Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Petinggi PBB mengatakan, Myanmar belum siap menerima kembalinya pengungsi Rohingya. Pernyataan itu disampaikan Asisten Sekretaris Jenderal Urusan Kemanusiaan PBB, Ursula Mueller, setelah kunjungan enam hari ke Myanmar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dari apa yang saya lihat dan dengar, tidak ada akses layanan kesehatan, tidak ada perlindungan, membuat situasi tidak kondusif untuk mereka kembali," kata Mueller, seperti dilansir ABC Online pada 8 April 2018.
Baca: 20 Hari Terdampar, Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah kerusuhan pecah di negara bagian Rakhine pada Agustus tahun lalu, sebanyak 700 ribu etnis Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh, mengosongkan sekitar 55 desa.
Pemerintah Myanmar sebelumnya berjanji untuk melakukan yang terbaik untuk memastikan repatriasi melalui kesepakatan yang ditandatangani dengan Bangladesh pada November lalu, yakni adil, bermartabat dan aman.
Baca: DK PBB Akhirnya Diizinkan Masuk Myanmar
Namun, Mueller belum melihat ataupun mendengar persiapan yang telah dilakukan pemerintah untuk memulangkan pengungsi Rohingya.
Mueller mendapat akses yang jarang diberikan Myanmar, termasuk izin mengunjungi daerah paling terpengaruh di Rakhine dan bertemu dengan menteri serta pihak urusan pertahanan perbatasan, termasuk pemimpin de facto Aung San Suu Kyi dan pejabat publik lainnya.
Selama perjalanannya, Mueller juga bertemu dan berbicara dengan Muslim Rohingya yang masih berada di kamp-kamp dan permukiman di Rakhine.
Baca: Myanmar Melarang Pengungsi Rohingya Kembali, Kenapa...
"Kita tidak bisa, dan tidak boleh, melupakan penderitaan lebih dari 400.000 orang Muslim yang masih tinggal di negara bagian Rakhine yang terus menghadapi kehidupan yang sulit dan terpinggirkan karena pembatasan gerak," katanya.
Ratusan ribu Muslim Rohingya melarikan diri menyusul tindakan keras terhadap tentara 25 Agustus pemerintah di barat laut Rakhine. Mereka dibunuh, dibakar, dirampok, dan diperkosa saat itu.
PBB menggambarkan serangan balik Myanmar sebagai pembersihan etnis Rohingya, yang dibantah oleh Myanmar.