Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Partai Buruh Israel Merav Michaeli pada Ahad, 21 April 2024 menyerukan pembubaran batalion Netzah Yehuda dalam Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang memiliki sejarah pelanggaran hak asasi manusia, mengatakan bahwa unit tempur tersebut membunuh warga Palestina “tanpa alasan yang jelas”.
Seruannya muncul setelah adanya laporan bahwa Amerika Serikat sedang bersiap untuk menjatuhkan sanksi pada Netzah Yehuda atas pelanggaran HAM yang mereka lakukan terhadap warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken diperkirakan akan mengumumkan sanksi terhadap batalion tersebut dalam beberapa hari mendatang, seperti dilansir pada 20 April 2024 oleh Axios, mengutip tiga sumber AS yang mengetahui masalah tersebut. Jika benar, ini akan menjadi pertama kalinya AS menjatuhkan sanksi terhadap unit militer Israel.
“Sanksi terhadap batalion Netzah Yehuda merupakan langkah yang serius, sulit dan sangat mengkhawatirkan. Tanggapan terhadap hal ini harus berupa penolakan, pengakuan atas kenyataan dan pemahaman bahwa tindakan Israel di wilayah tersebut tidak akan dapat dilanjutkan,” ujar Michaeli di media sosial X, Ahad.
Michaeli mengatakan perilaku “kasar dan korup” dari Netzah Yehuda telah diketahui selama bertahun-tahun, namun tidak ada tindakan yang dilakukan Israel untuk menghentikannya.
AS membuka investigasi kriminal terhadap batalion tersebut pada 2022 setelah tentaranya dituduh terlibat dalam kematian seorang warga Palestina-Amerika berusia 78 tahun, Omar Assad. “Eselon politik dan militer (Israel) tidak dapat berpura-pura tidak mengetahuinya,” katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Netzah Yehuda
Menyebut Netzah Yehuda sebagai batalion yang seharusnya sudah dibubarkan bertahun-tahun lalu, Michaeli menambahkan bahwa batalion itu hanya beranggotakan “mereka yang melihat agama sebagai alasan untuk menyerang orang Arab”.
Pemerintah Israel membentuk Netzah Yehuda pada 1999 sebagai unit khusus tentara ultra-Ortodoks, sebagai jalur bagi mereka untuk berdinas militer sambil tetap menjalankan praktik keagamaan, seperti memberi mereka waktu untuk beribadah dan belajar, serta membatasi interaksi mereka dengan tentara perempuan.
Semua anggota Netzah Yehuda adalah laki-laki. Selama bertahun-tahun, unit yang ditempatkan di Tepi Barat ini menjadi tujuan bagi banyak pemukim muda radikal sayap kanan yang tidak diterima di unit tempur lain di IDF.
Michaeli menyoroti hal tersebut dalam pernyataannya, menyebut insiden saat batalion tersebut menyebabkan seorang warga Palestina-Amerika berusia 80 tahun tewas di lapangan, membunuh warga Palestina tanpa alasan yang jelas, serta memukuli dan menganiaya tahanan Palestina.
Menanggapi pernyataan Menteri Kabinet Perang Benny Gantz bahwa unit itu adalah “bagian yang tidak terpisahkan dari IDF”, Michaeli membalas dengan mengatakan bahwa dengan mempertahankan Netzah Yehuda “akan memberikan bayangan besar bagi seluruh IDF”.
Pemimpin partai oposisi pemerintah itu menyebut keberadaan Netzah Yehuda dalam IDF “menimbulkan kerugian serius di dunia internasional terhadap legitimasi Israel”. Ia berkata batalion tersebut berbahaya dan beberapa tentara di dalamnya harus berintegrasi ke dalam unit IDF lainnya.
“Sanksi ini (oleh AS) harus membuat IDF memahami hal ini, membongkar Netzah Yehuda sebagai hal yang mendesak dan segera ambil tindakan yang sesuai,” tulisnya.
Pernyataan Michaeli berlawanan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang berkata ia akan menantang sanksi yang dijatuhkan pada unit tempur mana pun di dalam IDF. “Jika ada yang berpikir mereka bisa menjatuhkan sanksi pada unit IDF – saya akan melawannya dengan seluruh kekuatan saya,” kata Netanyahu.
ANADOLU | AXIOS