Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pria yang dituduh melakukan penembakan massal yang menewaskan lima tetangganya setelah diminta untuk berhenti menembakkan senapan gaya serbunya, pernah empat kali dideportasi dari Amerika Serikat sejak 2009, kata Imigrasi dan Bea Cukai AS (ICE), Senin, 1 Mei 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tersangka dalam penembakan di komunitas pedesaan Cleveland, Texas, Francisco Oropesa, 38 tahun, adalah warga Meksiko yang dideportasi pada Maret 2009 oleh hakim imigrasi, kata ICE dalam sebuah pernyataan. Dia ditangkap dan dideportasi lagi pada September 2009, Januari 2012 dan Juli 2016, kata ICE.
Oropesa dihukum karena mengemudi sambil mabuk pada Januari 2012 di Montgomery County, Texas, dan dijatuhi hukuman penjara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah melakukan serangan pada tetangganya, Jumat lalu, 28 April 2023, Oropesa masih buron hingga sekarang.
"Kami tidak tahu di mana dia," kata Agen Khusus FBI Houston, James Smith, kepada wartawan, Minggu. "Saat ini, kami tidak memiliki prospek."
Petugas melakukan pencarian dari pintu ke pintu yang melibatkan lebih dari 250 petugas penegak hukum dari selusin lembaga, kata Sheriff San Jacinto County Greg Capers. Pejabat menawarkan hadiah $80.000 atau Rp1,1 miliar untuk informasi yang akan mengarah pada penangkapan tersangka.
Capers mengatakan bahwa tersangka keluar dari rumahnya pada Jumat malam dan mulai menembakkan senapan gaya AR-15 di halaman rumahnya. Saat itulah tetangga memintanya untuk berhenti karena tembakan itu membuat bayi mereka terbangun.
Capers mengatakan polisi telah menemukan senjata yang digunakan dalam penembakan itu, tetapi tersangka mungkin bersenjatakan pistol. Polisi juga menemukan senjata lain di rumah tersangka serta ponsel.
Seorang yang selamat dari penembakan itu, Wilson Garcia, yang merupakan ayah dari bayi berusia 1 bulan, mengatakan kepada KTRT Houston bahwa dia melarikan diri dari jendela setelah beberapa tembakan hampir mengenai dia.
“Kami memintanya untuk diam” karena suara itu membuat bayi ketakutan," katanya kepada KTRT.
Bukannya berhenti, tersangka malah masuk ke dalam rumah dengan senapannya dan mulai menembak.
Para korban diidentifikasi sebagai Sonia Argentina Guzman, 25; Diana Velazquez Alvarado, 21; Julisa Molina Rivera, 31; Jose Jonathan Casarez, 18; dan Daniel Enrique Laso, 8. Mereka tinggal di rumah tersebut, tetapi bukan anggota satu keluarga, menurut FBI.
Penembakan massal telah menjadi hal biasa di Amerika Serikat, dengan setidaknya 176 kasus sejauh ini pada tahun 2023, paling banyak pada saat ini dalam setahun sejak setidaknya 2016, menurut Arsip Kekerasan Senjata. Kelompok nirlaba itu mendefinisikan penembakan massal sebgasai serangan dengan empat orang atau lebih terluka atau terbunuh, tidak termasuk penembaknya.
REUTERS