaga negara, termasuk militer.
Kondisi semakin parah mengenai masalah bantuan kemanusiaan. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sekitar 3 juta warga Venezuela melarikan diri dari krisis. Adapun menurut pihak imigrasi Kolombia, lebih dari 50 ribu orang menyeberang ke Cucuta, Kolombia, setiap hari untuk mencari makanan dan obat-obatan yang tidak tersedia di Venezuela dan kemudian kembali. Sekitar 5.000 orang memilih tetap tinggal di Kolombia.
Julio Coronel, bersama istri dan saudara laki-lakinya, mengatakan mereka menyeberang ke Kolombia seminggu sekali untuk membeli sayuran, tepung, telur, dan nasi. "Ini sangat diperlukan," ujar pria 66 tahun dari Negara Bagian Tachira itu. "Kami berada dalam krisis yang sulit dipercaya, tetapi Presiden Maduro terus mengatakan tidak."
Guaido, 35 tahun, terus berkoordinasi dan mengupayakan bantuan dari Barat. Amerika dan beberapa negara membantu de-ngan mengirimkan pangan, obat-obatan, dan bantuan kemanusiaan. Konvoi bantuan masuk melalui Kolombia. Namun bantuan yang diangkut dengan dua truk besar itu dihalangi dan terparkir di jembatan.
Presiden Maduro memerintahkan para tentara mencegah bantuan itu menyeberangi perbatasan. "Kami bukan pengemis," ucap Maduro kepada militer. Dia menyebut langkah itu sebagai cara untuk mempermalukan Venezuela.
Di jembatan Tienditas, Luigi Rivas, seorang migran Venezuela berusia 31 tahun, membawa papan nama dengan tulisan "Bantuan Kemanusiaan Sekarang". Dia mengatakan upaya menutup jembatan merupakan tindakan yang pengecut.
Guaido mendesak militer untuk tidak mematuhi perintah Maduro dan membiarkan bantuan masuk. Guaido menyebut bahwa gelombang pertama bantuan kemanusiaan berupa vitamin dan suplemen gizi bagi anak-anak dan wanita hamil telah dikirim ke jaringan pusat kesehatan. Namun dia tidak menjelaskan bagaimana bantuan itu masuk ke Venezuela. Menurut Guaido, sumbangan dikirim dalam skala kecil mengingat bahwa pemerintah sejauh ini telah memblokade pengiriman dari titik pengumpulan bantuan di Kota Cucuta, perbatasan Kolombia.
Lester Toledo, Koordinator Bantuan Kemanusiaan Internasional untuk oposisi, mengatakan ia menerima persetujuan dari Belanda untuk berbicara dengan pemerintah daerah Aruba dan Curacao di Kolombia. Mereka setuju untuk mendirikan pusat bantuan di sana. "Guaido akan mengumumkan bahwa, melalui laut dari Kolombia dan pulau-pulau kecil serta dari Brasil, bantuan kemanusiaan akan tiba secara bersamaan," kata Toledo.
REUTERS | AL JAZEERA | VOA | SUKMA LOPPIES
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo