Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SAMPAI dengan tiga tahun lalu, mereka masih bersatu alam perang
gerilya menumbangkan pemerintahan kulit putih Rhodesia.
Bersama-sama pula mereka mendirikan negara baru kulit hitam,
Zimbabwe. Sejak itu, persatuan itu pun mulai retak. Perdana
Menteri Robert Mugabe memecat Joshua Nkomo dari kabinetnya tahun
lalu, dan menangkap 450 anggota partai ZAPU, pengikut Nkomo.
Mereka dituduh berkomplot untuk menggulingkan pemerintah.
Sejak Februari lalu pemerintah mengerahkan 11.000 tentara,
termasuk 2.000 anggota Brigade ke-5 angkatan darat, yang dilatih
penasihat militer Korea Utara, ke Matabereland untuk
menghancurkan pemberontak. Dan mereka melakukan tugas itu dengan
kekejaman. Bahkan mereka membunuh seorang wanita hamil dengan
bayonet karena, kata mereka, dia "mengandungkan seorang
pembangkang."
Di suatu daerah pemukiman suku Ndebele, suku Nkomo, pasukan
Brigade ke-5 mengumpulkan 53 pemuda dan menembak mati mereka
hanya karena mereka adalah suku Ndebele. Tentara itu adalah suku
Shona, suku Mugabe, yang jumlahnya empat kali lebih besar
daripada suku Ndebele.
Wartawan Nesqeek, Holger Jensen mengunjungi daerah Bembezi,
sekitar 40 km di sebelah utara kota Bulawayo tanpa menghiraukan
larangan pemerintah bagi para wartawan ke daerah itu. Pasukan
Brigade ke-5, tulisnya, memaksa seorang anggota keluarga
penduduk yang mereka bunuh menari di atas kubur korban.
Sekurang-kurangnya 500 penduduk mereka bantai dalam tiga minggu
pertama Februari saja. Ratusan penduduk Matabeleland lainnya
dibunuh dalam pekan-pekan terakhir ini, menurut pengakuan
Menteri Pertahanan Sydney Sekaramayi.
Tak satu pun yang dapat dilalukan suku Ndebele atas pembantaian
itu. Brigade ke-5 itu dilindungi oleh undang-undan peninggalan
rezim kulit putih yang membebaskan tentara dari segala
kemungkinan hukuman akibat kekejaman, "Demi keamanan nasional."
Nkomo pun tidak bisa berbuat banyak. Dia ditahan di lapangan
terbang Harare akhir Februari lalu, ketika akan menghadiri
konperensi Dewan Perdamaian Dunia yang diprakarsai Uni Soviet.
Joshua Nkomo, 64 tahun, dituduh akan meninggalkan Zimbabwe
dengan nama palsu dan secara melawan hukum membawa 300 dollar.
Suatu tuduhan yang kelihatannya sangat dibuat-buat. Seperti kata
Nkomo sendiri, "Bagaimana mungkin gajah bisa menyamar sebagai
sesuatu yang lain?" Tubuh Nkomo, yang telah dikenal di seluruh
Zimbabwe selama 7 tahun perang gerilya melawan rezim Ian Smith,
memang seperti gajah. Tingginya 1,80 m dan berat badannya
sekitar 150 kg. Dan sebenarnya dolrar Zimbabwe, kalaupun ada di
kantungnya tidak laku di luar negeri. "Uang itu seperti daun di
pohon," katanya.
Dia membantah tuduhan bahwa dia terlibat dalam pemberontakan di
Matabeleland. Dia malah mengutuk pemberontak itu sebagai
"kutu-busuk". Namun orang tetap curiga bahwa dia menghasut
pemberontakan itu. Menurut Nkomo, itu adalah alasan yang
dibuat-buat oleh Mugabe dan para pengikutnya untuk melaksanakan
impian mereka membentuk negara berpartai tunggal.
"Api peran suku ini membuntuti saya," kata Nkomo di parlemen
sebelum dia ditahan. "Mari kita akhiri ini semua." Tetapi
Menteri urusan Hukum dan Hubungan dengan Parlemen, Eddison
Zvobgo, meneriakinya supaya turun dari podium. "Soal pembangkang
adalah soal Nkomo," katanya. Dia juga menuduh bahwa karena Nkomo
tidak berhasil menjadi perdana menteri lewat saluran yang jujur,
maka dia menempuh jalan buruk.
Tentara pemerintah menyerbu ke Matabeleland sesudah sejumlah
bekas gerilyawan ZIPRA, pasukan Nkomo, menculik enam orang asing
dan menuntut supaya para tawanan ZAPU dibebaskan. Mugabe
menjawab dengan melancarkan Operasi Gurita. Ketika tentaranya
tidak berhasil menemukan keenam orang yang diculik itu, dan
bekas gerilyawan yang kemudian hidup sebagai gerombolan
melakukan serentetan penculikan lagi, Mugabe mengerahkan lagi
2.000 anggota Brigade ke-5.
Mereka membunuh, menganiaya dan memperkosa wanita suku Ndebele.
"Kami dibanjiri dengan laporan tentang pembunuhan," kata Nkomo.
"Ratusan mayat membusuk di semak-belukar, dimakan oieh binatang
liar dan burung ruak-ruak bangkai." Tetapi menurut Menteri
Pertahanan Sydney Sekeramayi, "brigade itu akan tetap dl sana
sampai soal pembangkangan selesai."
Negara berpenduduk 7,3 juta itu, yang akan merayakan ulang tahun
ke-3, 18 April mendatang, tidak hanya dilanda oleh perpecahan
akibat perang suku. Gerilyawan Gerakan Perlawanan Mozambique,
yang diperkirakan mendapat bantuan Arika Selatan, meledakkan 34
tangki minyak di Beria, kota yang menghubungkan Zimbabwe dengan
Samudra Hindia. Akibatnya, terjadi kekurangan minyak di
Zimbabwe. Kendaraan sering harus antre sampai empat hari untuk
membeli 20 liter bensin, yang harganya sekitar Rp 466 per liter.
Kemarau kering yang panjang menyebabkan pula jatuhnya produksi
pangan negeri itu. Bangsa kulit putih, yang selama masa
penjajahan menguasai tanah perkebunan meninggalkan negeri
itu-dalam jumlah besar - sekitar 1.000 orang setiap bulan. Dan
dalam keadaan ekonomi yang buruk dewasa ini, Mugabe, yang
tanggal 14 April nanti merayakan ulang tahunnya yang ke-55,
terpaksa menunda beberapa janjinya.
Dalam kampanye pemilihan tahun 1979, misalnya, dia menjanjikan
akan menasionalisasi tanah pertanian orang kulit putih dan
membagi-bagikannya kepada sekitar satu juta penduduk pribumi.
Tetapi sekarang pemerintah jelas tidak mempunyai dana sebanyak
US$ 500 juta untuk membayar ganti-rugi tanah itu kepada orang
kulit putih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo