Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jalur Gaza – Warga Palestina mengusung jenazah Ibrahim Abu Thuraya, 29 tahun, seorang penyandang disabilitas yang tewas ditembak pasukan Israel, untuk dimakamkan di Jalur Gaza, Sabtu, 16 Desember 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Thuraya, seorang nelayan, tewas ditembak dengan luka di kepala saat berunjuk rasa di Jalur Gaza dekat pagar pembatas wilayah yang dipasang pasukan Israel. Dia berunjuk rasa sambil mengalungkan bendera Palestina dan menaiki kursi roda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Thuraya diduga tewas ditembak penembak jitu (sniper) Israel. Tiga orang warga Palestina juga tewas pada unjuk rasa, Jumat, 15 Desember 2017.
Ibrahim Abu-Thurayya, dibunuh oleh seorang penembak jitu Israel dalam sebuah aksi demonstrasi mengecam pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, 15 Desember 2017 middleeastmonitor.com
“Pemakaman (Thuraya) telah berlangsung. Dia tewas ditembak pada Jumat saat berunjuk rasa di Jalur Gaza memprotes keputusan Donald Trump mengakui Kota Yerusalem sebagai ibu kota Israel,” begitu dilansir Guardian, Sabtu, 16 Desember 2017.
Baca: OKI Sebut Yerusalem Timur Ibu Kota Palestina, Ini Reaksi Israel
Menurut Guardian, Abu Thuraya kehilangan kedua kakinya saat serangan pesawat tempur Israel pada 2008.
Dua hari sebelum tertembak, Abu Thuraya diwawancarai media setempat. Dia mengatakan, ”Ini adalah tanah kami. Kami tidak akan menyerah. Amerika harus menarik pernyataan yang telah dibuat.”
Ditanya soal penembakan Abu Thuraya ini, militer Israel mengatakan, ”Pasukan secara selektif menembak terhadap pelaku utama unjuk rasa.” Saat ini, militer sedang menginvestigasi peristiwa ini.
Rekaman video dan foto dari lokasi kejadian menunjukkan Abu Thuraya berunjuk rasa dekat dengan pagar pembatas dan turun dari kursinya lalu maju ke depan.
Rekaman video juga menunjukkan tubuh Abu Thuraya sedang dibawa dari lokasi penembakan oleh para pengunjuk rasa lain. Unjuk rasa di Jalur Gaza ini melibatkan sekitar 3.500 orang warga dan berlangsung seusai salat Jumat.
Seperti diberitakan, Presiden Amerika Donald Trump memutuskan mengakui Kota Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Rabu, 6 Desember 2017. Keputusan ini disambut pemerintah Israel.
Namun, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Uni Eropa, dan negara-negara Arab dan muslim menolak keputusan itu. Mereka berpendapat keputusan itu memicu konflik dan kekerasan berkepanjangan. Uni Eropa dan negara Arab mendukung solusi damai dua negara dengan Kota Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina.
GUARDIAN | MIDDLE EAST MONITOR |INDEPENDENT