Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

internasional

Menjaga Tradisi Palestina dari Jauh

Saat ini ada 5,6 juta pengungsi Palestina yang terdaftar di UNRWA.

20 Juni 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Saat ini ada 5,6 juta pengungsi Palestina yang terdaftar di UNRWA.

  • Namun angka ini mewakili jumlah minimum pengungsi Palestina karena banyak yang tidak terdaftar.

  • Israel menyatakan pengungsi Palestina tidak akan pernah diizinkan kembali dan menolak bertanggung jawab atas perampasan wilayah.

AMMAN – Um Zeid menghabiskan hari-harinya di rumah yang terletak di kamp pengungsian Baqaa di Yordania. Ia biasa menjahit gaun warna-warni yang memberi dia penghasilan dan menjaga tradisi Palestina tetap hidup.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Awalnya, ini adalah hobi karena saya suka memakai thobe (pakaian) Palestina. Namun, sejak saat itu, ini menjadi pekerjaan saya,” kata dia kepada Reuters, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bertepatan dengan peringatan Hari Pengungsi Sedunia tahun ini yang jatuh pada 20 Juni, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengingatkan dunia bahwa setiap orang, termasuk pengungsi, dapat berkontribusi kepada masyarakat. Hal inilah yang dilakukan Um Zeid.

Ibu dari tujuh anak ini bekerja dengan lima wanita lain yang menjahit gaun-gaun tersebut dari benang berwarna cerah. Mereka menjualnya kepada pelanggan seharga 150-700 dinar atau sekitar Rp 2,9-13,9 juta per potong.

Perempuan Palestina berusia 47 tahun yang lahir di kamp di tepi Amman itu mengenang bagaimana orang tuanya meninggalkan desa mereka di Tepi Barat ketika Israel mencaplok wilayah itu selama Perang Arab-Israel pada 1967.

“Penting bagi saya warisan kami tidak hilang. Saya suka melihat warisan Palestina pada semua orang, pada setiap perempuan Palestina, baik di sini maupun di luar negeri,” ujar Um Zeid.

Ada banyak penduduk Yordania yang merupakan keturunan pengungsi Palestina, yang keluarganya pergi setelah pembentukan Israel pada 1948. Mereka masih berpegang teguh pada desa dan kota yang sekarang berada di wilayah Israel atau Palestina saat ini.

Nemat Saleh, yang mengepalai Masyarakat Hanouneh untuk Budaya Populer, mengatakan thobe atau gaun bersulam yang dikenakan dalam tarian dan festival pengungsi Palestina menggunakan pola dan warna unik untuk setiap desa.

“Pakaian kami unik, dan meskipun ukurannya kecil di Palestina, ada banyak variasi gaun,” tutur Saleh.

Um Nayef, seorang pengungsi lain di kamp Baqaa, ​​mengatakan dia mengenakan pakaian tradisional yang tidak lagi dilakukan oleh banyak generasi muda. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi siapa dirinya dan membuat dia merasa bangga.

“Kami dapat diidentifikasi melalui pakaian Palestina, dan ini adalah sesuatu yang sangat kami banggakan. Ketika kami melihat putra dan putri kami mengenakan ini, hal itu membuat kami sangat bangga,” kata dia.

Sementara itu, impian untuk kembali ke kampung halaman tetap membara di dada Marwan Kuwaik, seorang pria Palestina berusia 70 tahun, di Gaza. Dia merupakan satu dari 1,4 juta pengungsi Palestina yang terdaftar di kamp pengungsian PBB di Gaza. Perekonomian di wilayah itu memburuk akibat blokade Israel dan Mesir selama bertahun-tahun.

“Kami akan kembali,” kata Kuwaik bersumpah di rumahnya sambil mengisi kantong plastik kecil dengan kacang lupin. “Jika saya mati, putra kami akan bangkit, dan jika mereka mati, cucu kami akan melakukannya.”

Ketika ditanya ihwal Hari Pengungsi Sedunia, dia berkata, “Kami tetap tak memiliki solusi. Situasinya menyedihkan, tapi kami masih memiliki harapan.”

Orang tua Kuwaik termasuk di antara ratusan ribu warga Palestina yang melarikan diri atau terpaksa meninggalkan rumah mereka di tempat yang sekarang disebut Israel dalam pertempuran pada 1948.

Ia dilahirkan dua tahun kemudian di Gaza dan tinggal di pinggiran kamp pengungsian Beach. PBB mendaftar pengungsi keturunan orang-orang Palestina yang dipindahkan lebih dari 70 tahun lalu.

Kuwaik mengatakan keluarganya pernah memiliki tanah pertanian di Lod, sebuah kota di Israel. Dia mengunjungi Lod dua kali pada awal 1980-an dan menemukan sebuah rumah beton baru telah dibangun di sebelah rumah ayahnya. “Pemilik baru di Israel masih menanam pohon zaitun seperti tradisi keluarga kami,” ujar dia.

Saat ini ada 5,6 juta pengungsi Palestina yang terdaftar di Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). Namun angka ini mewakili jumlah minimum pengungsi Palestina karena banyak yang tidak terdaftar.

Israel menyatakan pengungsi Palestina tidak akan pernah diizinkan kembali. Negara itu juga menolak bertanggung jawab atas perampasan wilayah. Akibatnya, diaspora Palestina sejak saat itu menjadi salah satu yang terbesar di dunia.

REUTERS | FIRSTPOST | DAILY SABAH | SITA PLANASARI AQUADINI


Menjaga Tradisi Palestina dari Jauh

 
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus