Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LONDON - Lebih dari 117 juta anak di berbagai negara terancam tak mendapatkan imunisasi campak akibat penerapan kebijakan jaga jarak sosial sebagai dampak pandemi corona. Layanan kesehatan juga kewalahan menghadapi semakin meluasnya wabah Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa layanan imunisasi campak di 24 negara telah ditunda dan masih banyak lagi yang bakal ditunda. "Ini juga berpotensi terhadap jutaan anak di 37 negara yang menghadapi masalah sama," demikian pernyataan Inisiatif Campak & Rubella (M&RI), kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
M&RI merupakan lembaga kemitraan global yang mengkoordinasikan upaya untuk mencapai dunia tanpa campak dan rubela. Anggota konsorsium tersebut termasuk badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi anak-anak (UNICEF), Palang Merah Amerika, WHO, serta Yayasan PBB untuk Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.
Jika pilihan sulit terpaksa dilakukan, yakni menghentikan vaksinasi karena penyebaran Covid-19, lembaga ini mendesak negara-negara anggota mencari solusi. Salah satunya mengintensifkan upaya untuk melacak anak-anak yang tidak divaksinasi. "Sehingga populasi yang paling rentan dapat diberi vaksin campak sesegera setelah itu," demikian pernyataan kelompok tersebut.
Wabah Covid-19 menginfeksi hampir 2 juta penduduk dunia dan mengakibatkan 119 ribu orang meninggal. Meski demikian, lonjakan jumlah kasus wabah campak juga merupakan ancaman kesehatan global lainnya. Dilansir The New York Times, sebelum pandemi corona, jumlah kasus campak meningkat di beberapa tempat. Pada 2017, menurut WHO, diperkirakan ada 7 juta kasus campak dan 124 ribu kematian. Pada 2018, berdasarkan angka yang dikompilasi, diperkirakan ada 9 juta kasus campak dan 142.300 kematian yang berkaitan dengan penyakit itu. Amerika sendiri pada 2019 melaporkan 1.282 kasus campak, tertinggi dalam lebih dari 25 tahun. Vaksin campak telah tersedia selama lebih dari 50 tahun. Campak kebanyakan menginfeksi anak-anak. Penyakit akibat virus ini menular, tapi dapat dicegah dengan memberikan imunisasi vaksin.
M&RI menyatakan mendukung perlunya melindungi masyarakat dan petugas kesehatan dari wabah Covid-19. Namun kelompok ini juga memperingatkan bahwa hal itu tidak berarti anak-anak secara permanen kehilangan kesempatan mendapatkan imunisasi vaksin campak. "Memberikan layanan imunisasi, termasuk vaksin campak, juga sangat penting untuk menyelamatkan jiwa."
Robin Nandy, Kepala Imunisasi untuk UNICEF, mengatakan sulit mendapatkan keseimbangan antara menekan penyebaran Covid-19 dan penyakit yang dapat dicegah seperti campak. "Saat kami memvaksinasi anak-anak, kami juga harus berkontribusi untuk menekan penyebaran Covid-19," kata dia. "Tapi kami juga tidak ingin negara yang pulih dari wabah corona kemudian berurusan dengan wabah campak atau difteri."
Nandy mengatakan harus mengakhiri situasi yang sama-sama rumit ini. "Kita harus mengakhirinya, suka atau tidak." Dia mendesak negara-negara merencanakan pengiriman vaksin dan alat suntik agar segera tersedia setelah pelonggaran karantina sementara akibat dampak Covid-19. Dia juga meminta sejumlah negara menyusun daftar imunisasi, serta melacak dan melakukan penilaian risiko, untuk memprioritaskan daerah yang kemungkinan besar dan paling rentan terkena wabah.
Namun hal tersebut tidak mudah. Menurut Beate Kampmann, Direktur Pusat Vaksin di London School of Hygiene dan Tropical Medicine, banyak negara memiliki sistem perawatan kesehatan yang lemah dan terfragmentasi sehingga tidak akan dapat mengumpulkan data imunisasi. "Hampir tidak ada register untuk vaksinasi di Afrika Barat selain dari catatan orang tua," kata dia.
Sejumlah negara, termasuk Brasil, Bangladesh, Republik Demokratik Kongo, Sudan Selatan, Nigeria, Ukraina, dan Kazakstan, saat ini sedang berjuang melawan wabah campak. Beberapa negara yang menunda program vaksinasi mereka adalah Bolivia, Chad, Cile, Kolombia, Djibouti, Republik Dominika, Etiopia, Honduras, Libanon, Nepal, Paraguay, Somalia, Sudan Selatan, dan Uzbekistan. REUTERS | THE NEW YORK TIMES | SUKMA LOPPIES
Pandemi Mengancam Imunisasi Campak Jutaan Anak
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo