Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Situasi Pandemi COVID-19 terus memburuk di India. Perkembangan terbaru, angka kasus harian meningkat menjadi 332.730 pada Jumat ini, menjadikannya sebagai kasus terburuk di tingkat global. Sebelumnya, peringkat tersebut dipegang oleh Amerika yang mencatat 300 ribu kasus per hari pada 2 Januari lalu.
Di sisi lain, angka kematian juga terus meningkat. Kamis kemarin, tercatat ada 2.256 kematian akibat COVID-19 di India. Ditotal, India mencatat 16,2 juta kasus dan 186 ribu kematian akibat COVID-19. WHO menyebut India mencakup 28 persen kasus COVID-19 baru di dunia.
Sistem kesehatan India kelimpungan menghadapinya. Di rumah sakit, persediaan tempat tidur, obat, oksigen, dan ventilator menipis. Sementara itu, di krematorium, tubuh jenazah menumpuk, membuat petugas kelimpungan untuk mengkremasinya.
"Tidak berlebihan mengatakan kami menghadapi fase pandemi COVID-19 terburuk saat ini. Situasi ini bertahan beberapa pekan terakhir dan kali ini puncaknya," ujar pejabat Satgas COVID-19 India, Chandrika Bahadur, dikutip dari CNN, Jumat, 23 April 2021.
Untuk menghadapi situasi itu, Bahadur menyampaikan pemerintah India telah menyiapkan sejumlah strategi. Salah satunya dengan meningkatkan suplai tabung oksigen bantuan menjadi 100 ribu. Hal itu didukung dengan pembangunan pabrik oksigen bantuan serta rumah sakit khusus pasien COVID-19.Foto udara proses kremasi massal korban meninggal akibat Covid-19 terlihat di tempat krematorium di New Delhi, India, Kamis, 22 April 2021. Saat ini warga Delhi kesulitan mencari fasilitas kremasi bagi keluarganya. REUTERS/Denmark Siddiqui
Di lapangan, tidak semua warga yang terdampak COVID-19 bisa menunggu strategi baru itu berjalan. Beberapa akhirnya mengandalkan pasar gelap untuk mendapatkan obat-obatan, alat pelindung diri, bahkan tabung oksigen bantuan.
Secara bersamaan, warga India melampiaskan kemarahannya terhadap PM Narendra Modi. Warga menganggap lamban merespon fase terbaru pandemi yang diperburuk varian baru COVID-19. Media sosial menjadi buktinya di mana puluhan ribu warga memviralkan tagar #ResignModi, #SuperSpreaderModi, dan #WhoFailedIndia
"Pandemi COVID-19 yang memburuk di India adalah refleksi dari pemerintahan Modi," ujar Kepala Negara Bagian Karnataka, Siddaramaiah.
Sebelum pandemi memburuk, Modi sempat sesumbar bahwa kondisi sudah membaik di India. Ia juga memamerkan keberhasilan India mendistribusikan 100 juta dosis vaksin ke warga yang diikuti pelonggaran pembatasan sosial. Namun, ketika angka kasus terus meningkat hingga ratusan ribu per hari, Modi akhirnya berhenti "berpesta" dan mengakui situasi India gawat.
Pakar medis menyatakan kelalaian administrasi Modi hanyalah salah satu faktor. Menurut mereka, warga India juga terlena dengan kondisi yang sempat membaik di penghujung fase pertama. Mereka beramai-ramai berkumpul, merayakan hari raya, ataupun jalan-jalan. Hal itu pada akhirnya memicu pertumbuhan kasus yang kian pesat di fase berikutnya.
Baca juga: Australia Batasi Penerbangan dari India
ISTMAN MP | CNN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini